RECOGNITION

840 93 37
                                    

VOTE SEBELUM BACA BIAR TIDAK LUPA

DAN SETELAH BACA JANGAN LUPA NINGGALIN KOMEN

THANKYOU DAN SEMOGA SUKA YAAA

LOVE





"Sean?" Sarah heran melihat Sean masuk ke dalam kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam. Penampilan putranya itu cukup berantakan.

"Mia pergi." Ujar Sean lirih seperti seorang anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya.

"Ibu sudah tahu." Sahut Sarah dengan raut bingung. "Lalu?"

"Aku ingin menemuinya, tapi aku tidak tahu dia dimana." Sean terlihat putus asa.

Sarah prihatin melihat keadaan putranya. Dia mengerti apa yang dirasakan putranya itu saat ini. Dia tahu arti Mia dalam hidup Sean.

Sarah langsung turun dari tempat tidur dan menghampiri Sean kemudian memeluknya.

Sean tidak menolak. Biasanya dia akan langsung menjauh. Tapi kali ini Sean membiarkan ibunya memeluknya. Saat ini dia tidak ada niat untuk menunjukkan bahwa dia adalah seorang laki-laki kuat yang tidak membutuhkan pelukan seorang ibu. Ada saatnya seorang laki-laki harus mengakui kelemahannya. Dan saat ini adalah giliran Sean.

"Dia sudah tahu kalau kau akan menikah?" Tanya Sarah lembut setelah melepaskan pelukannya yang cukup lama.

Sean menganggukkan kepalanya.

"Menurutmu dia pergi karena kau akan menikah?"

"Aku tidak yakin alasannya karena itu Bu.  Tapi malam sebelum dia pergi, aku membuatnya menangis." Jelas Sean dengan wajah penuh penyesalan.

Sarah menarik nafas kemudian membuangnya kasar. "Ibu mencoba memahami hubungan kalian, tapi Ibu tetap tidak mengerti."

Sean diam membiarkan Sarah melanjutkan.

"Kau yakin kau hanya menyayangi gadis itu? Tidak lebih?"

Sean tetap diam karena tidak tahu harus menjawab apa.

"Atau kau hanya takut mengakui kalau kau mencintainya? Kau takut Mia menolak cintamu dan berujung dia menjauhimu?" Sarah menunggu Sean membuka suara. Tapi nihil.

Sean masih memilih diam.

"Kau lihat sekarang? Kau bahkan belum mengakui perasaanmu tapi dia sudah menjauh. Kalau tahu akan seperti ini, lebih baik kau mengaku saja. Ujungnya sama saja. Mia akan tetap menjauhimu." Jelas Sarah yang berharap kali ini Sean mau tegas dengan perasaannya.

Sean masih diam.

Sarah membuang nafasnya kasar melihat sikap putra sulungnya itu. "Sekarang jawab jujur." Sarah menatap lurus ke dalam mata putranya. "Kau mencintai Mia?" Tanyanya lirih dan lembut agar Sean mau membuka diri.

Sean hendak membuka mulutnya untuk menjawab Ibunya tapi diurungkannya. Dia lebih memilih untuk menganggukkan kepalanya.

Sarah tersenyum. "Gengsimu terlalu tinggi."

"Aku harus bagaimana sekarang?" Tanya Sean setelah aksi diamnya yang cukup lama.

"Menurutmu Mia mencintaimu?" Sarah bertanya balik.

Sean tersenyum sinis. "Jangankan mencintaiku. Menyukaiku pun tidak. Gadis nakal itu bahkan tidak pernah menganggapku sebagai seorang pria. Dia bisa tidur bersamaku tanpa pernah curiga aku bisa saja memperkosanya."

Sarah tertawa. "Kau pernah berniat memperkosanya?" Tawa Sarah semakin meledak.

"Aku pria normal Bu." Sahut Sean datar menahan kesal melihat respon Sarah.

OUR SECOND WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang