Chapter 37. Hari Ketika Malaikat Jatuh

138 14 0
                                    

Beribu-ribu tahun yang lalu, sebuah bencana pernah menghampiri Hebell. Membuat seluruh penduduk saat itu terkejut bukan main. Mereka tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tidak ada yang mengetahui bencana itu datang. Bahkan, ramalan tidak menyebutkan akan adanya bencana besar seperti perang yang akan terjadi saat itu. Benar-benar di luar dugaan makhluk yang terpilih sebagai pahlawan sejati.

Hari itu hari yang damai seperti biasa di Hebell. Para penduduk yang masih muda berlatih memperkuat tubuh mereka. Ada juga yang berburu untuk mendapatkan bahan makanan dan ada juga yang melakukan quest membunuh monster. Itu adalah hari yang biasa terjadi di dunia para pahlawan sejati.

Sejak penciptaan dunia ini, jarang sekali bencana datang. Lebih tepatnya, belum ada bencana yang dapat menghancurkan dunia ini. Yang ada hanyalah monster dengan tingkat ancaman sedang. Monster yang paling kuat di dunia ini hanya memiliki kekuatan yang dapat menghancurkan seperdelapan dunia. Itu terlalu lemah untuk para pahlawan sejati yang terbiasa perang dengan antar dunia.

Tidak ada salahnya hidup dengan damai, begitulah kata para penduduk dunia ini. Walau mereka sering berperang dengan dunia lain, mereka masihlah memiliki kehidupan yang damai. Mungkin karena terlalu damai, Hebell menginvasi dunia lain supaya mereka tidak bosan. Setidaknya, ketika masa damai itu mereka bisa menguasai tujuh dunia dan menjadikannya delapan dunia pahlawan. Salah satu dari dunia itu adalah Ciel.

Para penduduk dunia ini bisa memperluas pengaruh mereka karena komando dari penguasa negeri ini. Itu tidak lain dan tidak bukan adalah Sekan Fantasia. Ia adalah pahlawan sejati dan terkuat di dunia ini. Bersama adik perempuannya sebagai tangan kanan dan penasihat, Sekan dapat menguasai tujuh dunia lainnya. Seluruh penduduk sangat membanggakan mereka berdua karena kepimpinan hebat mereka.

Kalian pernah dengan kisah Adam dan Hawa, bukan?

Itu seharusnya diterapkan kepada Sekan dan adiknya. Lebih tepatnya, istri Sekan. Ketika masih dalam bentuk kehidupan spiritual atau biasa disebut roh di surga, Tuhan menciptakan pasangan hidup bagi Sekan. Seorang wanita cantik berambut merah. Keindahan yang bisa memukau mata setiap manusia. Itu tercipta dari sebagian jiwa Sekan. Istri untuk Sekan Fantasia---Lara Fantasia.

Kenapa Lara menjadi adik Sekan?

Masalahnya terletak pada Sekan itu sendiri. Sekan tidak memandang Lara sebagai pasangan hidupnya di dunia nanti. Ia lebih memandang Lara sebagai adiknya. Itu karena Sekan tercipta terlebih dahulu, kemudian Lara tercipta. Ditambah, Lara tercipta dari sebagian dari jiwanya. Itu berarti, Sekan dan Lara pada dasarnya adalah satu orang. Tidak mungkin bagi Sekan untuk menghasilkan keturunan dengan dirinya sendiri. Karena itu, Tuhan menciptakan 'Adam dan Hawa' lainnya untuk dunia itu.

Setelah turun dari surga sebagai penghuni dunia ini, Sekan dan adiknya bersama Adam dan Hawa dunia ini menciptakan peradaban. Semakin lama, peradaban mereka semakin maju. Hingga hati itu tiba.

"Kerja bagus, Lara!" Sekan mengelus rambut Lara dengan lembut sebagai bentuk pujian kepada adiknya.

"Sampai kapan kakak menganggap aku ini sebagai adikmu? Aku ini pada dasarnya adalah istrimu. Aku diatur untuk mencintaimu sebagai seorang laki-laki, bukan kakak," keluh Lara memasukan pedangnya kembali. Ia menginjakan kakinya ke kepala wyvern yang baru saja ia tebas dan menatap kakaknya dengan tatapan kesal. "Kau sampai merepotkan Tuhan untuk menciptakan leluhur lain untuk dunia ini. Padahal, kau tinggal mengambil diriku untukmu. Aku tidak akan mempersalahkan jika aku memiliki keturunanmu."

"Ya ampun, ternyata adikku ini brocon ya."

Plak!

Lara memukul kepala kakaknya dengan tangan kiri. Membuat wajah cemberut yang terlihat manis di wajahnya yang indah. Ia menyibakan rambut merah cerahnya yang indah dengan kesal. Mau bagaimanapun, itu sangatlah indah dan dapat membuat siapapun terpukau karena tingkah Lara.

"Sudah hentikan! Kami tidak masalah untuk menjadi leluhur dunia ini." Seorang laki-laki melerai mereka berdua dengan tawa yang canggung. Itu adalah Adam untuk dunia ini, namanya adalah Crey. "Benar begitu 'kan, Maria?"

Maria yang sedang memotong wyvern yang dibunuh oleh Lara terkejut karena dipanggil oleh suaminya. Karena terlalu sibuk memotong wyvern, ia sama sekali tidak mendengarkan pembicaraan mereka bertiga. Dengan tawa yang canggung persis seperti suaminya, Maria menengok dan menjawab. "I-iya, begitulah."

Mendengar jawaban Maria, Lara hanya bisa mengembuskan napasnya. Ia juga tidak dapat terus mengeluh tentang masa lalu. Itu sudah menjadi ketetapan Tuhan ketika menurunkan mereka berempat ke dunia ini. Maria dan Crey berperan sebagai leluhur dunia ini dan Lara bersama Sekan berperan sebagai dunia ini.

Menyebalkan ketika mengetahui dirimu diatur untuk mencintai kakakmu sebagai pasangan hidup, itu adalah yang dipikirkan Lara setiap saat. Walau ia adalah adik dari Sekan Fantasia, ia tetap diatur untuk mencintai Sekan sebagai pasangan hidup. Jadi, tidak mungkin bagi Lara memandang Sekan sebagai kakaknya. Lara juga sudah mencoba untuk mengubah pandangannya, namun itu tetap tidak bisa. Ia benar-benar mencintai Sekan sebagai suami, bukan kakak.

"Aku sudah mengambil bahan yang cukup, mari kita pulang!" ujar Maria setelah selesai memotong dan mengambil bagian yang diperlukan dari wyvern. Tubuhnya yang terbungkus gaun berwarna biru muda kini berlumuran darah segar wyvern. Wajahnya yang cantik juga berlumuran darah. Membuatnya nampak seperti pembunuh berdarah dingin.

Lara meregangkan tubuhnya yang lelah. Ia bahkan sempat menguap ketika meregangkan tubuh indahnya. Setelah itu, ia menatap Maria dan tersenyum. "Mari!"

Mereka berempat meninggalkan hutan dan pergi ke kota. Perburuan hari ini sudah cukup bagi mereka. Sudah tujuh wyvern, tiga puluh serigala setan, dan seratus goblin mereka bunuh. Sudah cukup untuk hari damai yang panjang ini. Mereka harus mengistirahatkan tubuh untuk hari esok.

Jika ditanya mereka lelah atau tidak, mereka sebenarnya sama sekali tidak merasa lelah. Tubuh mereka masih dipenuhi dengan energi yang sangat banyak. Bahkan setelah melakukan perburuan yang panjang, energi mereka masih terlihat penuh. Seakan, perburuan itu bukanlah apa-apa bagi mereka sehingga tidak perlu untuk membuang energi.

Setelah keluar dari hutan yang disebut dengan Hutan Besar Atran, mereka berempat tiba di kota. Itu adalah kota yang menjadi pusat dari dunia ini. Kota yang bisa dikatakan maju untuk zaman mereka saat ini. Kota yang indah dengan penduduk yang ramah. Benar-benar menyejukan mata melihat kedamaian yang tak terganggu ini.

"Nanti makan malamnya apa, Lara?" tanya Sekan yang nampaknya sudah lapar setelah perburuan yang panjang.

Lara menyibakan rambut merah indahnya lagi dengan sombong. Ia memadang wajah cemberut yang manis. "Aku ini adikmu, bukan istrimu. Buat apa aku harus memasak untukmu?"

Sekan mengembuskan napasnya mendengar jawaban dingin dari mulut adiknya yang manis. "Apa aku harus makan di luar lagi malam ini?"

Karena Lara terkadang merajuk karena Sekan tidak pernah menganggap Lara sebagai istrinya walau hanya sedetik, Sekan harus makan di luar karena adiknya tidak mau menasakan makanan untuk Sekan. Bagi Lara, memasak makanan adalah tugas istri. Jika Sekan tidak menganggap Lara sebagai istrinya, Lara tidak akan pernah memasakan makanan untuk kakaknya itu.

"Makan saja di ... lu--"

Tiba-tiba, Lara tidak melanjutkan ucapannya. Ia malah memandang langit yang sangat jauh dengan wajah terkejut. Itu adalah ekspresi yang sangat jarang dipakai oleh Lara. Jika itu dapat membuat Lara terkejut, itu pastilah sesuatu yang besar. Pasti ada sesuatu yang menarik sehingga membuat Lara terkejut.

"Kenapa, Lara?" tanya Crey yang melihat ekspresi terkejut yang langka dari Crey.

Jari telunjuk dari tangan kanan Lara menunjuk langut. Lebih tepatnya, itu menunjuk pada sesuatu yang sedang jatuh dari langit. Sesuatu seperti burung. Itu karena ada sayap berwarna hitam.

"Itu adalah ... malaikat!" jawab Lara dengan tatapan kosong layaknya ikan yang mati.

"Malaikat? Malaikat mana mungkin bersayap hitam. Kau tahu itu 'kan, Lara?" Sekan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh adiknya itu. Ia menanggap kalau yang jatuh adalah sejenis burung gagak berukuran besar.

Lara menanggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan kakaknya. Tatapannya masih kosong karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat. "Malaikat yang jatuh itu adalah ... Luciel."

Bagaimana Mungkin Aku Adalah Raja Iblis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang