Bel pulang sekolah berbunyi, menandakan bahwa waktu nya pulang bagi seluruh siswa-siswi SMA Padjajaran.
"Pulang." Gevan menatap datar Meza.
Meza yang sedang duduk di bangku nya dan mengobrol ria dengan Fillo─teman sekelas nya pun menoleh.
"Jam 3. Pulang," perintah Gevan tak terbantahkan.
Meza mengeleng. "Gue mau ma─"
"Pulang Za," kini Keon ikut memberi perintah.
Fillo yang merasa keadaan menjadi dingin pun angkat suara. "Za, gue balik duluan ya? Anak-anak udah nunggu nih." Fillo bangkit dari duduk nya, dan berjalan keluar kelas.
"Eh Fillo! Ik-"
"Lo bolot ya? Pulang!" Rivan menatap Meza kesal. "Udah sore. Main aja lo,"
"Ck, gue mau mai-"
"Meza Febriani!" sentak Gevan. "Pulang sekarang!" perintah Gevan dingin.
Meza bangkit dari duduk nya. Menatap ke tiga Abang nya malas. "Bawel. Udah ah, gue mau ke si Naya aja." Meza melangkahkan kaki nya menuju luar kelas, namun tangan nya dicekal oleh Keon.
"Apa lagi sih?!"
"Ngapain?" tanya Keon datar.
"Ngapain apaan?" bingung Meza. Ya gimana gak bingung, dibilang mau ke rumah Yana malah bilang ngapain.
"Rumah gue," jawab Keon singkat.
Meza menghempaskan tangan Keon kasar. "Mau minta makan. Laper," sahut Meza. Dia melanjutkan langkah nya menuju luar kelas.
"Sabar ya Allah." Rivan menatap kepergian Meza sambil mengelus dada. "Dosa apa gue sama Papa sampe bisa bertemu orang kaya si Meza," ujar Rivan.
Gevan menghembuskan nafas nya berat. "Susulin aja," putus Gevan.
Mereka bertiga pun akhirnya pergi meninggalkan kelas Meza. Mau tak mau mereka harus menyusul Meza ke rumah Om Iqbal.
***
"MEZA COME BACK! ADA YANG GELAR KARPET MERAH GAK??" teriak Meza memenuhi ruangan rumah megah tersebut.
Naya yang sedang menonton tv menutup telinga nya dengan kedua tangan nya. Dia menatap Meza kesal, "Kak Meza berisik tau!" kesal Yana namun tak dihiraukan oleh Meza.
"Tante Kay, ponakan kesayangan Tante datang nih!" ujar Meza sedikit berteriak.
Tak lama datang Kayla dengan mengenakan baju santai nya. Dia turun dari lantai dua menuju ruang tamu.
"Bukan nya salam dulu, malah teriak-teriak." Kayla duduk di kursi tunggal. "Kamu anak cewek, jangan gitu."
"Hah? Mana saya tau, kan saya ikan," ujar Meza ngawur. "Om es kemana Tan? Ko gak keliatan," tanya Meza.
Kayla memutar bola mata nya malas, ketika Meza menyebut Iqbal dengan sebutan Om es. "Itu Om kamu, jangan panggil gitu," ucap Kayla.
"Ya-"
"ASSALAMUALAIKUM, TANTE KAY! RIVAN YANG GANTENG DATANG!!" Rivan masuk kedalam rumah, lalu duduk di samping Meza.
"Ya Allah, Rivan! Kamu gak us-"
"Waalaikumsalam." Iqbal menjawab salam memotong ocehan Kayla. "Gak usah teriak," ujar Iqbal duduk di samping Keon.
Rivan menyengir. "Ya mangap," ujar Rivan.
"Mau apa?" tanya Iqbal datar. Dia menatap Gevan, Meza, dan Rivan bergantian.
"Kenapa? Gak boleh?" tanya Gevan datar. "Lagian Meza yang mau, bukan kita," lanjut acuh.
"Buk-"
"UDAH WOY! Ailah, malah pada tubir!" seru Meza melerai. "Tante Kay, Meza mau makan dong," ujar Meza menyengir.
"Gak malu lo?" tanya Keon dingin.
Meza menatap Keon malas. "Nyaut aja lu es batu," ujar Meza.
"Tante ud-"
Dengan cepat Meza bangkit dari duduk nya. "Makasih tante. Meza duluan!" Meza berjalan menuju meja makan.
"GUE IKUT, ZA!" Rivan berlari menyusul Meza kemeja makan.
Meza yang mendengar itu menyahuti. "Ngikut aja lo anjir!" seru nya
***
"Bagus. Gitu aja terus, mau jadi apa kamu?!" Gilang menatap Meza marah. "Kamu cewek Meza, gak baik kayak gitu."
"Udah sih, lagian tadi Meza juga ikut up-"
"Kalo gak gue liat juga lo gak bakal ikut," potong Gevan datar.
Meza menatap Gevan kesal. "Komporin aja terus! Demen banget lo gue di marahin," ujar Meza.
"Ya emang bener kali. Lo kan bandel," sahut Gevan.
"Gevan, Meza, udah. Papi lagi bicara, jangan kalian potong," peringat Mira.
Menatap sang bungsu, Mira tersenyum. "Lain kali gak boleh bolos lagi ya?" ujar Mira."Iya Mi, gak lagi," jawab Meza.
"Gitu aja terus, gak lagi, gak lagi. Nanti gitu lagi," cibir Gilang. "Kamu tuh sekolah yang bener, di keluarga kita kamu doang yang ngambil IPS, yang lain IPA."
"Papi gak larang kamu ngambil IPS, kenapa? Karena Papi yakin bakat kamu ada di IPS. Tapi apa? Kamu manfaatin kesempatan ini iya?!" kesal Gilang. "Kamu cewek Meza, jangan main sama cowok terus. Bukan nya Papi─"
"STOP! Meza ada tugas nih. Ngoceh nya lanjut nanti aja." Meza bangkit. "Kumpulin dulu unek-unek nya Papi Nanti sambung. Jangan pake pipa rucika ya, nanti mengalir sana sini." Sebelum Gilang marah, Meza berlari menaiki anak tangga, menuju kamar nya.
"Gue aja terus gue. Apa-apa gue. Emang tuh si Gevan akhlak nye kurang amat." Meza merebahkan tubuh nya diatas kasur.
"Gue gini gak boleh, gitu gak boleh." Mengehembuskan nafas nya kasar, Meza bangkit dan berjalan menuju meja rias yang hanya ada bedak bayi dan lipbam stoberi.
Menatap diri nya di cermin. "Iya sih, gue bar-bar. Tapi gue juga kan punya perasaan," gumam Meza.
"Tau lah. Pusing gue lama-lama," pasrah Meza.
***
"Untung aja tadi Gevan, Aku, sama Keon keburu dateng ke kelas Meza. Kalo enggak udah deh tuh anak pasti kabur!" cerita Rivan kepada kedua orang tuanya.
Setelah shalat maghrib tadi, Rivan bercerita tentang Meza hari ini di sekolah kepada Rio dan Dea.
"Emang tiap senin gitu, Kak?" tanya Dea.
Rivan menaikan bahu nya acuh. "Gak tau. Tapi yang Rivan denger juga senin minggu ke dua bulan ini dia gak ikut," jawab Rivan.
Rio dan Dea terdiam. Mereka juga bingung dengan sikap bar-bar Meza. Anak perempuan itu seharusnya lembut, lah ini?
***
semoga suka!💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Bobrok
HumorHei, ini tidak hanya kisah keluarga yang bobrok. Tapi ini juga kisah tentang keluarga yang humoris, romantis, dingin, dan unik. Walaupun sering sibuk sama dunia masing-masing, tapi mereka masih inget sama keluarga. Pasti ada aja waktu luang untuk k...