Mereka benar-benar melakukannya!
Aku sudah menduga kalau mereka membunuh para pejabat itu. Kalau itu saja, itu tidak akan membuatku terkejut. Yang membuatku terkejut adalah Desi yang mengatakannya dengan sangat santai. Ia bahkan mengatakan kalau ia dengan senang hati membunuh untuk cinta. Itu sangatlah romantis sekaligus menyeramkan.
Aku tidak tahu apa maksudnya ia akan dengan senang hati membunuh hanya untuk cinta. Itu pasti mengerikan. Mungkin ia akan membunuh semua orang yang mengganggu orang yang ia cintai. Ia mungkin akan membunuh orang yang membuat orang yang ia cintai marah. Itu cukup romantis jika dipikirkan. Tapi itu sangatlah kejam.
Memikirkan ia membunuh dengan wajah senang seperti itu saja sudah sangat mengerikan. Aku tidak mau tahu metode apa yang ia gunakan untuk membunuh para pejabat itu. Pasti itu adalah metode yang sangatlah mengerikan. Itu mungkin adalah metode tersadis yang pernah ada di dunia ini. Memikirkan itu sudah membuat perutku mual. Aku jadi sedikit takut dengan mereka.
“A-apa maksudmua ‘Aku akan dengan senang hati membunuhnya hanya untuk cintaku’?” tanyaku dengan nada sedikit gugup.
Walau aku sudah mengetahui apa jawaban yang diberikan oleh Desi, aku tetap menanyakan itu. Aku tahu itu sama saja menggali lubang kuburanku sendiri, tapi mulut ini malah menanyakan pertanyaan itu. Seakan mulut itu mengatakan untuk mengatasi rasa ingin tahuku. Mulut itu melakukannya untuk menghilangkan keraguan yang ada di hati.
Lagi-lagi, senyuman terlukis dengan indah di bibir Desi. Aku tidak tahu berapa banyak senyuman yang ia miliki. Yang pernah aku lihat hanya beberapa, salah satunya adalah seringaian penuh teror tadi. Kali ini, ia mengambil senyuman manis yang indah. Itu tidak mengaburkan wajahnya yang cantik. Tidak seperti seringaian penuh teror yang mengubah wajah Desi menjadi mengerikan.
“Aku melakukannya hanya untuk anda, Tuanku!” jawab Desi dengan penuh semangat.
Tidak dapat disangka kalau Desi melakukan itu untukku. Tidak, aku sudah menyangka itu. Aku sudah menduga kalau Desi melakukan itu untukku. Ia melalukan itu hanya untuk bertemu denganku. Desi melakukannya juga untuk membuktikan kalau aku adalah tuan mereka. Ia melakukan itu semua untukku dan tentunya untuk dirinya.
Otak Desi pasti penuh dengan hal mesum. Ia bahkan mau menjadikan tuannya sebagai taruhan hanya untuk hal mesum. Itu wajar bila mengingat dirinya adalah iblis yang menyimbolkan hawa nafsu. Aku tidak dapat menyalahkannya karena sifatnya itu. Atau, mungkin aku bisa menyalahkannya karena sudah menganggu kehidupanku yang damai ini.
Kring!
Suara bel terdengar di penjuru sekolah. Menandakan pelajaran akan segera dimulai. Seluruh murid yang ada di luar masuk ke dalam. Mereka semua duduk di bangku masing-masing. Mempersiapkan segalanya untuk belajar. Buku, pulpen, dan alat tulis lainnya mereka keluarkan dari kantong penyimpanan bernama tas itu. Mereka semua telah siap untuk belajar.
Itu tak terkecuali untukku. Aku langsung mengeluarkan alat tulis dari tas ransel. Di mejaku kini ada sebuah buku dan pulpen berwarna merah. Tidak kurang tidak lebih. Aku tidak tertarik mengeluarkan alat tulis lainnya, terutama penggaris. Saat ini, penggaris adalah satu-satunya kartu truf yang aku punya. Aku tidak mungkin menampilkan kartu trufku begitu saja. Itu sama saja kau berdiri di panggung dengan resleting terbuka. Itu benar-benar menampilkan milikmu.
Setelah menunggu beberapa saat, seorang pria paruh baya masuk ke dalam kelas. Kepalanya botak dengan kumis tebal berwarna hitam. Wajahnya sudah mulai berkeriut dengan kacamata tebal yang ia gunakan. Perawakannya nampak tegas, terutama dengan bentuk wajahnya itu. ia memiliki tahi lalat di bawah bibir sebelah kanan. Itu benar-benar menghancurkan kesan dirinya yang tegas hanya karena tahi lalat.
Pria paruh baya itu berjalan menuju meja guru. Ia membawa beberapa buku dan juga map yang berisikan selembaran kertas di tangan kanan. Di tangan lainnya ia juga menggunakan tas berwarna hitam yang sering digunakan oleh pekerja kantoran, aku tidak tahu apa nama tas itu, Tapi yang membuatnya mencolok bukanlah itu, melainkan hal lain. Yaitu, sebuah penggaris kayu besar berwarna coklat yang ia apit di ketiaknya.
Pria paruh baya itu bernama Solihin Simamudin. Ia merupakan guru matematika. Itu terlihat jelas dengan penggaris kayu yang selalu ia bawa ketika mengajar. Pak Solihin merupakan guru baru di sekolah ini. Walau ia guru baru, ia sudah banyak disukai oleh para siswa, terutama anak perempuan. Mereka mengatakan kalau pembawaan mengajar dari Pak Solihin sangatlah mudah dimengerti. Mereka juga mengatakan kalau Pak Solihin merupakan guru yang paling baik di sekolah ini.
Pak Solihin menaruh barang-barangnya ketika sampai di meja guru. Setelah itu, ia berjalan ke tengah kelas. Ini pertama kalinya ia mengajar di kelas ini, jadi pasti ia akan melakukan perkenalan diri. Tidak mungkin jika kami belajar tanpa mengenal dirinya. Seperti yang pepatah katakan, ‘Tak kenal, maka tak sayang. Sudah kenal, belum tentu sayang’. Karena itu Pak Solihin akan memperkenalkan dirinya.
“Selamat pagi semuanya. Mungkin beberapa dari kalian sudah tahu siapa bapak. Nama bapak yaitu Solihin Simamudin. Bapak akan mengajar pelajaran matematika menggantikan Pak Rohim yang pindah mengajar karena rotasi.” Pak Solihin memperkenalkan dirinya dengan nada yang ringan dan bersahabat.
Seperti yang Pak Solihin katakana, beberapa dari kami sudah mengenal Pak Solihin. Mereka semua mengetahuinya dari kelas yang sudah diajarkan oleh Pak Solihin. Tapi, mereka hanya mengetahui kalau Pak Solihin hanyalah seorang pengajar yang mengajar mata pelajaran matematika. Mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya Pak Solihin.
Sosok sebenarnya dari Pak Solihin tak lain dan tak bukan adalah iblis. Ya, ia adalah iblis yang melayani Desi. Salah satu pelayan Desi yang digunakan dalam perombakan negeri ini. Ia digunakan sebagai guru di sekolah ini untuk membantu para tujuh iblis itu dalam menjalani kehidupan sekolah. Ia ditugaskan untuk memberikan kemudahan bagi mereka. Nama aslinya adalah Sorizan. Jika ingin menggunakan penggolongan iblis, mungkin Sorizan termasuk ke dalam arch demon. Itu karena Sorizan merupakan salah satu dari seratus ribu pelayan Desi yang terkuat.
Ketika aku melihat Pak Solihin yang sedang memperkenalkan dirinya, Desi yang berada di sampingku tersenyum. Aku dapat mengetahui kalau itu adalah senyuman yang licik. Itu nampak seperti ia sedang menyembunyikan sesuatu. Desi pasti merencanakan sesuatu. Jika itu benar, ia pasti akan melibatkanku di dalam rencananya itu.
“Untuk mengetahui metode belajar apa yang akan efektif untuk kalian, bapak akan ngelakuin tes sedikit.” ujar Pak Solihin yang mengambil selembaran kertas dari map yang ia bawa tadi.
Terdengar suara kekehan dari sampingku. Itu adalah Desi yang tertawa, atau lebih tepatnya terkekeh. Itu cukup keras, namun tidak menari perhatian murid yang lain. Tapi, bukan Desi saja yang tersenyum licik setelah terkekeh. Keempat wanita itu juga tersenyum licik. Mereka pasti merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan Pak Solihin atau Sorizan.
Di tengah kegilaan para wanita itu, Pak Solihin membagikan kertas kepada seluruh siswa. Kertas itu berisi soal-soal yang sedang kami pelajari. Setidaknya itu adalah yang dikatakan murid yang sudah kebagian kertas itu. Karena aku belum mendapatkan kertas itu, aku belum bisa memastikannya. Tapi melihat para wanita itu, pasti ada sesuatu yang sangatlah tidak beres. Mereka pasti merencanakan sesuatu tentang ini.
Setelah menunggu cukup lama, kertas itu sampai padaku. Aku langsung melihat kertas itu begitu itu tiba di depan mata. Dengan cermat, aku meneliti setiap kata yang ada di kertas itu. satu persatu kata, soal demi soal, tidak ada yang lolos dari penglihatanku. Mereka semua sudah kulihat dan kini aku sudah mengetahui kenapa mereka terkekeh.
Aku mengembuskan napas yang cukup panjang. Tidak ada gunanya mengeluh, jadi aku akan menerima ini. “Soal tambah-tambahan ya? Kayak anak SD aja.”
![](https://img.wattpad.com/cover/243596690-288-k513373.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Mungkin Aku Adalah Raja Iblis?
FantasySeorang siswa SMA bernama Devan Steviano menjalani kehidupan sekolahnya yang monoton. Ia menyukai kehidupan klise yang ia jalani setiap harinya. Suasana damai adalah yang ia nikmati. Merasakan damai dengan setiap bagian dari tubuhnya. Namun, itu sem...