Pagi ini, Windi sedang beberes di rumah nya. Pasal nya tadi Tyo menghubungi bahwa hari ini dia akan pulang. Entah kenapa, tapi kali ini Tyo pulang cepat dari jadwal yang sudah di jadwalkan.
"Ma, Tilo laper." Tilo berjalan menghampiri Windi yang sedang mengelap meja di ruang tamu. "Mama bikin nasi goreng gak?" tanya Tilo.
Windi menoleh, dia menggeleng kan kepalanya. "Enggak, kamu sarapan roti aja, ya? Ada di meja makan udah Mama siapain," ujar Windi.
"Yaudah. Kak Tiwi sama Wati juga udah sarapan?" tanya Tilo.
"Gak tau. Kamu liat aja sana," ucap Windi lalu melanjutkan pekerjaan nya yang sempat tertunda tadi.
Tilo membalikkan badan nya, kaki jenjang nya melangkah menuju meja makan. Disana sudah ada Tiwi dan juga Wati yang tampak nya sedang sarapan.
"HAH?!" Tilo memekik kaget, dia menatap Tiwi dan Wati tak percaya. "L-Lo pada makan sereal p-pake batu es??" tanya Toren.
"Kenapa? Mau lo?" tanya Tiwi. "Mau gue bikinin? Susu coklat atau vanila?"
Tilo menggeleng. "Lo berdua gila. Bobrok banget," Tilo menggelengkan kepala nya tak percaya, dia duduk di sebelah Wati. "Lo juga, kenapa ikutin Kak Tiwi?" tanya Toren.
"Ya gak papa dong, lagian ini enak juga kok!" seru Wati. "Mau coba? Enak lho," ujar Wati.
"Ogah, gue makan roti aja." Tilo mengambil roti lalu mengoleskan selai kacang kesukaan nya. "Gak Kakak gak adik, bobrok syekali."
***
"Meza, bantu Mami siram bunga dong!" teriak Mira dari taman belakang rumah. "Tapi sebelum itu ambilin iket rambut Mami dulu."
"Iya, Mi. Bentar!" Meza yang sedang berada di ruang tamu langsung berlari ke arah kamar Mira, namun langkah nya terhenti ketika teringat sesuatu.
"Oh iya, Papi lagi marah kan sama gue. Ck, biasanya kan gue langsung masuk aja," gumam Meza. "Ah bodo!"
"PAPI! BUKAIN DONG, MEZA MAU AMBIL IK—"
"Gak usah teriak-teriak, Papi gak budeg," ucap Gilang datar saat membuka pintu.
Meza menyengir lebar. "Maaf, Meza mau ambil iket rambut Mami," ujar Meza.
"Masuk aja." Gilang membalikkan badan nya lalu masuk kembali ke kamar.
Meza mengangguk. Dia masuk ke dalam kamar menyusul Gilang. "Dimana, Pi?" tanya Meza.
"Apanya?" tanya Gilang, dia sedang membereskan buku nya.
"Iket rambut nya, dimana?"
"Gak tau."
Meza tahu, bahwa Papi nya itu sedang marah. Dia melangkahkan kaki nya menghampiri Gilang yang kini tengah duduk di atas kasur.
"Papi" Meza memanggil.
"Kenapa? Udah?" tanya Gilang tanpa mengalihkan pandangan nya sedikit pun dari handphone nya.
"Maaf," ujar Meza lalu duduk di depan Gilang. "Maaf, selalu buat Papi marah." Meza menundukkan kepala nya.
Gilang meletakkan ponsel yang dia genggam tadi. Tangan nya terulur meyampirkan rambut Meza. "Papi maafin," ujar Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Bobrok
HumorHei, ini tidak hanya kisah keluarga yang bobrok. Tapi ini juga kisah tentang keluarga yang humoris, romantis, dingin, dan unik. Walaupun sering sibuk sama dunia masing-masing, tapi mereka masih inget sama keluarga. Pasti ada aja waktu luang untuk k...