VOTE DULU SEBELUM BACA BIAR GAK LUPA
DAN SETELAH BACA JANGAN LUPA TINGGALIN KOMEN, SARAN DAN MASUKAN BIAR AUTHOR SEMANGAT
THANKYOU!
Mia mengikuti langkah lebar Sean. Walaupun dia menggunakan high heel shoes, Mia tidak merasa kesusahan untuk mengejar pria itu.
"Sean aku lapar."
"Tidak ada waktu untuk makan. Sebentar lagi kau harus mengikuti meeting." Sean mengabaikan rengekan Mia. Dia terus berjalan menuju ruangannya. Salah ruangan Mia.
"Tapi aku benar-benar lapar." Mia meraih tangan pria itu dan semakin merengek manja.
"Makanya bangun cepat biar sempat sarapan. Pokoknya kau tidak perlu makan. Tidak ada waktu." Geram Sean sambil mendorong pintu ruangan Mia.
Mia tampak kesal. " Ya sudah, aku tidak mau ikut meeting sebelum dibelikan makanan." Ancam Mia sambil tersenyum puas. Sean akan kembali kalah.
Sean mengeram kesal. "Tiba-tiba aku ingin menenggelamkanmu di rawa-rawa."
Mia malah tersenyum. "Kau mau istrimu yang cantik ini pingsan karena kelaparan?"
"Kau bukan istriku." Sahut Sean masih menahan kesal. "Duduk di kursimu. Aku akan memesan makananmu."
Bukannya pergi, Mia malah semakin menempel di badan Sean. "Boleh minta dipesankan bubble tea sekalian?"
"Mia! Pergi duduk atau kau akan benar-benar kutenggelamkan di rawa-rawa!" Seru Sean sudah tidak bisa menahan kesalnya.
Mia perlahan melepaskan tangannya dari lengan Sean. "Lagi datang bulan bos?" Cibirnya dan langsung berjalan menghampiri meja kerjanya. Tulisan MIA PALMER sudah tercetak dan tertata rapi di atas meja besar itu.
***
Hari pertama Mia bekerja di perusahaan keluarga Foster berjalan dengan baik dan lancar. Pasti berjalan lancar karena tetap Sean yang mengambil alih semuanya. Walaupun Mia yang menjabat sebagai CEO.
Mia memang menghadiri meeting itu, tapi Sean yang melakukan semuanya, termasuk presentasi. Mia benar-benar hanya duduk di kursinya dan memainkan ponselnya dengan santai. Para peserta meeting tidak berani memprotes hal itu mengingat Mia adalah CEO dan menantu dari pemilik perusahaan. Terlebih lagi Mia adalah putri Stephen Palmer. Mereka benar-benar tidak mau berurusan dengan gadis itu. Ceritanya akan sangat panjang nanti.
"Sean aku lelah. Kakiku pegal." Rengek Mia sambil menghempaskan tubuhnya di sofa. Mereka sudah kembali ke apartemen setelah Sean menyelesaikan semua pekerjaannya.
"Drama!" Sahut Sean sambil melonggarkan dasinya dan melepaskan beberapa kancing teratas kemejanya kemudian ikut menghempaskan tubuhnya di sofa. Meraih kedua kaki Mia dan meletakkannya di atas pahanya kemudian melepaskan sepatu gadis itu dari kakinya. Sean mulai memijat pelan kaki gadis itu sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.
Dia tahu kalau gadis itu memang lelah. Mia tidak membual. Sebelumnya Mia selalu menjalani kehidupannya dengan santai dan semaunya. Dan walaupun hari ini sebenarnya dia tidak melakukan apa-apa, Sean tahu kalau Mia pasti merasa lelah karena harus menahan rasa bosannya seharian dan pinggangnya yang pegal karena duduk seharian.
"Besok kita turun lapangan. Dan kau harus ikut."
"..."
"Mia? Kau dengar?"
"..."
Pantas saja tidak ada suara. Biasanya Mia akan langsung membantah, ternyata gadis itu sudah sampai di alam mimpinya.
Sean membuang nafasnya kasar, kemudian mulai menutup matanya. Menyusul Mia masuk ke alam mimpi. Dia juga merasa lelah. Lebih lelah dari biasanya karena tanggung jawabnya hari ini bertambah. Mengurus Mia dengan segala kemauan dan sifat manjanya.
***
"Kau sudah bangun?"
"Kau memasak?" Sean menghampiri Mia dan langsung memeluknya dari belakang dan kembali menutup matanya yang sebenarnya masih terasa berat. Dia masih butuh tidur.
"Masak air."
"Untuk apa?" Tanya Sean yang masih memejamkan matanya.
"Water dispenser rusak. Aku butuh air panas untuk menyeduh mi." Sahut Mia santai sambil menonton tutorial menyajikan mi instan di youtube melalui ponselnya.
"Mia?"
"Hmm"
"Mia?"
"Apa?"
"Kita bisa mati muda kalau makanan kita seperti itu terus."
"Makanya berusaha biar Karina mau jadi pacarmu. Nanti dia saja yang memasak." Sahut Mia santai.
"Dia tidak mau menjadi pacarku."
"Aku yakin dia mau, hanya saja dia tidak mau terlibat dalam skenario kita." Sahut Mia masih tidak melepaskan pandangannya dari ponselnya. Dia menyimak dengan sungguh-sungguh tutorial itu.
"Jadi aku harus bagaimana?"
"Kita harus bercerai dulu." Sahut Mia santai.
"Apa lagi alasan kita cerai? Rencana awal kita sudah gagal." Sean membuka matanya, tapi masih memeluk Mia.
"Ya cari cara lain!"
"Aku sudah tidak punya ide. Atau kita tidak perlu bercerai?"
"Enak saja!" Semprot Mia.
Sean tertawa. "Mia?"
"Hmm"
"Mia?"
"Apa?"
"Airnya sudah habis."
"Air apa?"
"Air yang kau masak."
"Astaga!" Seru Mia melihat wadah yang sebelumnya terisi penuh dengan air kini hampir mengering. Mia buru-buru mematikan kompor. "Kenapa baru bilang?" Tanyanya kesal sambil melepaskan tangan Sean yang melingkar di pinggangnya.
"Karena kau tidak bertanya." Sahut Sean asal.
"Whatever!"
***
Mia membelalak kaget membaca nama Leonardo di layar ponselnya.
"Sean! Jangan mandi dulu!" Seru Mia sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi. Sean baru saja menguncinya.
"Ada apa lagi?" Tanya Sean geram. Sepertinya gadis itu tidak ingin membiarkan Sean hidup dengan tenang.
"Leonardo menelefonku." Sahut Mia dengan wajah panik sambil menunjukkan layar ponselnya pada Sean.
"Terus?"
"Aku harus jawab apa?"
"Dia belum bertanya. Kau belum menerima panggilannya." Sahut Sean.
"Aku yakin dia mau mengajakku berkencan. Bagaimana aku menolaknya?" Ujar Mia penuh percaya diri.
Sean malah menjitak kening gadis itu. "Kau jangan terlalu percaya diri."
"Lalu apa alasan Leonardo menelefonku?"
"Ya mana kutahu." Sahut Sean sambil mengangkat bahunya. "Aku mau mandi. Awas saja kalau masih mengganggu."
***
tbc...
YANG SUKA BACA CERITA-CERITAKU JANGAN LUPA DI FOLLOW YAWWWW
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECOND WEDDING
RomanceSTART : 19 OKTOBER 2020 SEAN DAN MIA ADALAH DUA MANUSIA YANG TIDAK PERNAH AKUR. KEDUANYA SUDAH SALING MENGENAL SEJAK MEREKA MASIH DUDUK DI BANGKU SEKOLAH DASAR. IBU MEREKA ADALAH SEPASANG SAHABAT YANG PADA AKHIRNYA BERPIKIR UNTUK MENJODOHKAN MEREKA...