VOTE DULU YA SEBELUM BACA BIAR GAK LUPA HEHE
DAN SELESAI BACA JANGAN LUPA TINGGALIN KOMEN, SARAN DAN MASUKAN BIAR AUTHOR SEMAKIN BAGUS DAN SEMAKIN SEMANGAT MENULISNYA.
THANKYOUUU
Mia menempati janjinya. Setelah meeting dan istirahat sebentar, dia, Sean dan beberapa pegawai perusahaan mendatangi lokasi proyek baru perusahaan untuk melakukan pemantauan.
Kunjungan itu hanya berlangsung selama 3 jam. Setelah selesai kunjungan, mereka singgah untuk menyempatkan makan siang mereka yang tertunda. Seperti biasa Mia terus saja mengerutu karena merasa lapar.
Mereka sudah mengambil tempat masing-masing dan menunggu makanan mereka datang. Sambil menunggu, mereka terlihat sibuk mengobrol. Sean berbincang-bincang dengan para pegawai, sedangkan Mia seperti biasa sibuk dengan ponselnya. The Sims lebih menarik perhatiaannya dari pada harus ikut bergabung di obrolan membosankan itu.
"Bu Mia Palmer tidak punya rencana untuk melanjutkan karir di perusahaan suami Ibu?" Seorang pria paruh baya mencoba mengajak Mia ikut mengobrol melihat gadis itu hanya sibuk sendiri dengan ponselnya.
"Tidak pak, terima kasih." Sahut Mia cepat.
Sean menahan senyum di bibirnya mendengar jawaban Mia.
Pria paruh baya itu mengangguk-anggukan kepalanya. "Itu memang lebih baik Bu."
Mia mengangkat kepalanya mendengar perkataan pria paruh baya itu. Dia akan protes.
"Perusahaan suami Ibu sudah memiliki Pak Sean dan saudara-saudaranya untuk mengurus perusahaan, saya pikir lebih baik Ibu berkarir di perusahaan keluarga Palmer saja. Jika Ibu nantinya yang memegang kendali penuh di perusahaan Palmer dan Pak Sean di perusahaan keluarga Foster, saya yakin kedua perusahaan besar itu akan menjadi perusahaan yang jauh lebih besar karena bisa mengadakan hubungan kerja sama yang tanpa batas." Jelas pria paruh baya itu.
Mia yang hendak protes mengurungkan niatnya mendengarkan penjelasan pria paruh baya itu. Tidak ada kata-kata yang merugikannya jadi tidak masalah. Dia kembali sibuk dengan ponselnya dan membiarkan Sean yang meladeni pria itu.
Makanan mereka datang. Semuanya sudah terlihat sibuk dengan makanan masing-masing.
"Sean, kau lupa memesan bubble teaku?" Tanya Mia.
"Jangan sering-sering minum itu. Kau tidak baca berita mengenai bahaya minuman itu?" Sahut Sean sambil membersihkan sudut bibir Mia yang terkena sedikit saos dengan jarinya. Seperti biasa Mia akan membiarkan Sean melakukannya.
"Kalau ada maumu saja aku boleh minum bubble tea." Gerutu Mia.
Sean hanya tertawa kemudian mengacak-ngacak rambut gadis itu dengan gemas. Seperti yang biasa dilakukannya.
Para pegawai yang sedari tadi diam-diam memperhatikan pasangan pengantin baru itu hanya tersenyum dan sedikit kagum.
Tidak biasanya Sean tertawa seperti itu, bahkan tidak pernah. Dan perlakuannya terhadap Mia sukses membuat para pegawai wanita semakin merasa iri.
***
Jam menunjukkan pukul 4 sore. Sean memutuskan untuk langsung pulang. Kalau mereka kembali lagi ke kantor, bisa dipastikan Mia akan kembali mengamuk.
"Jam berapa Leonardo menjemputmu?" Tanya Sean sambil mengemudikan mobilnya.
"Jam 7." Sahut Mia singkat. "Kenapa kau tidak memberitahu kalau Leonardo juga akan menghadiri meeting itu?"
"Aku lupa." Sahut Sean singkat.
"Untung saja aku tidak melakukan hal yang memalukan." Ujar Mia merasa lega.
"Membawa bubble tea ke ruang meeting, bermain ponsel selama meeting, membiarkan sekretaris untuk melakukan pemaparan materi penting dan berkirim pesan dengan pria lain ketika suami sedang melakukan presentasi, aku rasa itu cukup memalukan. " Sahut Sean.
Mia malah tertawa. "Kau melihatnya?"
"Beberapa pegawai juga melihatnya." Sahut Sean.
"Leonardo yang melakukannya terlebih dahulu."
"Kau tidak perlu membela diri. Aku sedang tidak menyalahkanmu. Aku hanya mengatakan itu memalukan." Sahut Sean datar.
"Aku harus peduli?" Cibir Mia.
***
Mia menghampiri Sean yang sedang duduk santai di sofa. Kedua tangannya menahan bagian belakang dressnya. Mia langsung duduk di pangkuan pria itu dengan posisi membelakangi.
Sean langsung mengerti. Dia mulai memasangkan kancing bagian belakang dress gadis itu. "Sudah." Ujar Sean sambil mengecup singkat bahu gadis itu yang terbuka.
Mia hendak berdiri namun di tahan oleh Sean. Pria itu menangkup wajah Mia dan membuat mereka berhadap-hadapan. "Kau berdandan?" Tanya Sean sambil mengernyitkan keningnya dan memperhatikan secara seksama wajah gadis itu. Sebenarnya hanya sapuan make up tipis, tapi tetap saja menurut Sean itu berlebihan. Sean tidak suka.
Melihat ekspresi Sean, kepercayaan diri Mia yang sempat melambung kini merosot lagi. "Aku terlihat jelek menggunakan make up?"
"Kau memang selalu jelek." Sahut Sean cepat.
"Aku akan membersihkannya." Ujar Mia sambil bangkit berdiri dan meninggalkan Sean.
"Aku bantu." Sean bangkit berdiri dan menyusul gadis itu.
Mia dan Sean mulai bekerja membersihkan make up Mia yang sebenarnya terlihat cantik di wajahnya dan tidak menutupi kecantikan alami gadis itu.
Mia memang tidak suka berdandan, tapi keahliannya dalam hal itu tidak bisa dianggap remeh. Itu semua berkat ajaran Samantha sejak dia masih duduk di bangku sekolah. Dulu Mia selalu menggunakan teman-temannya untuk menjadi bahan prakteknya dan hasilnya memang selalu bagus bahkan terlalu bagus untuk ukuran anak sekolahan. Hanya saja Mia malas menghabiskan waktu dengan berdandan setiap hari. "Aku mendedikasikan keahlianku untuk orang-orang yang tidak merasa cantik dan mengubah mereka menjadi cantik sesuai keinginan mereka. Sedangkan aku? Aku sudah cantik, aku tidak perlu diubah." Alasan Mia setiap kali Samantha bertanya mengenai hobi Mia mendandani teman-temannya sedangkan dia sendiri tidak mau dandan.
Sean duduk di atas meja rias, sedangkan Mia duduk di kursi. Mia dengan cekatan membersihkan wajahnya dan Sean membantunya. Bantu doa.
Sean hanya mengawasi gadis itu dan memastikan tidak ada sisa make up yang tersisa.
"Sudah bersih?" Tanya Mia memastikan.
Sean memperhatikan wajah Mia kemudian menganggukkan kepalanya. "Sudah. Begini jauh lebih baik."
"Aku terlihat lebih cantik?" Tanya Mia antusias.
"Aku tidak mengatakan kau cantik, aku hanya mengatakan ini lebih baik." Sahut Sean yang langsung mengambil langkah seribu menjauhi Mia yang sebentar lagi akan meledak.
"Sean! Kau benar-benar bajingan buta! Matamu butuh di operasi!" Seru Mia yang langsung berlari mengejar Sean.
"Mia! Stop!" Seru Sean melihat Mia tidak ada niat menghentikan usahanya untuk mendapatkan Sean. "Sebentar lagi Leonardo datang. Kau mau keringatmu membuatmu semakin jelek?"
Baru saja Mia akan protes, bel apartemen berbunyi.
"Itu pasti Leonardo!" Seru Sean yang masih saja berlari menghindari Mia.
Mia menghentikan langkahnya dan mengatur nafas. "Buka pintunya!" Perintahnya pada Sean. "Aku mau membereskan keringat sialan ini." Mia langsung masuk kamar meninggalkan Sean.
***
tbc....
VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA.
DAN BAGI YANG SUKA BACA KOLEKSI CERITA-CERITAKU SILAHKAN DI FOLLOW YAA
THANKYOU
PENTING !!
DI BAB SELANJUTNYA AKAN ADA GIVEAWAY !!!
SIAP-SIAP YAAA KARENA HANYA UNTUK 5 ORANG. SIAPA CEPAT DIA DAPAT 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR SECOND WEDDING
RomansaSTART : 19 OKTOBER 2020 SEAN DAN MIA ADALAH DUA MANUSIA YANG TIDAK PERNAH AKUR. KEDUANYA SUDAH SALING MENGENAL SEJAK MEREKA MASIH DUDUK DI BANGKU SEKOLAH DASAR. IBU MEREKA ADALAH SEPASANG SAHABAT YANG PADA AKHIRNYA BERPIKIR UNTUK MENJODOHKAN MEREKA...