JANGAN LUPA VOTENYA SIST BROO
VOTE GRATIS KOK HEHEHE
"Aku mau tidur. Diharapkan untuk tidak mengganggu." Perintah Sean pada Mia sambil berjalan masuk ke dalam kamar gadis itu. "Oh iya, jangan lupa menyiapkan makan malam kita ya." Sean mengedipkan matanya menggoda Mia sambil tersenyum manis. Tapi malah terlihat menjijikan bagi Mia.
"Tidurlah. Kalau bisa kau tidak tidak perlu bangun sampai selama-lamanya." Sahut Mia sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu apartemennya.
Sean sudah tidak menanggapi. Dia benar-benar mengantuk. Ranjang wangi khas Mia juga sudah memanggil-manggilnya untuk segera merebahkan tubuhnya di sana.
Setelah memesan makan malam mereka, Mia bergegas masuk ke dalam kamarnya. Dia akan mandi.
"Sean? Tunggu di luar. Aku mau mandi." Perintah Mia.
"Ya mandi saja. Biasanya juga kau tidak peduli kalau ada aku di sini." Sahut Sean kesal. Baru saja dia akan memejamkan matanya, tapi nenek sihir itu sudah kembali mengganggunya.
"Bukan itu maksudku. Sebentar lagi makan malam kita datang. Kau saja yang menunggu di depan." Sahut Mia.
"Tidak mau! Kau saja!" Tolak Sean. Dia benar-benar butuh tidur.
"Aku mau mandi!" Sahut Mia sengit.
"Aku mau tidur!" Sean tidak kalah sengit.
"Ya sudah. Malam ini kita tidak perlu makan." Sahut Mia santai dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Sean mencoba untuk tidak peduli. Tapi lihatlah, Sean sudah kembali terlihat kalah. Dia sudah bangkit dari posisi tidurnya dan dengan langkah berat keluar dari dalam kamar. Dia akan menunggu makan malam mereka. "Istri macam apa dia? Memasak saja malas." Gerutu Sean.
Sean langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Tiba-tiba ponsel Mia berdering. Sean membaca nama yang tertera di layar. "Masih usaha juga ternyata manusia itu." Gumam Sean melihat nama Mark di layar ponsel Mia. Pria yang selalu mengejar Mia tapi juga selalu ditolak Mia.
Panggilan pertama Sean abaikan. Panggilan kedua jiwa jahil Sean keluar. Dia langsung menjawab panggilan itu. "Mia sedang mandi."
"Sampaikan pada Mia, 10 menit lagi aku sampai." Sahut Mark yang sudah mengetahui jika Sean yang menjawab panggilannya.
"Oh iya, tadi Mia memesan sesuatu." Otak jahil Sean mulai bekerja.
"Mia mau memesan apa?" Tanya Mark antusias.
"Kondom." Sahut Sean santai.
"Benarkah?" Tanya Mark heran dengan degup jantung yang memburu.
"Kau beruntung malam ini, bro. Sepertinya usahamu sudah berhasil." Bual Sean.
"Apa maksudmu?" Tanya Mark antusias.
"Jangan terlalu bodoh, bro. Menurutmu kalau dia memesan kondom itu artinya apa? Ya artinya kalian akan making love malam ini." Sean semakin asyik membual.
"Kau yakin?" Tanya Mark dengan degup jantung yang semakin tidak beraturan.
"Terserahmu saja, bro. Yang penting aku sudah memberitahumu. Jangan salahkan aku kalau kau tidak siap." Sean langsung memutus panggilannya dan langsung tertawa terbahak-bahak membayangkan Mark si pria bergigi kawat akan bercinta dengan Mia si nenek sihir.
Kantuk Sean menghilang entah kemana. Dia sudah tidak sabar menunggu kedatangan Mark.
***
Mia keluar dari dalam kamar mandi dan hanya menggunakan oversized t-shirt bergambar anjing yang menutupi tubuhnya sampai setengah paha.
"Pantas saja aku mencari-carinya, ternyata kau mencurinya." Sean menatap kesal ke arah Mia yang menggunakan kaos kesukaannya. Salah. Itu kaos kesukaan mereka berdua.
Sean dan Mia pernah berkelahi hanya karena memperebutkan kaos edisi terbatas itu. Sebenarnya Sean yang memenangkan kaos itu, tapi Mia juga selalu mengklaim kalau itu adalah miliknya. Lihat saja, kaos itu sekarang sudah berada di apartemen Mia tanpa diketahui Sean sang empunya.
"Kau hanya mengaku-ngaku." Sahut Mia santai sambil menggosok-gosokkan handuk di rambutnya yang masih basah. "Mandilah. Aku tidak mau apartemenku berkuman." Mia melemparkan handuk ke arah Sean.
Sean menerima handuk itu. "Keluarlah. Mark menunggumu."
"Mark?" Tanya Mia panik. "Kau membiarkannya masuk?"
Sean mengangguk polos. Sok polos.
"Kau akan mati malam ini juga!" Teriaknya sambil mengejar Sean yang sudah terlebih dahulu berlari.
Mia kalah. Sean sudah masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci pintunya.
"Sean sialan! Kau harus membayar untuk ini!" Geramnya menahan kesal. Mia keluar dari dalam kamar dan langsung menuju ruang tamu.
"Hai, Mia." Sapa Mark sambil tersenyum semanis mungkin menampilkan kawat giginya.
Mia tidak menyahut. Ogah.
"Aku sudah membawa pesananmu." Ujar Mark masih berusaha menampilkan cengirannya.
"Siapa yang bilang kau boleh masuk ke sini?" Semprot Mia tak berperikemanusiaan. Salah sendiri si Mark suka tidak tahu diri.
"Mia kamu jangan bicara kasar seperti itu. Tidak baik." Mark memberi nasehat. "Sean yang membuka pintu. Dan ini-" Mark menjulurkan barang titipan Mia, salah barang titipan Sean ke arah gadis itu.
Mia mengernyitkan dahinya bingung. "Itu apa?"
"Kata Sean kau memesan ini." Sahut Mark sambil tersipu malu.
"Heh! Jangan sok imut didepanku. Menjijikan." Mia merasa mual melihat tingkah menjijikan Mark.
Mark menundukkan kepalanya sambil menahan kacamata bulatnya agar tidak merosot.
Mia memutar bola matanya jengah dan menghampiri pria itu kemudian mengambil kantong belanja yang diberikan Mark. Mia langsung membukanya dan matanya membelalak kaget.
"Kau ini bodoh atau bodoh?!" Tanya Mia geram dengan nada tinggi.
"Pilihannya sama." Sahut Mark mengangkat kepalanya dan memberanikan diri melihat wajah Mia yang menatapnya kesal.
"Karena kau memang bodoh! Mau saja dibodohi Sean bajingan." Geram Mia.
"Sean membohongiku?" Tanya Mark memastikan.
"Pikir saja sendiri." Sahut Mia ketus. "Kau pulang saja. Bawa sekalian ini." Mia melempar kondom itu ke pangkuan Mark.
"Tapi-"
"Mau pergi sendiri atau di usir petugas keamanan?"
"Iya iya aku pergi." Sahut Mark dengan wajah kecewa sambil bangkit berdiri. "Sampai jumpa Mia. Jaga kesehatan ya."
Mia tidak menyahut, dia malah mendorong bahu pria itu agar cepat keluar dari apartemennya. Sampai akhirnya pria itu sudah berada di luar, Mia langsung menutup pintunya.
Mia jahat? Kalau iya kenapa? Lagi pula Mark tidak tahu diri. Mia sudah jelas-jelas menolak dan menjauhinya tapi pria itu tetap saja mengganggu hidup Mia. Mia bahkan hampir mau melaporkan pria itu ke polisi karena merasa tidak nyaman di ikuti terus oleh pria itu. Tapi Mia mengurungkan niatnya itu. Bagaimana pun dia kasihan juga sama pria bodoh itu.
"Masalah pertama selesai. Sekarang tinggal memutilasi Sean." Ujar Mia sambil mengepalkan kedua tangannya. "Sean!!!"
***
tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECOND WEDDING
RomansaSTART : 19 OKTOBER 2020 SEAN DAN MIA ADALAH DUA MANUSIA YANG TIDAK PERNAH AKUR. KEDUANYA SUDAH SALING MENGENAL SEJAK MEREKA MASIH DUDUK DI BANGKU SEKOLAH DASAR. IBU MEREKA ADALAH SEPASANG SAHABAT YANG PADA AKHIRNYA BERPIKIR UNTUK MENJODOHKAN MEREKA...