8. Petal

1.3K 138 23
                                    

Petal

Changmin mengurus cutinya selama 2 hari, bahkan sudah memasukkan baju-baju dan keperluan selama 2 minggu mendatang.

Senyumnya merekah kala mengingat dapat melihat Juyeon kembali, serasa berjuta kupu-kupu terbang membawanya menemui Juyeon.

Kembali dapat tersenyum setelah melewati musim dingin tanpa kehadiran sosok cahayanya, sepi dan dingin, gelap dan sunyi. Bahkan tahun lalu sempat menghabiskan malam tahun baru bersama, berbekal tak sengaja bertemu di kafe depan agensinya.

"Kamu masih lembur? Ini tahun baru lo."

Changmin akan pulang namun mampir membeli cokelat hangat untuk menemani perjalanannya pulang. Begitu melihat Juyeon yang duduk menyesap kopi dan melihat salju yang turun dari balik jendela, membuatnya terhenti, berjalan menghampiri Juyeon.

Manajer memang mendapatkan libur, tapi begitu melihat Juyeon yang masih disini membuatnya berpikir lagi. Kehidupan sebagai manajer yang begitu sulit dan harus berpikir ekstra untuk segala persiapan sang artis.

"Di rumah juga gak ada siapa-siapa, disini bisa liat orang lewat."

"Kenapa liat orang lewat."

"Jalan-jalan di bawah salju, tapi kalo aku ngikutin gitu pasti jadi sakit."

Changmin merasa Juyeon seperti anak kecil yang ingin bermain salju, kenangan masa kecilnya berputar kala bermain boneka salju. Melemparkan bola-bola salju ke temannya, yang akan dibalas lemparan juga. Begitu sampai rumah dimarahi mamanya, khawatir jika dirinya sakit.

"Tahun ini jadwal kak Younghoon padet mulai Januari ya, kamu gak bisa tumbang. Gimana kalo tahun depan kita ambil cuti, dengan gitu kita bisa main salju sepuasnya tanpa takut sakit."

Changmin dapat melihat tatapan bahagia dari mata Juyeon, manajernya begitu polos.

Begitu tiba di New york menaiki taksi untuk mengantarkan ke alamat di kertas yang menjadi dorm bagi Juyeon dan artis barunya Chanhee. Entah menyewa atau membelinya, lebih baik tinggal bersama daripada berpisah.

Senyumnya tak luntur kala mengingat sudah menghirup udara yang sama dengan Juyeon, menginjakkan kakinya di tempat yang sama, bahkan dapat melihat langit biru yang menjadi pemandangan Juyeon.

"Aku kangen kamu."

Ucapnya hanya dalam batin, merindukan sosok Juyeon yang selalu berada di sampingnya. Sebentar lagi penantiannya, berjalan meraih sedikit cahaya menuntunnya ke Juyeon.

Changmin berjalan dengan memegang kertas berisikan sebuah alamat, matanya mencari-cari nomor yang sesuai dengan alamatnya.

Rumah bercat putih menjadi tujuannya, berdiri di depan pintu dengan berharap cemas. Padahal tadi sudah begitu bahagia akan bertemu dengan Juyeon, namun hatinya kembali sedih memikirkan jika dirinya sudah dilupakan.

Bahkan tangannya ragu untuk memencet bel rumah, bagaimana jika Juyeon sudah melupakannya, bagaimana jika kedatangannya hanya sia-sia disini.

Matanya mulai berair menatap pintu di depannya. Sanggupkah jika ternyata Juyeon sudah melupakannya, sanggupkah melihat kembali wajahnya. Pengecut, cengeng, sebutan apa lagi yang pantas untuknya.

Namun biarkanlah kali ini dirinya mengatakannya, mengungkapkan perasaannya. Walaupun nantinya harus menelan sakit hati lagi jika ditolak.

Akhirnya tangannya berhasil memencet bel, memberanikan dirinya.

Changmin berharap dengan cemas, menanti pintu di depannya terbuka. Menunggu beberapa waktu hingga pintunya terbuka, menampilkan wajah Juyeon yang dirindukannya.

Romantica | jukyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang