Bagian 33

410 53 10
                                    

aku saranin kalian baca cerita MEZA yaaa. sambil nunggu KB up soalnya.

dan baca juga karya series aku yg lainnya. tetep bobrok gini kok. . . cuman campur bawangnya dikit^^

mau ngasih tau, kalau kalian lupa cerita ini bakalan ada SERIES nya.

SERIES nya terdiri dari:
– GEVASYA (Kisahnya Gevan)
– RIVASYA (Kisahnya Rivan)
– KAINDRA (Kisahnya Dira)

belum aku publisshh, masih nentuin alur. kira-kira yg mana dulu yaa...

***

"Rio, bangun." Dea menepuk pipi Rio pelan. "Bangun, udah jam enam! Kamu gak mau sar—"

"Iya, sayang. Aku bangun," ujar Rio dengan suara khas bangun tidur. Dia membuka mata nya, "Pagi sayang," ujar Rio lagi.

Kemudian dia duduk, lalu tersenyum kepada Dea. "Aku mandi dulu ya," setelah mengucapkan itu Rio bangkit dari kasur lalu berjalan menuju kamar mandi.

Dea yang di perlakukan itu hanya diam. Agak aneh, pikiran nya masih kepada surat yang kemarin. Dia sangat ingin tahu, siapa Adisty itu. Namun, dia juga tidak berani untuk bertanya kepada Rio.

"Gua harus gimana?" lirih Dea.

***

"Bal, bangun. Udah siang," ujar Kayla, dia membuka gordeng kamar, lalu berjalan menghampiri Iqbal yang masih tertidur. "Bang—"

"Bawel," ucap Iqbal, kemudian dia duduk. "Aku udah bangun," ujar Iqbal.

"Udah-udah tapi matanya masih merem!" ujar Kayla.

"Pagi-pagi tuh cium, bukan marah-marah," cibir Iqbal, dia bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi.

"Pagi-pagi mesum," ujar Kayla kesal.

***

"Lang, bangun elah. Udah siang." Mira mengguncangkan bahu Gilang pelan. "Buruan, kita sarapan."

"Lima menit lagi, Ra." Gilang memiringkan tubuh nya menghadap Mira. "Ngantuk," suara Gilang berubah serak.

"Bangun, kebo! Ish, gak malu apa?! Ini di rum—"

"Astagfirullah! Iya Ra iya. Aku bangun," Gilang terpaksa bangun. Dia mendudukkan tubuhnya terpaksa, matanya sayu menatap Mira.

"Bawel banget kamu!" ujar Gilang sambil mencubit kedua pipi Mira gemas.

"Sakit ish! Udah ah sana!" Mira beranjak dari kasur, lalu berjalan keluar kamar.

***

"Yo, Tyo. Bangun. Kebo banget ya ampun," ujar Windi menoel hidung Tyo. "Cepetan, aku siram nih."

"Jangan galak, Win. Aku ngantuk," ujar Tyo sambil memeluk Windi. "Tid—"

"Jangan tidur lagi! Ayok tur—"

"Iya sayang, iya. Aku bangun. Kamu turun duluan. Nanti aku nyusul," ujar Tyo.

"Ish! Yaudah, aku turun." Windi beranjak dari kasur, lalu berjalan keluar kamar, langkah nya terhenti saat melihat pintu kamar Tiwi terbuka.

Keluarga BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang