BECOME A CEO

838 65 3
                                    

SEBELUM BACA, VOTE DULU YA BIAR TIDAK LUPA (SEMAKIN BANYAK VOTE, SEMAKIN CEPAT UP)

TERUS NANTI SELESAI BACA KOMENNYA JANGAN LUPA

DAN UNTUK YANG SUKA MEMBACA CERITA-CERITAKU, JANGAN LUPA FOLLOW AKUN INI YAA.

THANKYOU !


"Sean! Karina bersedia datang malam ini!" Seru Mia girang menghampiri Sean yang sedang sibuk dengan komputernya. Mia langsung duduk dipangkuan pria itu.

"Bagaimana dengan Leonardo?" Sahut Sean menghentikan kesibukannya. Bukan karena ingin mendengar dengan seksama penjelasan konyol Mia, tapi badan Mia menghalangi pandangannya ke komputer.

"Bagaimana kalau kita tidak harus melibatkan Leonardo?"

"Loh? Kenapa?" Tanya Sean bingung sambil menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya dan membiarkan Mia tetap duduk dipangkuannya.

"Tipe wanitamu dengan Leonardo sepertinya hampir sama. Setelah kupikir-pikir, sepertinya Leonardo tidak akan menyukaiku. Rencana kita bisa berantakan."

Sean tertawa. "Akhirnya kau sadar kalau kau tidak cantik dan menarik?"

"Bukan itu maksudku!" Protes Mia. "Bagaimana pun aku tetap cantik. Itu mutlak. Hanya saja selera orang berbeda-beda. Dan sepertinya seleramu dan Leonardo sama. Kalian tidak menyukai tipe wanita sepertiku."

"Hei kau buang kemana kepercayaan dirimu?" Tanya Sean sambil mencubit gemas ujung hidung gadis itu.

Mia langsung menghempaskan tangan Sean. "Aku tetap percaya diri kalau aku itu cantik melebihi siapapun di dunia ini. Ini hanya soal selera."

"Jadi apa kau punya pemeran cadangan?"

Mia menggelengkan kepalanya. "Sean, kau kan tahu aku tidak mau dekat dengan pria kalau bukan untuk hubungan yang serius. Terlebih ini hanya skenario." Sifat manja Mia keluar.

"Kau akan menjadi perawan tua kalau kau berpikir seperti itu terus." Sahut Sean.

"Nanti kalau umurku sudah 30 tahun, aku akan jual murah saja." Ujar Mia sambil tertawa.

"Kau jual murah pun, pria masih berpikir dua kali." Sahut Sean sambil tertawa. Keduanya tertawa.

"Jadi maksudku, kau saja dan Karina yang berpacaran. Skenario di ubah. Kau yang ketahuan selingkuh. Bagaimana?" Tanya Mia sambil menaik-turunkan alisnya.

Sean tampak berpikir sejenak. "Tapi dengan satu syarat."

"Apa?" Tanya Mia was-was.

"Kau bekerja di perusahaanku."

"Yang benar saja?!" Sahut Mia membelalak matanya kaget. "Ayahku punya perusahaan, kenapa aku tidak bekerja di sana saja dari pada bekerja di perusahaanmu? Aku tidak mau! Aku akan berkencam dengan Leonardo saja."

"Hanya dua hari. Sekretarisku akan ada tugas ke luar negeri, tidak ada yang bisa menggantikannya untuk sementara." Jelas Sean.

"Jadi sekretarismu?!" Mia semakin tidak terima. "Tidak mau!"

"Hanya dua hari Mia."

Mia menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Kau hanya perlu mengikuti setiap kegiatanku. Tidak ada pekerjaan yang berat. Dan hanya dua hari."

Mia tiba-tiba mendapat ide cemerlang. "Aku mau. Tapi aku yang jadi CEO dan kau sekretarisku. Bagaimana?" Mia pernah ingin mencoba hal itu di perusahaan ayahnya. Tapi ayahnya menolak mentah-mentah. "Kau belum punya banyak pengalaman. Kau harus mempunyai banyak pengalaman untuk menjadi CEO." Alasan ayahnya kala itu.

"Heh! Bagaimana ceritanya kau bisa jadi CEO?" Tanya Sean heran. "Mengurus diri sendiri saja tidak bisa. Lagi pula kau pikir semudah itu bisa menjadi CEO? Kau harus punya saham dan memiliki hubungan dengan pemilik perusahaan."

"Kau lupa kalau aku istrimu? Menantu pemilik perusahaan."

Sean diam. Gadis itu benar. Tapi yang benar saja? Gadis manja itu memangnya bisa memimpin perusahaan? Menjadi sekretarisnya pun gadis itu tidak akan mampu. Sean hanya tidak punya pilihan lain makanya sampai meminta gadis itu.

Sean berpikir cukup lama. Tapi akhirnya dia memenuhi keinginan gadis itu. Toh hanya dua hari. Lagi pula gadis itu berada dibawah pengawasannya. Tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

"Deal."

Mia tersenyum menang. "Jadi aku tidak perlu berkencan dengan Leonardo?"

Sean hanya menganggukkan kepalanya.

"Itu baru suami yang baik." Sahut Mia girang yang langsung memeluk Sean kemudian mencium pipinya. "Jadi mulai kapan aku menjadi CEO? Aku sudah tidak sabar."

"Aku juga sudah tidak sabar ingin melihat kehancuran perusahaanku."

Mia hanya tertawa.

"Mulai besok. Orang-orangku akan mengurus semua dokumen pergantian CEO hari ini."

"Oke deal."

***

"Mia apa yang terjadi?"

"Ada apa Bu?" Tanya Mia heran setelah menerima panggilan dari Samantha dan tiba-tiba menanyakan apa yang terjadi. Padahal tidak sedang terjadi apa-apa.

"Ibu membaca berita. Sean menyerahkan posisi CEOnya padamu?"

"Ohooo itu hanya dua hari Bu. Ibu tidak perlu terlalu bangga."

"Heh! Siapa yang bangga? Ibu justru khawatir perusahaan keluarga mereka bisa bangkrut gara-gara kau." Sahut Samantha yang masih saja tidak percaya dengan isi berita yang dibacanya sore itu.

"Ibu tidak mempercayaiku?"

"Jelas tidak." Sahut Samantha cepat.

Mia justru tertawa. "Itu hanya dua hari Bu. Lagi pula ada Sean. Dia tetap yang mengelola semuanya."

"Pokoknya Ibu tidak mau tahu. Kau jangan bikin malu keluarga karena ulahmu. Bye!" Samantha langsung memutuskan panggilannya.

"Ibu macam apa dia? Tidak mempercayai anak sendiri." Gumam Mia sambil terkekeh.

***

"Sean! Karina sebentar lagi datang. Bersiaplah!"

"Aku tidak perlu bersiap-siap. Aku sudah sangat tampan." Sahut Sean yang muncul dari pintu kamar.

"Kau jangan terlalu percaya diri. Kau tidak bisa dikategorikan tampan kalau aku tidak mengakui ketampananmu." Sahut Mia sambil menyiapkan makan malam mereka. Mereka akan menunggu Karina untuk makan malam bersama.

"Ayam goreng lagi?" Tanya Sean melihat makanan di atas meja yang kembali di dominasi ayam K*C.

"Kau mau ayamnya aku tambahkan air biar menjadi ayam kuah?" Sahut Mia sambil tertawa.

"Karina bisa memasak?"

"Dia memang seorang chef terkenal." Sahut Mia tidak berbohong.

"Kali ini otakmu bekerja dengan baik." Ujar Sean sambil mengacungkan 2 jempolnya.

"Otakku itu selalu bekerja dengan baik. Tapi hanya di situasi genting saja. Aku tidak mau menggunakan otakku untuk hal-hal yang tidak penting." Mia membela diri.

"Terserahmu saja. Semoga otakmu bisa bekerja dengan baik selama 2 hari kau jadi CEO." Sahut Sean.

"Kau tidak perlu khawatir." Sahut Mia dengan nada angkuh.

***

tbc....


VOTE, KOMEN, SHARE DAN JANGAN LUPA FOLLOW :*

OUR SECOND WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang