Bagian 35

389 59 3
                                    

Suasana pagi ini di rumah Meza sangat sepi. Pasalnya, Gilang sudah berangkat ke RS, Mira berangkat ke kantor, dan Gevan berangkat sekolah.


Sedangkan Meza? Setelah selesai bebenah, dia hanya diam saja. Karena masa skors nya belum usai.

"Bosen banget gue. Bebenah udah, mandi udah, makan udah. Ngapain lagi ya?" Meza bergumam bosan. "Kalo ke rumah empat Tante rempong gak mungkin, apalagi rumah Tante Kay sama Win itu lagi ada laki nya. Ogah kena semprot gue,"

Meza berjalan ke arah dapur, dia membuka pintu kulkas, dilihat nya kulkas yang tampak kosong. "Gue ke supermarket aja lah, eh tapi duit nye mana anjir!"

"Telepon Mami dulu aja kali ya?" Meza melangkah kan kaki nya berjalan menaiki anak tangga menuju kamar nya, tak butuh waktu lama saat sampai kamar Meza mengambil ponsel nya.

"Halo, Mi?" ujar Meza setelah menekan kontak Mira di ponsel nya tadi.

"Halo, Za? Kenapa?" tanya Mira di sebrang sana.

"Eum, bahan makanan udah abis. Meza mau belanja aja. Uang nya, mana?" ujar Meza.

"Oh iya. Hampir Mami lupa. Kamu ke RS dulu aja,"

"Hah? Ngapain?"

"Masalahnya kan tadi Mami berangkat kerja di anter Papi, karena Papi buru-buru jadi dompet Mami ketinggalan di mobil Papi. Kamu ambil aja sana."

"Ish, nanti ganggu dong? Kan Papi lagi kerja," ujar Meza. Males kena semprot gue!

"Kamu tanya Suster Anna dulu. Asisten Papi. Kamu tunggu sampai jam Papi kosong dulu. Mami mohon sama kamu, list bahan kosong nya udah Mami catet dan ada di note yang nempel di kulkas," ujar Mira dengan nada memohon.

Kalau sudah seperti ini, Meza bisa apa? Dia juga tak tega. "Yaudah. Meza beliin. Nanti Meza masak, Meza ke kantor Mami jam makan siang, boleh?" ujar Meza.

"Boleh kok. Mami tunggu. Udah dulu, mau lanjut kerja. Assalamualaikum," ucap Mira.

"Waalaikumsalam," jawab Meza.

Setelah panggilan terputus, Meza meletakkan ponsel nya kembali lalu berjalan menuju lemari pakaian nya. Dia mengambil switter couple yang dia beli bersama Mira waktu itu, ditambah celana jeans berwarna putih, tak lupa snikers putih.

Sepuluh menit sudah, Meza kini sedang memoleskan make-up tipis di wajah nya. Selain Meza kurang bisa pake begituan, Meza juga malas.

Menurut nya cantik bukan dilihat dari wajah, tapi dari hati. Ada yang sependapat??

Meza meraih sling bag nya, lalu mengambil kunci mobil dan berjalan keluar kamar, dia melangkah kan kaki nya ke arah dapur mengambil note yang Mira maksud.

"Banyak banget njir. Sekalian jajan ah gue,"

***

"Pagi, Suster. Dokter Gilang nya, ada?" tanya Meza. Dia sudah sampai di rumah sakit tempat Gilang bekerja. Meza risih dengan tatapan orang-orang yang menatap nya, aneh.

"Pagi, maaf, dengan siapa?" ujar Suster Anna. Memang, Meza baru pertama kali kesini. "Apakah sudah membuat jadwal dengan Dokter Gilang sebelum nya?"

Meza menggeleng, "Saya Meza anak nya, Sus. Ada perlu. Bisa ketemu sama Papi?" ujar Meza.

Suster Anna tampak sedikit kaget, pasal nya baru pertama ini dia melihat anak Dokter Gilang. "Oh kamu anak nya. Pantes cantik, Dokter ada. Dan hari ini jadwal nya gak padat, silahkan masuk," ujar Suster Anna ramah.

Keluarga BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang