E m p a t p u l u h t u j u h

1.9K 147 8
                                    

Permintaan Maaf
___________________________

"Kehidupan itu ibarat secangkir kopi, ada pahit dan manisnya. Tapi kalau Lo bisa menyeimbangkan keduanya, maka bisa Lo nikmatin kopinya"

-Satrio Abhimanyu-

***

Suasana kamar Sashi yang tenang, dinding yang bercat warna ungu, kain gorden berwarna putih dan juga lemari kecil di samping meja belajar yang berwarna putih.

Benua duduk dilantai, memegang tangan Sashi yang tertidur pulas diatas ranjang. Menarik tangan Sashi dipipinya dan menutup kedua matanya.

"Maaf."

Satu kata terucap dari mulut Benua. Tanpa lelaki itu sadari, setetes air mata jatuh keluar dari pelupuk mata kanannya.

Benua menangis karena merasa gagal dalam menjaga Sashi. "Gue lemah Shi, gue nggak bisa jaga Lo. Maafin gue," ucap Benua pilu.

Benua mencium punggung tangan Sashi. Ia tidak tau, bagaimana dan kapan ia mencintai gadis polos seperti Sashi. Cinta itu datang sendiri tanpa Benua minta dan tanpa bisa Benua cegah.

Yang sekarang ia rasakan adalah kekhawatiran dan rasa sayangnya terhadap Sashi melebihi apapun.

"Gue nggak ada disaat Lo butuh. Gue nggak bisa jadi pacar yang baik buat Lo Shi, tapi satu hal yang harus Lo tau. Gue cinta sama lo."

Sashi membuka matanya perlahan, menolehkan kepalanya kesamping kanan dan mendapati Benua yang terduduk dengan menundukkan kepalanya.

"Kak Ben." Panggil Sashi.

Benua mendongakkan kepalanya, memandang Sashi lalu tersenyum. "Lo butuh sesuatu?"

Sashi menggeleng. "Kak Benua nangis ya?" Sashi memegang pipi Benua dan mendapati bekas air mata dari pipi cowok itu.

"Nggak, gue nggak nangis."

Sashi menghela nafasnya gusar. Bangkit dari tidurnya dan bersandar dikepala ranjang. Sashi menatap Benua. "Kak Benua habis berantem ya? Pipinya kok lebam."

Benua memegang pipinya yang dimaksud oleh Sashi. "Tadi gue jatuh." Bohong Benua.

"Sashi tau kalau Kak Benua bohongin aku, bodohnya lagi aku bertanya sama Kakak padahal aku udah tau jawabannya. Kakak berantem kan?"

Benua diam.

Sashi menggeser tubuhnya kesamping. "Kak Ben, ayo duduk diatas. Jangan dibawah," ucap Sashi lalu menepuk-nepuk tempat disampingnya.

"Tapi-"

"Nggak pa-pa kok Kak, kan cuma duduk."

Benua mengernyitkan matanya, apakah Sashi benar-benar gadis yang polos?

Benua duduk disamping Sashi, ikut menselonjorkan kakinya ke depan. Sashi menyandarkan kepalanya dibahu Benua, membuat Benua terkejut dan langsung menoleh menatap kepala Sashi.

"Pinjam bahu Kakak boleh?" Tanya Sashi, walaupun gadis itu sudah melakukannya dan baru bertanya.

"Boleh."

"Kalo kayak gini, kita udah kayak suami istri ya kak? Hehehe. Boleh nggak sih aku mimpi punya suami kayak Kak Ben?"

"Bolehlah, setiap orang bebas bermimpi. Asal jangan sampe terlalu tinggi, ntar sakit kalau udah tertampar kenyataan."

Sashi terdiam, ia lalu mengangkat kepalanya dan sedikit menjauh dari Benua. "Kenapa?"

Sashi menutup wajahnya dan menangis. "Aku nggak pantes sama Kakak, aku kotor. Kak Ben bisa dapat cewek yang lebih baik dari aku. Sashi terima kalau kakak putusin aku sekarang."

HERMOSOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang