"Gevan!"
Merasa terpanggil, Gevan membalikkan tubuh nya. Senyum nya terbit ketika melihat sosok perempuan yang tengah berlari menghampiri.
"Kenapa?" tanya Gevan.
"Mau ajarin aku gak?" kata gadis itu dengan senyum merkah. Mata nya menelisir setiap sudut koridor IPA yang sepi. "Aku mau ada lomba lagi. Kamu mau ngajarin?"
Nampak menimang, Gevan bertanya, "Kapan lomba nya?"
"Dua bulan lagi,"
"Pulang sekolah di taman biasa, gimana? Udah lama kita gak kesana."
Gadis bernama Syakira itu menganggukkan kepala nya antusias. "Mau. Aku mau banget! Makasih ya," kata Syakira gembira.
"Sama-sama, Syakira." Gevan mengancak-ngacak rambut Syakira gemas.
"Eum.... Gevan gak istirahat?" tanya Syakira.
"Ini baru mau ke kantin, Sya. Mau ikut?" ujar Gevan.
Syakira menggeleng, namun tanpa aba-aba Gevan menarik tangan Syakira lembut menuju kantin. Baru saja hendak membuka mulut, Gevan dengan cepat berkata, "Kita makan. Gak ada bantahan, Sya."
***
"RIVAN!!!"
Rivan menutup kedua telinga nya saat suara cempreng seseorang baru saja berteriak keras. Meza dengan langkah besar menghampiri Rivan.
"Lo apa-apaan sih, anjir!" kesal Rivan sedikit malu karena seisi kelas menoleh kepada nya.
"Maksud lo apa sih?! Lo mau jadi apa?!" Meza berkacak pinggang.
Rivan mengerenyit tak paham. "Lo kenapa sih? Dateng-dateng udah marah-marah buset."
"Ikut gue!"
Meza menarik tangan Rivan, ralat, menyeret Rivan keluar kelas. Rivan semakin tidak mengerti saat Meza mengajak nya ke taman belakang sekolah.
"Za, lo mau ap—"
Rivan menghentikan ucapan nya saat melihat sosok perempuan menangis disana. "Liat, Risya nangis bego!" desis Meza sambil menoyor kepala Rivan.
"Dia kenapa?" tanya Rivan tak mengerti.
"Itu gara-gara lo monyet!" kesal Meza.
"Lha, kok gue?!" ujar Rivan tak terima. Udah gak tau apa-apa, malah di tuduh!
"Urus sono sendiri monyet! Gue mau pergi." Meza meninggalkan Rivan yang masih berdiri tak jauh dari taman.
Rivan menggaruk tekuk nya yang tak gatal. "Ini kenapa jadi gue bangke!" keluh Rivan.
Menghela nafas, Rivan berjalan menghampiri Risya. "Risya sayang," panggil Rivan sambil memegang bahu Risya.
"Kamu kenapa, hm?" Rivan duduk di sebelah Risya. "Kok nangis?"
Risya mengusap air mata nya kasar, dia membalikkan badan nya yang tadi menyerong kini lurus. "Aku gak papa," jawab Risya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Bobrok
HumorHei, ini tidak hanya kisah keluarga yang bobrok. Tapi ini juga kisah tentang keluarga yang humoris, romantis, dingin, dan unik. Walaupun sering sibuk sama dunia masing-masing, tapi mereka masih inget sama keluarga. Pasti ada aja waktu luang untuk k...