43. Sorry: Fighting!
Changmin sudah tinggal bersama Juyeon sejak mereka kembali dari rumah orangtua Juyeon. Itu permintaan Juyeon agar Changmin bisa beristirahat dengan tenang, tak melakukan pekerjaan apapun di bar. Sesekali Juyeon lah yang menengok bar, mengecek keadaan bar yang tetap saja ramai. Lalu akan pulang ke apartemen dan menemani Changmin yang suka menonton film di malam hari.
Keduanya menonton di kamar, dengan Changmin bersandar pada dada Juyeon. Kebiasaannya setiap malam adalah mengendus calon suaminya sebelum tidur. Tapi itu bukan keinginannya, melainkan kedua jabang bayi dalam perutnya.
Saat berada di rumah orangtua Juyeon, mereka sempat bermain-main, melupakan kegelisahan dan kekhawatiran tentang keluarga Juyeon. Keduanya melampiaskan perasaannya dalam sentuhan dan cumbuan. Tak banyak yang bisa mereka lakukan di pagi hari, karena Changmin kembali takut saat bertemu orangtua Juyeon. Sarapan pagi mereka lebih horor dari film kesukaannya. Untung saja Juyeon menggenggam tangannya di bawah meja, berusaha menenangkannya. Dan untuk itu dia sangat bersyukur bahwa laki-laki seperti Juyeon ada di dunia, baik dan perhatian.
"Hari ini kamu ngapain aja?" Juyeon menyibak rambut yang menutupi kening Changmin saat bersandar di dadanya. Mata calon suaminya itu masih terfokus pada film di depan.
"Nggak ngapa-ngapain. Niatnya mau ke bar tapi Mama kamu dateng." Changmin menggosokkan hidungnya di dada Juyeon, menduselkan kepalanya mencari kehangatan. "Nggak ngapa-ngapain, kok. Cuma nganter baju sama nanyain kita mau liburan apa enggak. Aku bilang enggak, akunya nggak kuat."
"Udah besok, ya. Sebulan cepet banget."
Changmin menyetujui ucapan Juyeon. Rasanya baru kemarin mereka ke rumah orangtua Juyeon, tapi kini tinggal satu hari lagi sebelum mereka menikah.
Selama satu bulan ini kegiatan Changmin hanya mengunjungi bar disaat pagi setelah berolahraga dan menonton film di apartemen Juyeon. Juyeon melarangnya melakukan banyak kegiatan, karena dia sempat jatuh sakit. Ini terjadi setelah dia kembali bekerja sebagai bartender di malam hari, dan akan berhenti saat Juyeon sudah pulang menyusulnya di bar. Punggung bawahnya sakit karena terlalu banyak berdiri dan bergerak.
Sebenarnya masih banyak hal mangganjal pikiran Changmin dan membuatnya drop. Itu bermula setelah kunjungan mereka ke rumah orangtua Juyeon. Mama Juyeon mendatangi apartemen, berkunjung sekaligus berbicara panjang lebar dengannya.
Bagaimana latar belakangnya. Bagimana keluarganya. Bagaimana kehidupannya hingga membuka usaha bar. Bagaimana sekolahnya.
Jika Changmin menjadi Mama Juyeon, dia juga akan memberikan pertanyaan serupa. Latar belakang itu penting, bukan sebagai tolak ukur materi dan kelayakan hidup, tapi sebagai pengenalan lebih dalam. Itulah yang menjadi pembeda dengan calon mertuanya. Karena bisa melihat decakan tak puas dengan jawabannya.
"Apa kalian nggak pernah nyoba buat mutus ikatannya? Seharusnya masih bisa."
Changmin tak bisa membalas pertanyaan tersebut. Walaupun ingin bercerita bahwa sudah mencari-cari selama dua minggu, tapi suaranya tak mau keluar, takut. Selesai permasalahan dengan Juyeon, kini dia dihadapkan dengan banyak pertanyaan dari Mama Juyeon.
Tak cukup mengulik kehidupannya, kurangnya usaha memutus ikatan, ditambah lagi satu pernyataan bahwa keluarga mereka masih mengharapkan Hyunjae.
Tak cukupkah mereka menyakiti Changmin?
Changmin kembali panik, dia kembali merasa bersalah, memang seharusnya mereka berdua tak pernah bertemu. Bukankah dengan begitu tak akan drama menyedihkan seperti ini. Dari siang hingga sore dia berdiam diri di dalam kamar mandi, berendam dalam bathtub sampai airnya yang semula hangat menjadi dingin. Baru setelah itu dia pergi ke bar. Bertemu dengan banyak pelanggan dan bercerita adalah kebiasaannya menjadi bartender.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantica | jukyu
FanfictionBook khusus JuKyu Entah jadi oneshot, twoshot, short story MAIN PAIR JUKYU BXB MATURE