Hadiah Terburuk
_____________________________Dengan nafas terengah-engah, seorang pemuda berlari menuju ruang UGD. Ia membuka dengan cepat pintu ruang UGD dan melihat sebuah mayat yang sudah tertutup kain putih.
"Dokter."
"Dia sudah meninggal pada saat dilarikan ke rumah sakit," ucap Dokter tersebut lalu berjalan keluar.
Pemuda tersebut merosotkan tubuhnya yang bersandar di dinding. Menutup wajahnya kasar dan memukul dinding dibelakangnya.
"ARGGHHHHH."
Ia menutup wajahnya, menangis dibalik telapak tangan yang menutupi wajahnya. Bagaimana perasaan Sashi jika ia tau orang yang dia sayang sudah tiada.
Ia tidak ingin melihat Sashi terluka lagi, tidak ingin melihat Sashi kembali menangis. Sashi kehilangan cintanya, kehilangan seseorang yang sangat amat menyayanginya.
"KAK TIO."
Sashi membuka pintu ruang UGD dengan kasar, berlari masuk kedalam. Kakinya tiba-tiba melemas saat melihat kain putih menutupi mayat seseorang.
Sashi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Enggak, ENGGAKKK. KAK TIOOO." Sashi berlari mendekati Kakaknya, memeluknya dan menangis diatas Kakaknya.
"Kak Tio bangun, jangan tinggalin Sashi Kak," Sashi mengguncang tubuh Satrio. "Kak Tio pernah janji buat nggak ninggalin aku tapi apa? Kak Tio pergi tanpa aku," ucap Sashi lirih.
Jiwa bersama dengan yang lain baru saja sampai. Ia tidak bisa mengejar Sashi karena gadis itu langsung melompat turun dari mobil pada saat sampai diarea rumah sakit.
"Kak Tio bangun, ini nggak lucu. Udah cukup bercandanya. Sekarang Kak Satrio bangun terus kita pulang kerumah."
"Kak Tio udah janji sama aku, be-besok kita pergi buat beli novel sesuka aku. Tapi mana janji Kakak? Kak Tio pembohong."
"Ben?" Rindu menatap Benua dari samping.
"Kak Tio udah nggak ada."
"Innalillahi Wainnailaihi rojiun," ucap Cakra.
Benua berjalan mendekati Sashi, menarik gadis itu kepelukannya. Ia ikut menitikkan air matanya. Tidak sanggup melihat Sashi berduka pas dihari ulang tahunnya.
"Kak Ben, tolong bangunin Kak Tio. Suruh Kak Tio bangun terus kita pergi kerumah buat adain ulang tahun aku. Kak Tio udah janji kok buat datang," ucap Sashi lirih.
Benua dapat melihat duka dikedua mata Sashi. Gadis itu hancur, dunianya seakan berhenti berputar.
Bagaimana mungkin Sashi bisa menjalankan hidup sekarang tanpa Satrio di sampingnya. Kakak-nyalah yang selalu ada disampingnya, berdiri dan menopang Sashi dikala gadis itu akan terjatuh.
Benua hanya memejamkan matanya mendengar setiap kata yang keluar dari mulut Sashi. Rasanya begitu pedih, mendengar suara gadis itu saja yang sudah bergetar seperti tusukan yang merobek tubuhnya.
"Shi."
"Kak Benua aku mohon, bangunin Kak Tio. Di-dia cuma bercanda kan? Kak Tio cuma prank aku kan karena sekarang hari ulang tahun aku? Iya kan Kak?"
Benua diam, tidak tau harus menjawab apa.
"KAK BENUA JAWAB, SURUH KAK SATRIO BANGUN SEKARANG." Teriak Sashi dan menarik kaos yang dipakai Benua dan menatapnya dengan penuh air mata.
"KENAPA KAKAK DIAM AJA, SEKARANG AKU SURUH KAKAK BUAT BANGUNIN KAK TIO."
Benua menangkup wajah Sashi. Menatap kedua matanya dalam. "Shi, Kak Tio udah nggak ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Teen Fiction~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...