"Gue tadi udah telpon Kak Iqbal sama Gilang. Lo mending kesini," ujar Tyo dari sambungan telpon.
"Lo udah balik? Kapan?" tanya Rio. "Bukannya seminggu lagi?"
"Jangan banyak omong lo! Udah buruan. Sekalian ngindep aje, yang lain juga mau pada ngindep."
Belum sempat Rio menjawab, Tyo terlebih dahulu mematikan sambungan telpon nya. "Kampret! Songong banget nih bocah," ujar Rio kesal.
"Kenapa?" tanya Dea yang tiba-tiba datang masuk kedalam kamar.
Rio membalikkan badan nya. "Siap-siap. Kita ngindep di rumah Tyo," ucap Rio.
"Lho, kok ngedadak?" Dea membuka pintu lemari hendak mencari baju ganti. "Kan biasanya dari jauh-jauh hari,"
"Bawel. Siap-siap aja sana. Gue panggilin anak-anak dulu." Rio membalikkan badan nya, lalu berjalan keluar kamar.
Ya, Rio masih marah kepada Dea soal Rohman kemarin. Sampai tadi malam pun Rio tak bicara apa-apa. Membuat Dea merasa bersalah, padahal kan Rohman yang pegang. Dea mah gak mau!
Gak mau tapi deg-degan gitu ya, Bu?
"Ck, masih aja marah." Dea mengambil tas yang berada di atas lemari, hingga mata Dea menatap selembar kertas.
Tangan nya terulur mengambil surat tersebut. Dengan pelan-pelan, Dea membuka lipatan surat itu lalu membaca nya.
Untuk kamu, cinta pertama ku.
Adisty Saraswati. Gadis cantik itu adalah... cinta pertama ku. Dia, perempuan yang membuat aku kenal cinta. Dia, perempuan yang membuat aku tergila-gila.
Disty. Jaga hati mu untuk ku. Aku... sungguh mencintai mu, cinta pertama ku.
Dea diam membeku ketika membaca tulisan itu. Mata nya memanas. Siapa Adisty? Ada hubungan apa dia dengan Rio?
Air mata nya luruh. Entah, dia tidak tahu siapa perempuan itu? Dilihat dari tulisan nya seperti tulisan baru-baru ini. Tapi... apakah itu selingkuhan Rio?
"Kenapa diem? Siap-siap." Rio datang dari arah kamar.
Buru-buru Dea menghapus air mata nya lalu menyimpan kertas itu ke dalam tas. "Iya. Ini juga mau. Bentar, ya." Dea memelih baju-baju yang ada di dalam lemari. "Kamu mau bawa baju apa?" tanya Dea.
"Kaos aja. Celana nya jeans satu sama celana bahan yang selutut satu. Kaos nya tiga aja," ujar Rio.
"Iya. Bawa handuk gak?"
"Serah. Gue ganti baju dulu," ujar Rio lalu mengambil baju yang sudah Dea siapkan sebelum nya di atas kasur, lalu berjalan memasuki kamar mandi.
"Mama,"
Dea menoleh. Dira, anak bungsu nya datang membawa laptop. "Kenapa, Dek? Kok bawa laptop?" tanya Dea.
"Aku kesana mau bawa laptop. Tapi di tas aku gak muat. Nitip sama Mama aja, boleh?" ujar Dira.
"Boleh. Masukin ke sini aja," ujar Dea. Dia membuka resleting tas yang dia pegang. "Nanti pas di sana kamu ambil aja, ya."
"Iya, Ma. Kalo gitu Dira ke kamar lagi ya," pamit Dira setelah mendapat anggukan dari Dea pun, Dira keluar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Bobrok
HumorHei, ini tidak hanya kisah keluarga yang bobrok. Tapi ini juga kisah tentang keluarga yang humoris, romantis, dingin, dan unik. Walaupun sering sibuk sama dunia masing-masing, tapi mereka masih inget sama keluarga. Pasti ada aja waktu luang untuk k...