Bersepeda
_________________________Sashi mengikuti Benua berjalan keluar dari rumahnya. Hari sudah semakin sore, entah kemana Benua akan mengajaknya jalan-jalan di penghujung antara sore dan malam.
"Loh kok Kak Ben malah belok sih. Motornya kan disana?" Ucap Sashi menatap Benua dan sepeda motor cowok itu bergantian.
"Kita naik sepeda."
"Ha?"
Benua berdecak dan menghampiri Sashi yang tertinggal 5 langkah dibelakangnya. "Nggak usah buka tuh mulut, Ha hi ha hi. Ntar lalat masuk. Kita jalan-jalan naik sepeda keliling komplek perumahan gue."
"Ha?"
Benua mendekatkan mulutnya ditelinga Sashi. "Mulut lo bau." Perkataan Benua membuat Sashi membelalak.
"Ih Kak Ben, tega," Ucap Sashi sambil memukul pelan bahu cowok itu.
"Jarang sikat gigi ya lo?" Benua menunjuk wajah Sashi sambil tertawa. Sashi menepis tangan Benua yang menunjuknya.
"Aku aduin Tante Ana nih." Sashi sudah siap berteriak, tetapi Benua langsung membekap mulutnya. "Ihh lepasin, tangannya bau." Sashi mencoba menurunkan tangan Benua yang membekapnya.
"Ayo!" Benua menarik Sashi.
"Tapi kak, ini beneran kita naik sepeda? Capek tau nggak Kak," Ucap Sashi, ia mencoba melemaskan suaranya agar Benua mau mendengarnya.
"Tenang aja, gue yang bawa."
Sashi menghela nafasnya pasrah. Terpaksa mengikuti kemauan Benua yang ingin bersepeda mengelilingi komplek perumahannya.
Benua menggiring sebuah sepeda lipat berwarna putih dari bagasi. Sashi hanya melihat-lihat Benua sambil memegang tali tas Selempangnya.
"Sepeda siapa?" Tanya Sashi.
"Sepeda Jihan, adik gue. Ayo!" Sashi berjalan menghampiri Benua, menumpukan kakinya di antara ban sepeda dan memegang kedua bahu Benua.
"Udah?" Tanya Benua.
"Udah."
Benua mulai mengayuh sepedanya, Sashi yang terkejut karena Benua langsung menjalankan sepeda dengan kencang memegang kuat bahu Benua.
"Kak Ben, pelan-pelan. Aku takut." Sashi menutup kedua matanya. Benua dapat merasakan ketakutan Sashi karena cengkraman cewek itu di bahunya yang kuat.
Benua tersenyum, memelankan laju sepedanya. "Coba nikmatin anginnya. Jangan takut, ada gue kok."
Sashi perlahan-lahan membuka kedua matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah jalanan aspal yang lengang. Sashi mulai menikmati angin yang menerpa wajahnya.
"Seru juga ya Kak Ben." Sashi menundukka sedikit tubuhnya. Meletakkan dagunya tepat diatas kepala Benua. Aroma Pomade yang dipakai Benua langsung menyeruak masuk ke Indra penciumannya.
"Sashi senang, apalagi sama Kak Ben. Jadi tambah senang. Makasih Kak Ben." Ucap Sashi.
"Nggak usah bilang makasih, ini tuh udah jadi tugas gue buat Lo senang." Sashi tersenyum, ia kembali menutup kedua matanya.
"Kak Benua jangan pernah tinggalin aku ya, soalnya aku udah sayang banget sama Kakak. Tetap jadi Kak Benua yang Sashi kenal, jangan pernah berubah. Ntar Sashi kecewa."
Benua diam, hatinya menghangat mendengar perkataan Sashi. Ia juga menyayangi gadis itu, sangat menyayanginya.
"Hm." Hanya gumaman yang dapat Benua balas dari perkataan Sashi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Teen Fiction~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...