FISHING

1K 95 4
                                    

VOTENYA JANGAN LUPA HEHE

TIDAK BAYAR KOK


Sean terkejut mendapati Mia berada tepat di depan pintu kamar mandi.

"Kau harus mati malam ini!" Seru Mia sambil menjewer dengan kuat kedua telinga Sean.

"Mia! Sakit!" Seru Sean merasakan telinganya mulai panas.

"Aku tidak peduli!" Sahut Mia merasa puas melihat Sean kesakitan.

"Mia kau psikopat!" Seru Sean masih berusaha melepaskan tangan gadis itu dari telinganya. Bukannya terlepas, tangan gadis itu malah semakin kuat menarik daun telinganya.

"Iya aku psikopat, kau gigolo."

"Heh! Jaga mulutmu. Aku yang membayar wanita, bukan wanita yang membay- Awww!" Sean semakin merasakan sakit di telinganya. "Mia! Berhenti! Iya aku salah. Aku minta maaf!"

Perlahan Mia melepaskan tangannya dari telinga Sean yang sudah sangat merah. "Sakit sayang?"

"Mia ini benar-benar tidak lucu!" Seru Sean menatap Mia penuh kebencian sambil mengelus-elus telinganya yang masih saja terasa panas.

"Aku tidak sedang melucu kok." Sahut Mia santai.

Sean hanya bisa menahan geramnya. Hal seperti ini sebenarnya sudah sering terjadi. Tapi Sean tidak bisa berbuat banyak. Tidak mungkin dia membalas gadis itu. Semarah-marahnya Sean pada gadis itu, Sean tidak akan pernah menyakiti gadis itu. Lagi pula Sean memang salah karena membodohi Mark.

"Aku lapar." Aduh Sean dengan wajah memelas meminta belas kasihan Mia.

"Lapar ya makan." Sahut Mia yang langsung keluar dari dalam kamar.

Sean mengekorinya dari belakang.

Mia langsung menuju pantry. Makanan yang sudah di pesannya ada di sana. "Ambil gelas." Perintah Mia sambil menyiapkan makanan mereka.

"Telingaku masih sakit." Sahut Sean.

"Kau tidak butuh telinga untuk mengambil gelasnya." Balas Mia. "Ambil atau aku jewer lagi?"

"Iya bawel!" Seru Sean yang langsung bangkit berdiri dan mengambil dua buah gelas dari lemari piring kemudian meletakkannya di atas meja.

Setelah makanan mereka tersaji, Mia langsung duduk di kursinya, di sebelah Sean. Mereka mulai makan. Sean mulai memisahkan kulit ayam dari dagingnya. Dan seperti biasa Mia yang bertugas memungut kulit-kulit ayam itu. Bukannya Sean tidak suka kulit ayam. Hanya saja peraturannya, Sean harus memberikan kulit ayamnya pada Mia apabila mereka makan bersama. Peraturan yang benar-benar merugikan Sean.

Mia mulai menggoda Sean, dia menerbangkan kulit ayamnya menggunakan tangannya di depan wajah Sean.

Sean hanya diam saja.

"Hmm nikmat." Ujar Mia sambil memasukkan kulit ayam yang baru selesai jalan-jalan itu ke dalam mulutnya. Kemudian dia kembali mengambil kulit ayam lainnya dan melakukan hal yang sama. Dia kembali menerbangkan kulit ayam itu di hadapan Sean.

Sean sudah tidak tahan. Dengan sekali gerakan dia menangkap kulit ayam itu menggunakan mulutnya.

Mia menganga tidak percaya. "Sean! Kau memakan kulit ayamku!"

"Yang bilang itu kulit buaya siapa?" Sahut Sean kembali fokus pada makanannya.

"Sean? Kau lupa peraturan kita?" Mia bersiap-siap meledak. Tapi baru saja dia akan membuka mulutnya, Sean sudah terlebih dahulu menyumpal mulut gadis itu dengan paha ayam.

"Makan ya makan. Jangan berisik." Ujar Sean yang kembali fokus makan dan mengabaikan Mia yang akan kembali meledak.

Tapi ternyata gadis tidak jadi meledak. Gadis itu malah merangkul lengan Sean kemudian mencium pipi pria itu.

"Aku tahu ada maumu. Aku tidak akan tergoda." Ujar Sean santai dan tidak ada niat menggubris permintaan Mia. Dia sudah tahu kalau Mia mulai bersikap manis, berarti gadis itu ada maunya.

"Nanti sebelum kau pulang temani aku dulu ya." Pinta Mia mengabaikan penolakan Sean. Senyum manisnya sudah mulai bertengger di bibirnya. Mia tahu Sean tidak akan pernah tidak luluh kalau Mia melakukan hal itu.

"Tidak." Tolak Sean sambil kembali makan namun tetap membiarkan Mia memeluk lengannya.

"Sean, jangan gitu." Rengek Mia sok manis. "Sebentar saja. Ya?"

"Tidak." Sean masih berusaha menolak.

"Sean, aku tahu kau tidak akan menolak."

"Aku menolak."

"Sean?"

"Tidak."

"Sean?"

"Bawel."

"Sean."

"..."

"Sean?"

"..."

"Sean?"

Sean meletakkan sendok dan garpunya kemudian memelototi gadis itu. "Diam atau aku tidak mau?"

"Anak pintar." Mia mengacak-ngacak gemas rambut pria itu kemudian menciumnya. Setelah itu Mia kembali menyuap makanan ke dalam mulutnya. Dia mengambil kulit ayamnya kemudian mengarahkannya pada Sean. "Aaaaa."

Sean langsung membuka mulutnya menerima suapan Mia.

"Itu imbalan untuk nanti. Aku bayar di muka saja." Ujar Mia.

"Imbalan matamu! Itu kan kulit ayamku." Semprot Sean.

Mia hanya terkekeh sambil kembali melanjutkan makannya.

***

Sean harus kembali mengelus dada melihat tingkah Mia. Bagaimana tidak? Ternyata gadis itu mengajaknya memancing di sungai yang melewati taman kota. Sebenarnya tidak ada yang salah. Masalahnya adalah seorang Sean yang terkenal arogan dan angkuh harus ikut memancing anak ikan malam-malam di taman kota. Wibawa Sean benar-benar sudah hilang entah kemana.

"Sean? Kau tidak suka ya?" Tanya Mia melihat Sean terlihat dongkol.

"Sangat tidak suka." Sahut Sean ketus.

"Kok bisa?"

"Ya pikir saja sendiri."

Mia malah tertawa.

Sean semakin kesal. Dia bangkit berdiri. "Aku mau pulang. Kau pulang sendiri saja nanti."

"Sean aku belum dapat ikan!" Seru Mia melihat Sean tidak main-main dengan ucapannya.

Sean terus melangkah mengabaikan Mia. Dia langsung masuk ke dalam mobil dan menjalankannya.

"Sean bajingan! Kau harus membayar untuk ini besok!" Seru Mia sambil bangkit berdiri dan meninggalkan semua perkakas memancingnya.

Dia langsung mencari taksi. Apartemennya tidak jauh dari taman kota. Jadi naik taksi sendiri sepertinya bukan masalah besar. "Pak nanti singgah di mini market dekat apartemenku ya."

"Baik non."

***

"Sial!" Umpat Sean menyadari kebodohannya. Dia melupakan ponselnya di dalam apartemen Mia. Dengan cepat Sean langsung memutar haluan mobilnya menuju apartemen Mia.

"Sial!" Sean kembali mengumpat menyadari kebodohan lainnya setelah berada di depan apartemen gadis itu. Dia baru ingat kalau dia tidak tahu kode keamanan apartemen gadis itu. Mau menghubungi gadis itu tapi ponselnya tertinggal di dalam. Menunggu gadis itu juga bukan pilihan yang bagus mengingat kantuk Sean yang tadi sempat raib kini menyerang lagi.

Sepertinya ini karma instan bagi Sean karena meninggalkan Mia memancing sendirian di taman kota.

***

tbc...

OUR SECOND WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang