Bagian 11

602 83 0
                                    

"Sudah siap?" tanya Rio sambil melirik kedua anak nya yang duduk di belakang.

"Udah," jawab Rivan dan Dira berbarengan.

Mobil Rio pun melaju membelah keramaian kota Bekasi. Udara malam ini cukup dingin.

"Kita mau ngapain sih Ma kerumah nya Kak Meza?" tanya Dira.

"Mama juga gak tau. Paling kumpul biasa, lagian kan kita jarang banget kumpul," jawab Dea.

Dira mengangguk.

"Bujug, gue lupa kalo malam ini ada janji!" Rivan menepuk kening nya pelan.

"Janji apa, Kak?" tanya Rio yang masih fokus menyetir.

"Mau kenalin pacar aku ke kalian," jawab Rivan. "Nama nya Risya. Yang kata aku anak baru itu lho, Pa."

"Kak Risya? Bukan nya minggu kemarin Bang Rivan ngajak cewek yang namanya Fanya," ucap Dira.

"Fanya mah gebetan, kalo si Risya pacar gue," ujar Rivan dengan angkuh. Cih, dasar fakboi!

"Banyak bener cewek nya, Kak?" ucap Rio sambil menepikan mobil nya di pekarangan rumah mini malis itu.

Mereka berempat turun dari mobil bersamaan, lalu masuk kedalam rumah tersebut.

"Iya dong, Rivan," bangga Rivan.

"Dasar fakboi," gumam Dira pelan.

"Assalamualaikum," ucap mereka bersamaan.

"Waalaikumsalam," jawab semua orang yang sedang duduk diruang tamu.

"Lama banget lo," cibir Tyo. "Janji abis maghrib, lah ini udah lewat isya baru dateng."

"Baru balik gue. Ya gue istirahat bentar lah," Rio duduk di sofa.

"Kenapa muka lo berdua asem bener," ucap Rio melihat Iqbal dan Tyo secara bergantian. "Ada masalah ya lo pada?"

"Gak," jawab Iqbal dan Tyo bersamaan. Tyo melirik Iqbal kesal. "Ngikut mulu anjim!" ucap Iqbal dan Tyo bersamaan lagi.

"Heh, udah bangkotan malah tebir." Meza berjalan menuruni anak tangga satu persatu, lalu berjalan menghampiri mereka dan duduk di samping Wati.

"Ok, Meza. Papi mau tanya," ucap Gilang. "Tadi pas pulang sekolah kamu kemana dulu?" tanya Gilang saat gadis itu duduk di samping Rivan.

"UHUK!!" Meza yang sedang meminum jus tersedak. "Bujug, baru kali ini gue keselek," gumam Meza.

"Nah bener kata Om Gilang. Kemana lo? Kok pas kita liat di parkiran mobil lo udah gak ada," ucap Rivan.

"Palingan nongkrong," celetuk Gevan yang baru datang dari arah dapur. "Kalo gak gitu ngapain lagi?" Gevan duduk disamping Tilo.

"Bener kamu nongkorong? Sama siapa?" Gilang menatap Meza datar. "Sama anak brandalan itu lagi?"

Meza menggeleng. "Iya, Meza emang nong—"

"Bener dugaan gue, lo bandel," ucap Gevan.

"Dengerin dulu goblog! Lo main potong aja. Gak sopan amat," kesal Meza. Kenapa Gevan selalu memotong ucapannya?

"Meza, jaga bahasa kamu sama Abang kamu," peringat Gilang, dia menatap Meza tajam. "Udah di bilang, jangan ngomong kasar," ujar Gilang.

"Ck. Jadi tadi tuh Meza nemuin temen Meza, adik nya sakit gagal ginjal," ucap Meza membuat seisi ruang keluarga menoleh.

"Terus?" Gilang kaget, dia menatap Meza.

"Dia butuh duit, yaudah Meza bantu. Kenapa? Salah lagi?" tanya Meza kesal. Dia menatap Gevan tajam. "Teruntuk Mas Gevan yang maha benar, makannya kalo apa-apa itu tanya dulu ya. Jangan asal aja lo bilang gue bandel," sindi Meza.

Keluarga BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang