LAST KISS

830 62 5
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA BIAR TIDAK LUPA.

DAN JANGAN LUPA NINGGALIN KOMEN KALAU SUDAH SELESAI BACA YAA

SELAMAT MEMBACA, SEMOGA SUKA

LOVE





"Jimmy? Belum tidur?" Tanya Sarah yang tiba-tiba terbangun dan menemukan Jimmy sedang berdiri dan melihat keluar jendela.

"Bagaimana aku bisa tidur? Dua jagoanmu baru saja selesai berlaga. Sean masih tetap unggul." Sahut Jimmy santai.

"Kali ini siapa yang menjadi korban Sean?" Tanya Sarah yang masih berbaring. "Drake?"

Jimmy hanya menganggukkan kepalanya sambil berjalan menghampiri ranjang. "Masalah di antara mereka berdua seperti tidak akan ada habisnya. Selalu saja ada."

"Justru aku akan heran jika mereka bisa akur." Sahut Mia terkekeh. "Biarkan saja. Ada saatnya nanti mereka berhenti. Mungkin kalau salah satunya sudah tidak ada." Lanjut Sarah sambil tertawa.

"Drake mencium Mia."

Sarah yang masih tertawa langsung diam. "Drake?" Tanyanya dengan mata membelalak.

Jimmy menganggukkan kepalanya.

"Besok kiamat." Lirih Sarah.

"Kenapa kau tidak menjodohkan Mia saja dengan Drake dulu?" Tanya Jimmy.

"Walaupun Sean dan Mia sering sekali berkelahi dan adu mulut, tapi aku bisa melihat bagaimana Sean menyayangi gadis itu. Lagi pula mereka berdua sangat cocok."

"Drake juga menyukai Mia."

"Tapi mereka tidak cocok. Keras kepala mereka sama-sama tidak bisa di atasi. Aku tidak bisa membayangkan kalau mereka berdua yang akhirnya menikah." Jelas Sarah.

"Bagaimana dengan Sean? Menurutmu kepalanya lunak?" Tanya Jimmy sambil tertawa.

"Sean memang keras kepala. Tapi dia selalu bisa menghadapi Mia. Pokoknya aku tidak salah. Mia dan Sean pasangan yang cocok."

***

Sean membuka pintu kamarnya dan menemukan Mia terduduk di lantai. Dengan langkah cepat Sean menghampiri gadis itu. "Kau mau pulang?"

"Aku mau cerai secepatnya." Sahut Mia lirih. "Besok aku akan memberitahu yang sebenarnya kepada mereka."

"Mia, ini diluar rencana kita." Ujar Sean mencoba membujuk Mia.

"Aku tidak peduli." Sahut Mia yang enggan menatap wajah Sean.

Sean menangkup kedua sisi wajah gadis itu.

Mia tidak menolak. Tatapannya dan Sean bertemu. "Mari kita akhiri."

Sean menggelengkan kepalanya. "Belum saatnya, Mia."

"Aku tidak mau berlama-lama berada di sekitar kalian." Sahut Mia semakin lirih.

"Apa yang dilakukan bajingan itu padamu?"

"Kalian sama-sama bajingan." Sahut Mia.

"Mia. Tolong katakan apa yang sudah dilakukan bajingan itu?" Tanya Sean mulai geram. Dia penasaran apa yang telah dilakukan Drake terhadap Mia sampai membuat gadis itu seperti terpojok.

"Drake menciumku. Kalian berdua melakukan hal yang paling aku benci. Jadi aku harus segera pergi dari sekitar kalian. Kalian berbahaya." Jelas Mia sambil menatap ke dalam mata Sean. Tatapan benci.

"Sialan." Umpat Sean sambil melepaskan tangannya dari wajah gadis itu. "Dia harus mati malam ini." Sean bangkit berdiri tapi Mia menahannya.

"Silahkan kalian saling membunuh kalau aku sudah pergi. Aku tidak mau keluargamu menyalahkanku nanti." Ujar Mia yang masih terduduk di lantai.

Sean mengurungkan niatnya untuk kembali menghajar Drake. Dia kembali berjongkok dan kembali menangkup kedua sisi wajah gadis itu. "Kau harus istirahat. Kau tampak lelah." Ujarnya lembut sambil mencium mata Mia yang masih terlihat sembab.

Mia menggelengkan kepalanya sambil melepaskan tangan Sean dari wajahnya. Diam sejenak kemudian arah pandangnya bergerak menuju bibir Sean.

Sean hanya diam saja memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Dia tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan gadis itu.

"Aku mau meminta sesuatu. Dan kau tidak bisa menolak." Lirih Mia melepaskan pandangannya dari bibir pria itu dan menatap ke dalam matanya.

Sean masih saja diam membiarkan Mia melanjutkan kata-katanya.

Tapi bukannya kembali berbicara, Mia malah mendekatkan wajahnya dengan Sean. Dan tanpa membiarkan Sean semakin bingung, Mia mencium bibir pria itu sambil memejamkan matanya. Cukup lama.

Sean jelas terkejut. Tapi dia tidak mungkin menolak. Dia membiarkan Mia menciumnya. Walaupun dia tidak tahu apa alasan Mia melakukan hal itu.

Sampai akhirnya Mia melepaskan bibirnya. "Setidaknya saat ini kau berstatus sebagai suamiku. Kau lebih pantas menciumku. Maaf karena menggunakanmu untuk menghapus bekas bibir bajingan itu dari bibirku." Ujar Mia lirih.

Sean cukup terkejut dengan alasan gadis itu. Sebelum Mia kembali menjauhkan wajahnya, dengan cepat Sean kembali menarik tengkuk gadis itu. "Bukan begitu caranya."Ujarnya dengan nada rendah sambil kembali mencium Mia.

Kali ini Mia tidak menolak. Dia memberikan akses kepada Sean untuk memperdalam ciumannya. Dia butuh menghilangkan jejak Drake di bibirnya. Dan saat ini Sean yang pantas melakukannya.

Setelah merasa cukup, Sean melepaskan ciumannya.

Mia diam saja. Kemudian tersenyum, tapi bukan senyum jahil atau senyum manisnya seperti biasa. Kali ini senyum gadis itu memiliki arti yang berbeda. "Terima kasih. Anggap saja ini ciuman sebagai suami istri. Bukan ciuman karena saling mencintai seperti pasangan pada umumnya."

Seharusnya Sean senang karena gadis itu menciumnya. Tapi yang dirasakan Sean malah berbeda. Sean merasa jika dia akan kehilangan gadis itu. Senyum gadis itu juga berbeda dari biasanya. "Mia. Aku tidak siap untuk ini."

"Kita harus mengakhiri hubungan toxic ini Sean. Aku yang akan berbicara pada mereka. Tidak baik terus-menerus membohongi orangtua." Sahut Mia.

Sean terdiam. Ini benar-benar di luar dugaannya. Apa lagi yang bisa dilakukannya sekarang? Memaksa gadis itu? Itu tidak mungkin. Mia tidak memiliki alasan untuk tinggal. Mia tidak mencintainya.

Lalu bagaimana dengan dirinya sendiri? Dia menyayangi gadis itu. Seharusnya dia punya alasan untuk menahan gadis itu. Tapi Sean justru tidak tahu harus melakukan apa selain diam membisu seperti sekarang ini.

***

tbc...


VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA !

OUR SECOND WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang