KISS

1K 83 10
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA BIAR TIDAK LUPA

DAN JANGAN LUPA NINGGALIN KOMEN KALAU SUDAH SELESAI BACA

HAPPY READING GUYS!



Mia terus berlari mengabaikan Sean yang terus memanggil namanya dan langsung masuk ke dalam kamar.

"Mia!"

"Kenapa kau memarahiku!?" Seru Mia sambil memutar tubuhnya menghadap Sean dan menatap pria itu dengan tatapan benci. "Dia yang salah! Dia terlalu bodoh!"

"Dia tidak bodoh. Kau saja yang susah dimengerti," Sahut Sean yang semakin membuat Mia geram.

"Aku lapar dan aku meminta kulit ayam tanpa daging! Apa itu begitu susah dimengerti?!" Sahut Mia semakin sengit.

"Kau yang terlalu manja."

Kata-kata Sean itu sukses membuat Mia terdiam. Sebutir air mata jatuh di pipinya. Namun dengan cepat Mia menyekanya. Tapi bukannya berhenti, air matanya malah semakin berhamburan keluar.

Sean terkejut melihat gadis itu menangis. "Mia? Ada apa?" Tanya Sean lembut dan mulai khawatir.

Mia kembali menyeka air matanya dengan kasar. "Aku menyesal menunggumu pulang." Lirih Mia yang langsung pergi meninggalkan Sean.

Sean semakin terkejut. Gadis itu menunggunya pulang?

"Mia!" Dengan cepat Sean menyusul gadis itu ke belakang villa.

Mia kembali memutar tubuhnya menghadap Sean. Air mata masih saja mengalir di pipinya. "Karena kau aku tidak bisa makan! Karena kau aku harus pulang sendiri! Karena kau aku harus memarahi pelayan bodoh itu! Dan sekarang setelah kau pulang kau malah memarahiku! Kau brengsek Sean, kau brengsek! Aku membencimu! Dan berhenti mengatai aku manja, sialan!"

"Kau yang menginginkan aku bersama Karina." Sahut Sean tidak ingin meninggikan suaranya.

"Kau bodoh! Bukan berarti kau meninggalkanku sendiri dan pergi bersama Karina!" Sahut Mia semakin banyak mengeluarkan air matanya. Entahlah, dia merasakan hatinya sangat sakit. Dia membenci Sean karena pria itu meninggalkannya sendiri dan memilih pergi bersama Karina. Mia benar-benar membenci hal itu.

"Mia." Lirih Sean sambil menghampiri gadis itu.

Mia memundurkan badannya.

"Pergi! Aku benar-benar membencimu!"

"Mia?" Sean mulai menaikkan nada suaranya.

"Pergi! Karina menunggumu, bukannya kau bilang akan tidur bersamanya malam ini. pergilah!"

"Mia!" Sean benar-benar merasa geram. "Kau yang memintaku bersama Karina! Dan sekarang kau marah karena aku meninggalkanmu? Kau aneh Mia! Kau aneh!"

"Pergi!" Seru Mia semakin sengit.

"Sialan!" Sean seperti kehilangan akal sehatnya. Bukannya pergi sesuai permintaan Mia, Sean malah melangkah cepat menghampiri gadis itu dan tanpa membiarkan Mia memberontak, Sean sudah terlebih dahulu mencium paksa bibir gadis itu.

Mia jelas menolak. Dia berusaha mendorong dada Sean agar menjauh. Dia berusaha melepaskan diri. Tapi kekuatan pria itu tidak bisa dianggap remeh.

Sean semakin mengintimidasi gadis itu. Dia tidak akan menghentikan ciumannya sampai Mia menyerah dan membiarkan Sean menciumnya.

Perlawanan Mia mulai mengendur. Perlahan dia mulai memberikan akses kepada Sean. Tapi tak membalasnya.

Merasakan gadis itu menerimanya, Sean bukannya berhenti sesuai rencana awal. Sean malah semakin memperdalam ciumannya. Walaupun Mia tetap tidak berniat membalas ciumannya.

Merasa cukup, Sean menghentikan ciumannya.

"Aku membencimu." Ujar Mia lirih namun terdengar sinis dan langsung berlalu dari hadapan Sean. Kembali masuk ke dalam kamar dan naik ke atas tempat tidur. Mia kembali terisak.

Sean mengacak-acak rambutnya frustasi. Sepertinya dia salah langkah telah mencium gadis itu. Mia pasti akan semakin membencinya. Ini semua diluar rencana Sean.

Tidak ingin berlama-lama dengan rasa bersalahnya, Sean menyusul Mia masuk ke dalam kamar dan menemukan gadis itu terisak sambil membenamkan wajahnya di bantal.

"Ya Tuhan." Lirih Sean yang langsung menghampiri Mia. "Mia? Sebenarnya ada apa?" Sean terlihat begitu khawatir. "Aku minta maaf. Aku salah karena meninggalkanmu sendiri. Aku juga minta maaf karena mengatakan kau manja. Aku juga minta maaf soal ciuman itu. Tapi please jangan menangis." Sean mencoba meraih tubuh gadis itu. Tapi Mia menepisnya dengan cepat.

Sean sangat mengenal gadis itu. Mia memang gadis yang sangat manja, tapi Mia bukan gadis cengeng yang gampang menangis. Mia selalu berusaha untuk tidak terlihat lemah di hadapan siapa pun. Dan ketika seorang Mia menangis, itu artinya perasaan gadis itu benar-benar kacau.

"Kau tidak suka aku pergi bersama Karina? Oke. Aku tidak akan menemui Karina lagi." Walaupun sebenarnya itu adalah keinginan Mia, tapi saat ini Sean tidak perlu membenarkan diri atau menyalahkan Mia. Saat ini dia hanya perlu membujuk gadis itu.

"Aku tidak peduli!" Sahut Mia.

"Mia? Aku benar-benar minta maaf." Lihatlah, Mia yang cari masalah tapi Sean yang terus-menerus meminta maaf. Dunia Sean memang selalu terbalik jika bersama gadis itu.

Perlahan tangisan Mia mereda.

Ada kelegaan di dalam dada Sean melihat gadis itu mulai berhenti menangis.

"Kau lapar?"

"..."

"Mau makan apa?"

"..."

"Kau mau crispy chicken? Aku yang akan melepaskan dagingnya dari kulit. Pelayan itu memang bodoh, hal remeh seperti itupun tidak bisa dilakukannya."

"..."

"Ditambah bubble tea?"

"..."

"Aku akan meminta pihak hotel bertanggung jawab atas kesalahan mereka tadi. Mereka harus minta maaf.

"..."

"Aku akan menelfon mereka untuk mengantar makan malammu."

"..."

"Mia?"

"..."

Melihat tidak adanya respon, Sean langsung merebahkan dirinya di sebelah gadis itu dan langsung memeluknya dari belakang.

Mia tidak menolak.

Sebuah senyum muncul di bibir Sean. Sebelumnya dia sudah takut Mia akan menjauhinya.

"Sebenarnya pelayan itu tidak salah. Aku hanya kesal karena kau lama pulang. Aku menunggumu terlalu lama." Lirih Mia.

"Kalau begitu kau yang harus minta maaf." Sahut Sean sambil membenamkan wajahnya di tengkuk gadis itu.

"Aku tidak salah. Kau yang harus minta maaf. Karena ini salahmu!" Seru Mia tidak terima.

Sean tertawa. "Kau yang memintaku bersama Karina."

"Diam!" Semprot Mia.

Sean malah kembali tertawa dan mengeratkan pelukannya di tubuh gadis itu. "Ayo makan."

Mia melepaskan tubuhnya dari kungkungan Sean.

Sean membiarkan.

Mia langsung berdiri sambil berkacak pinggang. "Kenapa kau menciumku?" Tanya Mia dengan tatapan benci.

Sean diam tidak tahu harus menjawab apa.

"Aku sudah pernah memperingatimu soal itu. Hanya suamiku yang bisa melakukan itu!" Seru Mia masih berkacak pinggang.

"Aku suamimu sekarang." Sahut Sean santai.

"Aku bukan istrimu!" Seru Mia yang langsung keluar dari dalam kamar.

Sean malah kembali tertawa kemudian menyusul gadis itu.

***

tbc...


VOTE DAN KOMENNYA JANGAN LUPA!

OUR SECOND WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang