Bagian 22

440 62 6
                                    

Rio berjalan menuju ruang tengah, lalu duduk di samping Rivan yang sedang ngemil. "Ngemil mulu, gendut baru tau rasa," cibir Rio.

"Yang penting ganteng," sahut Rivan disela ngemil nya. "Lagian di beli buat di makan. Kalo enggak mubazir."

"Serah lo serah," pasrah Rio. Dia melirik ke arah Dira yang sedang senyum-senyum sambil menatap layar ponsel nya. "Kenapa senyum-senyum?" tanya Rio kepada Dira.

Dira yang sedang bermain ponsel menoleh. "Lucu ya." Dira menunjukan layar ponsel nya, tampak ada bayi perempuan yang sedang tidur di kasur.

"Anak siapa?" Dea datang dari arah kamar, lalu duduk di samping Rio. "Kiyud banget. Coba sini liat," ujar Dea.

Dira memberikan ponsel nya yang langsung di ambil oleh Dea. "Adik nya temen aku, Ma. Namaya Shasa, cantik ya? Aku mau dong punya adik," ujar Dira polos.

"UHUK!!" Rio yang sedang minum tersedak. "M-Mau adik?" tanya Rio kepada Dira.

Dengan cepat Dira mengangguk. "Mau. Mau d-"

"LO PIKIR PUNYA ADIK ENAK??" tanya Rivan ngegas. "Gue punya lu aja udah mumet. Apalagi punya bayi. Gak! Ogah gue," ujar Rivan.

Sementara Rio dan Dea saling pandang. Dua-dua nya saling menggaruk tekuk nya yang tak gatal. Bagaimana ini? Mau adik?

"Yeu, enak bege. Gue mau punya adik cewe biar ada temen main," ujar Dira. "Ayo dong, Ma. Dira mau punya adik," Dira menatap kedua orang tua nya dengan tatapan memohon.

Dea membelalakan mata nya. "Gak, kamu pikir hamil enak apa??" tanya Dea garang. "Belum ngidam nya, belum mual-mual nya. Apalagi lah-"

"INTI NYA MAU ADIK!" Dira melipat kedua tangan nya di dada. "Gak mau tau! Dira mau adik cewe."

"Ga—"

"GAK MAU! INTI NYA ADIK CEWEK!" sarkas Dira. "Satu aja gak usah dua," ujar Dira.

"Kam—"

"Iya nanti kita buat Adik," potong Rio jengah. "Do—"

"Kamu apa-apaan sih?! Kamu pikir punya anak enak apa?!" Dea memukul bahu Rio keras.

"Aduh, gak papa kali, by. Lagian—"

"Lu aje sono! Lu pikir hamil enak." Dea melemparkan ponsel Dira asal, lalu berjalan pergi menuju kamar.

"Nah lho Mama marah. Ti ati kaga dapet jatah, Pa." Rivan meledek sang Papa.

Rio mendelik. "Diem lo. Lagian lu Dir aneh-aneh aja minta Adik," ucap Rio.

"Idi, Dira cuman minta aja. Gak suruh bikin," sahut Dira santai.

"Ck, bisa di amuk gue." Rio bangkit dari duduk menuju kamar nya hendak menyusul Dea.

"Ngapain kesini?!" Dea menatap Rio kesal saat Rio berjalan menghampiri diri nya. "Sono jauh-jauh," ujar Dea sambil menggeser tubuh nya.

"Kamu kenapa sih? Masa gitu aja marah," ujar Rio duduk di atas kasur. "Emang kamu gak mau punya anak lagi? Rivan sama Dira juga udah besar,"

"Gak m—"

"PELAN-PELAN, PA! JANGAN KASAR, SAMPE MAMA TERIAK BEGITU." Teriakan Rivan dari luar membuat Dea menatap Rio tajam.

"DIAM KAMU, RIVAN! SA—"

"HARUS CEWEK, MA! JANGAN COWOK," Kini giliran Dira yang berteriak. "YANG CAKEP YA. BIBIT NYA KAN UNGGUL," teriak Dira lagi.

Rio diam di tempat, dalam hati nya dia mengumpat ke dua anak kurang ajar nya itu. Sedangkan Dea makin kesal di buat nya, sementara diluar kedua anak nya sedang tertawa pelan.

Keluarga BobrokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang