Bagian 43

389 46 7
                                    

"Serius?!" Dira tersenyum senang. "Asikkkk, ajang cari cowok ini mah! Semoga aja kebanyakan good looking!"

"Bego, Tante Adel mau adain acara syukuran. Kok lo malah mau cari jodoh?!" Meza menggelepak tangan Dira. Bisa-bisa nya dia mencari jodoh saat acara syukuran seperti ini.

"Gak papa kali aja ada yang sreg sama gue," sahut Dira acuh.

Meza menjitak kepala Dira. "Songong ye. Sekarang ngomong sama gue pake lo gue. Dulu aje aku kamu," ujar Meza misuh-misuh.

"Emang gitu, Kak. Si Dira di sekolah juga ngomong lo gue. Mana ada aku kamu," ujar Naya ikut nimbrung.

Dira mendelik kesal. "Suka-suka saya dong! Hidup-hidup saya anda yang reot!"

"Repot setan!" semprot Meza kesal. Kenapa sekarang Dira sangat menyebalkan? Sepertinya predikat anak penurut akan hilang dari Dira saat ini juga!

"Berisik anying!" Tiwi jadi ikut sewot.

"Dih, sewot lo. Dah ah. Keluar aja ayok. Kita ke dapur minta makan. Gue laper ini," ujar Meza.

Ya, mereka: Meza, Tiwi, Dira, Naya, sedang berada di rumah Adel sore ini. Tujuan nya akan menginap karena besok adalah hari dimana adel menikah.

"Untung aje si Wati kaga ikut ye. Kalau ikut pasti ribet," ucap Dira membayangkan.

"Jangan di tanya. Pasti ribet. Tuh bocah kan pitik-pitik menghanyutkan." Meza mengangguk setuju.

"Heh, lu pada ngomongin adik gue kek gak ada Kakak nya aja anjir!" kesal Tiwi membuat ketiga nya tertawa.

Tiba-tiba pintu di buka, menampak kan seorang laki-laki berbalut baju koko putih, celana hitam dan juga peci hitam. "Assalamualaikum," ucap nya.

"Waalaikumsalam," jawab mereka berempat serentak.

"Papa ngapain kesini?" tanya Tiwi.

"Minta makan! Ya mau ikut syukuran lah," sewot Tyo.

"Dih ngegas. Btw Papi mana, om?" tanya Meza.

Tyo menaikan bahu nya. "Gak tau. Tadi Mira sama yang lain ada di kamar sebelah. Kamu liat aja," ujar Tyo.

"Yaudah. Naya mau ikut gak?" tawar Meza mendapat jawaban gelengan dari Yana. "Enggak. Naya disini aja,"

Meza bangkit dari duduk lalu berjalan keluar pintu. "Maaf atuh, Mang. Awak badag oge malah cicing di dinya," [Maaf dong, Om. Badan besar juga malah diem di situ] ujar Meza dengan logat sunda nya.

Tyo yang sama sekali bukan orang sunda mengerenyitkan dahi nya berlipat. Sedangkan Naya yang paham karena walaupun Kayla bukan orang sunda, tapi dia diam di Indramayu saat kecil.

Tentu Naya paham karena dulu saat SD dia sekolah di Indramayu.

"Ngomong apa sih?" Tyo menatap Naya yang sedang tertawa. "Lo kenapa ketawa? Paham?"

Naya yang masih tertawa mengangguk.

"Ssstt, jangan di kasih tau, Nay. Udah ah. Meza mau nyamperin Mami!"

Keluarga BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang