Haruskah Ia Pasrah?
____________________________Sashi terus memberontak, ia menghindari Yudistira yang akan mencium bibirnya. "DASAR KEPARAT. BRENGSEK, GUE PASTIIN LO BAKALAN MATI SETELAH INI." Teriak Sashi.
"Berteriak lah sesuka hati Lo, gue rela mati setelahnya. Yang penting gue udah dapetin apa yang gue mau," ucap Yudistira.
"SASHI."
Sebuah suara yang memanggil namanya terdengar dibawah, dilantai satu. "TOLONGG, SIAPAPUN ITU TOLONG. KAK TIOO TOLONGIN SASHI."
Yudistira membekap mulut Sashi dengan tangannya, lalu ia menatap keluar kearah pintu. "ANJING." Umpat Yudistira.
Baron memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Sashi. Ia ingin menemui gadis itu untuk berpamitan karena ia akan kembali ke Bandung.
Walaupun ia pulang dengan kecewa dan sakit hati, tetapi ia harus menerima itu semua. Tidak baik memaksakan perasaan orang lain untuk mencintai kita.
Baron melepaskan seatbeltnya, membuka pintu mobilnya dan berjalan memasuki rumah Sashi. Matanya menangkap sebuah motor besar yang sedang terparkir di depan, apa Sashi kedatangan tamu? Atau motor itu milik Benua pacarnya?
Baron mengetuk pintu rumah Sashi dan mengucapkan salam, tetapi tidak ada jawaban. 5 menit tidak ada jawaban, Baron berniat untuk pulang.
Baru saja ia membalikkan badan, ia berhenti. "Motor?" Baron menatap kembali pintu rumah Sashi yang tertutup. Baron kembali berjalan mendekati pintu.
Mendorongnya dan pintu itu ternyata tidak terkunci. "SASHI." Panggil Baron. Ia berjalan semakin dalam ke rumah Sashi.
"TOLONGG, SIAPAPUN ITU TOLONG. KAK TIOO TOLONGIN SASHI."
Baron terkejut mendengar suara Sashi yang meminta tolong, buru-buru ia berjalan menaiki tangga dengan berlari.
"SHII, LO BAIK-BAIK AJA KAN?" Teriak Baron dari arah luar pintu dan menghoyang-goyangkan gagang pintu. "Sial, kekunci."
Sashi sulit untuk berteriak, tangan besar Yudistira membekap mulutnya. Dengan keberaniannya, Sashi menendang diarea bawah perut Yudistira dengan lututnya dan menggigit tangannya.
Apa yang ia lakukan membuahkan hasil, Yudistira merasakan kesakitan diarea bawah perutnya. "Sialan." Maki Yudistira.
"TOLONG, KAK TOLONGG."
"TOLONGIN SASHI." Teriak Sashi diiringi dengan tangisan.
"SHI LO TENANG, GUE DOBRAK PINTUNYA." Baron berusaha mendobrak pintu kamar Sashi.
Baron sudah mengerahkan seluruh tenaganya, pintu tersebut terkunci dengan rapat. Baron memikirkan segala cara, Tidka tau harus melakukan apa. Pikirannya kalut, memikirkan kondisi Sashi di dalam.
"KAK TOLONG." Yudistira, menatap Sashi dengan sorot mata tajam
"Berani Lo sama gue, mungkin gue harus selesaiin secepatnya," ucap Yudistira.
Baron mundur lima langkah, mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Mengeluarkan seluruh tenaganya, mendobrak pintu kamar Sashi dengan bahunya.
BRAKKK.
Pintu berhasil terbuka, Baron membelalakkan matanya. Ia langsung menarik Yudistira dan memberikannya bogeman tepat di hidungnya.
Baron menatap Sashi, gadis itu tampak kacau. Rambut yang berantakan dan pakaian yang robek dan hanya menutupi perutnya.
Sashi buru-buru meringsuk kebelakang, mengambil selimut dan melilitkannya ditubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERMOSO
Novela Juvenil~Dia datang dengan membawa sebaris tanya dan seikat tawa~ Benua Aksa Prawiba, sang pawang matematika. Sumber jawaban berjalan di SMA Darma, berkencan dengan buku dan pelajaran hampir setiap harinya. Hal itulah yang membuat hubungan Benua putus denga...