WHERE'S MIA?

796 84 10
                                    

VOTE DULU SEBELUM BACA BIAR GAK LUPA

DAN SETELAH SELESAI BACA JANGAN LUPA NINGGALIN KOMEN YAAA

THANKYOU AND HAPPY READING 

LOVE 



"Besok kita akan final fitting." Ujar Prilly bersemangat.

"Jam berapa?" Tanya Sean sambil menyetir.

"Sebisamu saja." Sahut Prilly sambil tersenyum.

Sean menganggukkan kepalanya.

"Malam ini aku bisa menginap di apartemenmu?" Tanya Prilly penuh harap.

Sean membuang nafasnya kasar.

"Kali ini kau tidak bisa mengelak. Mia mengatakan kalau perjanjian kalian sudah berakhir." Prilly tersenyum puas.

"Kau menemuinya?" Tanya Sean heran sambil menatap Prilly sekilas sebelum kembali fokus ke jalan raya.

Prilly menganggukkan kepalanya. "Aku memintanya untuk tidak menganggu kita, tapi ternyata kau sudah lebih dulu meminta hal itu. Terima kasih." Prilly tersenyum.

Sean diam.

"Ada apa?" Tanya Prilly melihat sikap diam Sean.

Sean menepikan mobilnya.

Prilly sedikit terkejut. Dia mulai was-was.

Sean membuang nafasnya kasar sambil menatap lurus ke depan. "Aku dan Mia sudah saling mengenal sejak kami masih kecil. Di mata semua orang, Mia adalah aku dan aku adalah Mia. Sedekat itulah kami. Mia perempuan yang spesial dalam hidupku, terlepas dari statusnya sebagai mantan istri bohonganku. Jadi aku harap kau tidak melakukan hal yang seperti itu lagi."

Prilly tercengang. "Perempuan spesial dalam hidupmu? Lalu bagaimana denganku?"

"Kau dan Mia berbeda. Posisi kalian berbeda." Sahut Sean datar.

"Bukannya kau yang memintanya untuk menjauh sebelum aku memintanya?" Tanya Prilly heran.

"Bukan berarti kau juga bisa melakukan hal itu. Aku punya alasan untuk itu. Sudah. Aku tidak ingin membahas hal ini lagi. Aku harap kau bisa mengerti." Sean kembali melajukan mobilnya tanpa membiarkan Prilly protes.

Hening.

Sean tetap menyetir.

Prilly diam saja.

"Jalan menuju apartemenmu sudah kita lewati." Prilly membuka suara melihat Sean tetap melajukan mobilnya.

"Aku akan mengantarmu pulang. Malam ini aku tidak ingin diganggu. Pekerjaanku banyak." Sahut Sean datar tidak ingin dibantah.

Prilly tampak kesal dan kecewa. Tapi dia menahan diri untuk tidak marah. "Kau marah karena aku menemui Mia?"

"Aku tidak sedang marah. Aku hanya mengatakan aku sedang tidak ingin diganggu. Pekerjaanku banyak." Sahut Sean mencoba tenang.

Prilly semakin kesal. Dia semakin yakin jika sikap Sean ada hubungannya dengan Mia. Dia mencoba menenangkan diri. Suasana hati Sean sedang tidak bersahabat. Kalau dia terus-menerus merajuk, bisa-bisa Sean nekad. Prilly tidak mau ambil resiko. Acara pernikahannya dengan Sean tinggal menghitung hari. "Baiklah. Aku juga memang harus pulang."

***

Drake menekan bel apartemen Mia berkali-kali tapi pintu apartemen itu tidak kunjung terbuka. Dia juga sudah menghubungi Mia tapi nomor perempuan itu tidak aktif.

Dia kembali mengambil ponselnya dan menghubungi Irene.

"Semalam kau bertemu Mia di hotel mana?" Tanya Drake tanpa basa-basi setelah Irene menerima panggilannya.

"Sky Hotel. Ada apa? Terjadi sesuatu?" Tanya Irene lembut.

"Mia tidak ada di apartemennya. Nomornya juga tidak bisa di hubungi." Jawab Drake jujur.

"Aku yakin dia ada di Sky Hotel."

"Aku tutup." Drake langsung memutuskan panggilannya dan berjalan cepat menuju lift.

***

"Maaf Tuan, untuk saat ini kami tidak memiliki tamu bernama Mia Palmer. Semalam dia memang check-in di sini tapi dia sudah check-out tadi siang." Jelas resepsionis yang bertugas.

Drake memutar otak memikirkan kemungkinan dimana Mia berada. Tiba-tiba dia ingat Sean. Ya. Bisa jadi Mia ada di apartemen Sean.

Akhirnya Drake memutuskan untuk pergi ke apartemen Sean. Dia tidak bisa menghubungi pria itu untuk menanyakan keberadaan Mia karena dia tidak memiliki nomor ponsel Sean.

***

"Mana Mia?" Tanya Drake datar dan tanpa basa-basi setelah Sean membukakannya pintu.

Sean terkejut mendapati Drake di depan pintu apartemennya, terlebih pria itu menanyakan Mia. "Mia tidak ada di sini." Sahut Sean datar walaupun dalam hati dia penasaran kemana gadis itu sampai Drake mencarinya ke apartemennya.

"Dia tidak ada di apartemennya. Kemungkinan besar dia ada di sini. Mana dia?"

Sean tersenyum sinis. "Kau pikir aku menculiknya? Kau bisa memeriksanya ke dalam kalau kau tidak percaya."

Mendengar jawaban Sean, Drake langsung berbalik badan dan pergi meninggalkan Sean tanpa mengatakan apapun.

Sean menutup pintu apartemennya dan mengambil ponselnya. Menghubungi Mia. Tapi nomor gadis itu sudah tidak aktif.

Sean semakin penasaran, tapi rasa kantuknya mengalahkan rasa penasarannya. Akhirnya dia memilih untuk tidur dan mengabaikan apapun mengenai Mia. Mia sudah sering berulah. Hal seperti ini bukan hal yang luar biasa.

***

"Kau tidak menemukannya?" Tanya Irene melihat Drake datang ke apartemennya. Padahal seharusnya Drake bersama Mia saat ini.

"Dia tidak ada di hotel." Sahut Drake sambil menghempaskan tubuhnya di sofa apartemen Irene. "Dia juga tidak ada di apartemen Sean."

"Nomornya masih belum bisa dihubungi?" Tanya Irene yang mulai penasaran dan langsung duduk di sebelah Drake.

Drake menganggukkan kepalanya.

"Kau sudah mencari di rumah orangtuanya?" Tanya Irene.

Drake bangkit duduk. "Aku hampir lupa kalau dia punya orangtua. Dia pasti ada di sana."

Irene menganggukkan kepalanya.

"Ini sudah malam, tidak mungkin aku mendatanginya jam segini." Ujar Drake sambil melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Irene kembali mengangguk setuju.

"Aku menginap di sini malam ini. Aku sudah malas menyetir untuk pulang." Ujar Drake yang kembali membaringkan tubuhnya di sofa.

Irene menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. "Kau mau tidur di kamar atau di sini saja?"

"Di sini saja. Kau tidur di kamar." Sahut Drake yang sudah memejamkan matanya bersiap-siap untuk tidur.

"Baiklah. Aku akan mengambilkan selimut untukmu." Sahut Irene sambil bangkit berdiri untuk mengambil bantal dan selimut untuk di pakai Drake.

"Hmmm."

***

tbc...


VOTE DAN COMMENTNYA JANGAN LUPA!

OUR SECOND WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang