Bagian 2

2K 154 9
                                    

Di pagi hari, seorang wanita paruh baya memasuki kamar anak nya. Dia Windi, istri dari Tyo itu menggelengkan kepalanya saat melihat anak sulung nya masih tidur.

"Tiwi, bangun," ujar Windi sambil menepuk pipi Pratiwi atau yang lebih sering di panggil Tiwi, dengan pelan.

"Udah siang. Mau kamu terlambat?" Wanita berbaju daster itu dengan sabar terus berusaha membangunkan si sulung.

"Eeenghh." Gadis bernama Tiwi itu menggeliat. Mengucek mata nya, lalu duduk. "Kenapa, Ma?" tanya Tiwi setengah sadar.

"Udah jam enam lewat. Kamu mandi, abis itu turun buat sarapan pagi," ucap Windi.

"Iya, Ma." Tiwi berjalan mengamabil handuk, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan lunglai.

"SAYANG!!"

Windi berjalan keluar kamar ketika, Tyo — Suami nya memanggil. Berjalan menuju kamar nya, menghampiri Tyo.

"Kenapa sih? Pagi-pagi udah tubir," kesal Windi. Tyo hanya menyengir kuda.

"Gak papa, kok," sahut Tyo enteng.

"Apaan? Manggil teriak-teriak, pas di samperin bilang gak papa!" Windi mendelik kesal. Dia capek-capek dari kamar Tiwi yang berada di lantai dua, dan berjalan menuju kamar nya yang berada di lantai satu.

Pas di samperin, tuh cowok bobrok satu bilang 'Gak papa' Hell, dimana akhlak cowok itu?

"Jangan marah gitu dong. Aku manggil kamu mau nanya, anak-anak udah pada bangun?" ujar Tyo.

"Anak-anak?" beo Windi.

Tyo mengangguk. "Iya si Tiwi, Tilo, sama Wati. Kenapa? Kamu lupa?" tanya Tyo.

"Anak kamu ada berapa?" tanya Windi.

"Tiga lah. Terus berapa lagi?" ujar Tyo.

"Nah, tadi kamu bilang 'anak-anak', sedangkan anak kamu itu tiga. Jadi kamu harus panggil?" ujar Windi.

"Hah? Apa sih? Aku gak ngerti," ujar Tyo.

Windi menghembuskan nafas nya. "Kalo anak-anak itu buat yang anak nya dua. Lah, kamu kan tiga. Jadi panggil nya 'anak-anak-anak'. Gitu!" jelas Windi.

"Iya juga ya? Anak aku kan tiga. Jadi manggil nya 'anak-anak-anak'." Tyo mengangguk paham.

"Jadi, anak-anak-anak udah di bangunin belum?" tanya Tyo, kini dengan menyebut 'anak' tiga kali.

"Bel—"

"TILO, SETAN!!"

"KEMBALIIN SEPATU GUE, ANJIM."

"OGAH!"

Tyo dan Windi saling pandang. Setelah nya menghembuskan nafas nya gusar. Selalu saja, setiap pagi antara ke tiga anak nya pasti ada yang bertengkar.

"Kita samperin," putus Tyo.

Mereka berdua pun keluar kamar, dan benar saja ada aksi kejar-kejaran antara anak sulung dan anak ke dua nya di ruang keluarga.

Keluarga BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang