Bagian 36

398 46 4
                                    

"Kita liburan. Mau?" Iqbal menatap wajah Kayla lekat-lekat. "Kamu mau nya kemana? Indonesia atau luar Negri?" tanya Iqbal

"Eum, boleh. Aku juga bosen di rumah. Aku mau yang di Indonesia aja. Lombok, gimana? Atau gak kita ke rumah kamu aja, Semarang." Kayla memberi usul.

Tampak menimang, Iqbal akhir nya mengangguk. "Boleh. Kita ke Lombok aja. Nanti pulang nya mampir ke Semarang, gimana?"

"Iya. Kita cari tanggal nanti kalau anak-anak libur panjang. Kasian kalau gak hari libur, nanti harus kejar materi," ujar Kayla.

"Akhir tahun aja. Libur kan?" ujar Iqbal. "Aku akhir tahun libur."

"Kita bicarain lagi, soal nya Keon udah kelas dua belas. Agak susah," ujar Kayla.

"Mau ada apa, nih??" Yana datang dari arah dapur membawa dua toples cemilan. "Mau liburan?"

"Iya. Kamu akhir tahun libur, kan?" tanya Kayla yang langsung di balas oleh Yana, "Iya lah. Akhir tahun libur. Tapi gak tau Kak Keon,"

"Ada apa?" Keon datang dari arah tangga, dia duduk di samping Yana.

"Kamu akhir tahun libur gak?" tanya Kayla to the point.

"Emang kenapa, Ma?" Keon bukan nya menjawab, malah nanya balik yang langsung di jawab cepat oleh Kayla. "Mau liburan, akhir tahun. Gimana? Kamu libur?"

Keon nampak berpikir sebentar. "Libur, Ma. Keon ikut kalau gitu. Tapi jangan kita aja," ujar Keon. "Kita mau ke mana emang?"

"Mau ke Lombok. Pulang nya ke Semarang, ke rumah Nenek."

"Ajak Om Tyo. Kalau kita aja nanti Nenek pasti nanya in." Keon berkata fakta. Bukan hal tak umum jika Hanna—Oma Keon selalu menanyakan Tyo jika tak ikut liburan bersama.

"Nah, iya juga ya. Bal, ajak Tyo aja. Gimana?" Kayla melirik ke arah Iqbal, meminta jawaban. Senyum nya mengembang saat Iqbal mengangguk.

"Yaudah. Akhir tahun, kita ke Lombok. Dan pulang nya ke Semarang."

***

Meza masih diam diri, dia masih melamu  tak percaya atas apa yang dia lihat tadi. Ternyata, Pandu—rekan bisnis yang Mira maksud itu adalah Papa dari Cakra— mantan Meza.

Tenyata benar, dunia tak selebar daun kelor.

"Za, kamu kenapa ngelamun terus, sayang?" Mira yang sedang menyetir melirik Meza sekilas. Mata nya kembali fokus ke jalanan yang cukup ramai.

"H-Hah? Enggak kok," kilah Meza. Dia mencoba menimang, apakah dia harus jujur soal Cakra adalah mantan nya? Bahkan Meza tak ingin orang tahu bahwa Meza pernah berpacaran, sekalipun kepada Ibu nya.

Emang iya, Za. Kadang malu ngakuin mantan. Tapi kalau mantan nya ganteng, malah suka pamer.

Mobil putih milik Mira sudah terparkir rapih di pekarangan rumah. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Rencana pulang maghrib harus di tunda karena ke datangan klien mendadak.

Mira turun dari mobil sambil membawa tas nya disusul Meza. Langkah Mira terhenti di ruang tamu saat ada seorang Wanita cantik duduk berhadapan dengan Gilang.

Keluarga BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang