Chapter 34. Identifikasi

146 16 0
                                    

"Nama saya adalah Rikka Whitestone, komandan pasukan ksatria suci dari Gereja Archangel."

Orang dengan zirah lengkap itu membuka helmnya setelah memperkenalkan diri. Menampilkan kecantikan kelas dunia yang ia miliki. Wajahnya sangat cantik dengan rambut merah muda yang terlihat berkibar itu. Matanya berwarna biru muda layaknya samudra luas. Kecantikannya tidak dapat diragukan lagi merupakan yang terbaik di dunia ini, walau ia masih kalah oleh empat wanita yang bersamaku.

Seperti kata Desi, wanita itu bernama Rikka Whitestone. Selain menjadi komandan pasukan ksatria suci, Rikka juga merupakan tangan kanan dari ksatria terkuat. Desi juga mengatakan kalau Rikka merupakan salah satu manusia terkuat yang ada di dunia ini, walau ia mengatakan kalau Rikka hanyalah serangga bagi Desi.

Ketika Desi mengatakan kalau penguasa negeri ini merupakan ksatria terkuat, aku merasa sedikit merinding. Namun, Desi mengatakan kalau ksatria terkuat sangatlah lemah bagi mereka. Kekuatan ksatria terkuat hanya setengah dari kekuatan Viani yang katanya bisa menghancurkan satu dunia. Itu berarti, kekuatan ksatria terkuat bisa menghancurkan setengah dunia. Cukup mengerikan bagi diriku yang tidak berdaya ini.

"Apa ksatria suci itu sama dengan paladin?" tanyaku berbisik kepada Desi.

Desi mengangkat bahunya menandakan dirinya tidak tahu. "Entahlah. Aku tidak tahu tentang ksatria-ksatria seperti mereka."

Wanita bernama Rikka turun dari kuda yang ia tunggangi. Ia mendatangi Viani yang merupakan perwakilan dari kami dan bersalaman dari mereka. Itu salaman yang sangat singkat sebelum kami dibawa ke suatu tempat layaknya pos penjaga. Di sana terdapat prajurit dengan senjata tombak yang kelihatannya tidak begitu kuat. Mereka hanya mengenakan zirah berbahan logam di dada mereka. Sisa bagian tubuh mereka yang tidak tertutupi, mereka gunakan kulit hewan sebagai zirah. Sepertinya, mereka hanyalah prajurit biasa yang lemah dibandingkan para ksatria suci.

Kami di bawa ke suatu ruang yang tertutup. Ruangan itu nampak sangat polos hanya dengan meja dan delapan kursi di tengah ruangan. Tidak ada jendela atau lampu, hanya ada obor yang tidak dinyalakan. Untuk penerangan di siang hari, nampaknya bergantung dari luar ruangan atau lilin yang ada di atas meja.

"Silahkan isi nama kalian di sini," ujar seorang ksatria memberikan selembaran kertas kepada Zebian.

Nampaknya, kami harus memverifikasi identitas kami dulu. Apalagi, sebuah bola berwarna biru yang bersinar dibawa ke dalam ruangan. Itu seperti mereka akan memastikan identitas kami lewat bola itu layaknya di anime-anime.

Setelah Zebian menuliskan namanya di lembaran kertas itu, giliran Bella yang menuliskannya. Kemudian, Tania dan Viani menuliskan namanya di selembaran kertas itu. Lalu, Desi dan kemudian diriku. Yang terakhir adalah Feri dan Viani. Setelah itu, selembaran kertasnya dikembalikan kepada ksatria itu.

"Tolong letakan tangan kalian di atas bola ini."

Benar seperti dugaanku. Mereka pastinya akan menyuruh kami untuk meletakan tangan di atas bola itu. Itu pastilah salah satu cara untuk mengetahui identitas tersembunyi seseorang. Untuk melewati keamanan ini, pastinya Viani sudah melakukan sesuatu. Ia pasti telah menaruh bawahannya untuk memanipulasi hasilnya.

Yang pertama meletakan tangannya adalah Feri. Aku cukup khawatir jika identitasnya malah ketahuan. Feri merupakan yang terkuat di antara kami. Jadi aku sedikit khawatir kalau mereka tidak mampu memanipulasi hasilnya karena Feri terlalu kuat.

"Individu bernama Feri Lucinatan teridentifikasi sebagai ... manusia."

Suara itu datang dari bola berwarna biru yang bercahaya. Nampaknya, Feri bisa melewati pengamanan dengan mudah.

Selanjutnya adalah diriku. Aku meletakan tangan di atas bola dengan sangat gugup. Bahkan, tanganku terasa bergemetar saking gugupnya. Keringat dingin juga mengalir di wajahku. Baru pertama kalinya aku segugup ini selain ketika waktu mengerjakan Ujian Nasional.

"Individu bernama Devan Steviano teridentifikasi sebagai ... tidak diketahui!"

"Hah?"

Aku sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh bola itu. Bukan aku saja, melainkan seluruh orang yang ada di ruangan. Bola biru itu mengatakan kalau aku adalah individu yang tidak diketahui. Padahal, aku jelas-jelas merupakan manusia normal. Bagaimana mungkin aku ini adalah individu yang tidak diketahui.

"Ti-tidak mungkin, bukan?" gumam Rikka terkejut dengan hasilnya. Ia menutupi mulutnya dengan tangan yang ditutupi zirah itu.

"Apa maksudnya itu?" tanyaku sedikit panik merasa ada sesuatu yang salah.

"Individu yang tidak diketahui merupakan individu yang memiliki [Otoritas Sub-Tuhan] atau ia merupakan sosok yang Maha Tahu," jawab seorang ksatria di samping Rikka. "Karena anda adalah manusia dan bukannya malaikat, berarti anda adalah sosok yang Maha Tahu."

"Mengapa begitu?"

"Ketika seseorang mencapai tahap Maha Tahu, ia akan menjadi tidak diketahui. Artinya, sosok yang mencapai Maha Tahu bukanlah bagian dari banyaknya alam semesta yang bisa diketahui. Sesama sosok Maha Tahu tidak akan saling mengetahui. Itulah artinya individu yang tidak diketahui."

Kau bercanda, bukan? Maha Tahu? Kau pikir aku ini Tuhan?

"Setidaknya, ada beberapa individu selain Tuhan dan Raja Iblis yang Maha Tahu. Terkadang, manusia seperti anda juga bisa mencapai tahap itu. Yang terpenting adalah anda belajar tentang segalanya yang ada di dunia ini," ujar ksatria itu dengan entengnya.

Ya, aku tahu kalau Firman itu hampir mendekati Maha Tahu. Tapi, aku tidak mengetahui bahwa ada sosok lain yang mencapai Maha Tahu. Seakan sifat Omniscient hanyalah sesuatu yang bisa dicapai dengan kerja keras, bukan lagi sifat yang dimiliki Tuhan saja. Aku jadi ragu kalau yang Maha Kuasa atau Omnipotent hanyalah Tuhan. Mungkin ada beberapa sosok yang Maha Kuasa di banyaknya dunia ini. Mungkin jika kita berusaha mendapatkan kekuatan, kita akan menjadi Maha Kuasa. Kalau begitu, siapa saja memiliki kesempatan untuk merebut takhta Tuhan.

Kenapa Tuhan menciptakan dunia yang dapat merebut takhtanya dengan mudah, aku tidak tahu alasannya. Jika Maha Kuasa dan Maha Tahu adalah sesuatu yang bisa didapat dengan kerja keras, berarti takhta Tuhan bisa didapat jika kita kerja keras. Itu sedikit menyeramkan ketika membayangkan pertempuran memperebutkan takhta Tuhan atas dunia ini. Mungkin jika itu terjadi, dunia akan kiamat.

"Apa di dunia ini ada yang Maha Tahu?" tanyaku penasaran.

Ksatria itu menggelengkan kepalanya. "Hanya ada individu yang hampir mencapai tahap Maha Tahu, yaitu penguasa dunia ini."

Jadi begitu. Penguasa negeri ini pastinya sangatlah jenius seperti Firman.

Karena ada beberapa individu yang tidak diketahui pernah berkunjung ke dunia ini, aku bisa melewati keamanan dengan sangat mudah. Selanjutnya tidak ada yang spesial atau istimewa saat memverifikasi identitas. Kami semua terbukti sebagai manusia, walau ada kendala sedikit tadinya. Akhirnya, kami semua selesai melakukan identifikasi.

Setelah melakukan identifikasi yang melelahkan, kami semua dibawa ke sebuah penginapan yang cukup mewah. Tempat itulah yang akan kami gunakan untuk tinggal selama dua minggu pertukaran pelajar ini. Aku harap tidak ada kejadian yang merepotkan yang akan terjadi nantinya.

Bagaimana Mungkin Aku Adalah Raja Iblis?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang