Setelah pulang liburan dari Hebell, rasanya aku tidak mau berlibur lagi. Aku takut nanti itu malah memicu event lain. Bahkan aku sampai takut untuk keluar rumah. Tidak akan menyenangkan kalau tiba-tiba ada Seraphim yang menyerangku di luar rumah. Jadi, aku lebih memilih mengurung diri di kamar. Benar, aku adalah seorang hikikomori. Namun, entah mengapa segalanya menjadi aneh.
Selain itu, di luar kamarku sedang terjadi perdebatan hebat. Viani dan yang lainnya menyalahkan Feri atas kejadian di Hebell. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi itu terlihat sangat mengerikan. Feri seperti seorang tersangka pembunuhan yang sedang dibacakan dakwaannya oleh para Jaksa. Posisi hakim entah mengapa sepertinya diisi oleh diriku. Mereka menyerahkn keputusan akhir kepadaku. Jujur saja, itu merepotkan.
Semuanya berawal ketika kami pulang. Saat itu, aku langsung pergi ke kamar dan berbaring di kasur. Namun kemudian, ada sebuah suara dentuman yang cukup besar hingga itu menggetarkan kasurku. Tentu saja aku langsung pergi ke sumber suara. Ketika aku sampai di sana, aku menemukan kalau ruang tengahku sudah hancur berantakan. Feri terkapar di tanah dengan luka yang mengerikan bagi manusia. Karena dia iblis, itu tidak masalah selagi dirinya bisa beregenerasi. Lalu, ada Firman dengan tangan yang mengeluarkan api.
"Kau tahu apa yang kau lakukan di Hebell, bukan?" tanya Firman dengan nada marah.
Feri tidak menjawab. Ia sepertinya mengetahui apa yang dirinya lakukan. Sedangkan aku hanya berdiri diam di tangga sembari melihat mereka.
"Tindakanmu di sana itu sangatlah ceroboh, Kakak," tambah Tania dengan wajah kesal.
Aku tidak tahu mereka membahas tentang apa, tapi sepertinya ini sesuatu yang serius untuk dibahas. Ada kemungkinan kalau ini berkaitan dengan diriku. Tapi sangat tidak menyenangkan kalau mereka bertengar hanya karenaku. Aku ini baik-baik saja, jadi tidak perlu bertengkar.
Luka di tubuh Feri sembuh dengan cepat. Walau itu masih dibawah regenerasi diriku, itu masihlah sangat cepat. Aku yakin Feri tidak mengeluarkan seluruh kemampuan regenerasinya. Jika Feri mengeluarkan seluruh kemampuan regenerasi miliknya, aku yakin itu akan sembuh dengan kecepatan kilat. Tidak, itu bahkan lebih dari kecepatan kilat menurutku.
"Uhuk! Uhuk!" Feri terbatuk dan mencoba untuk bangun, tapi entah mengapa ia tidak bisa melakukan itu. "Ma-maafkan aku."
Cret!
Kedua mataku membelalak ketika melihat Viani menusukan pedang Lethanan ke dada Feri. Pedang itu sepertinya menembus jantungnya hingga menghancurkan tulang punggun Feri. Jika Feri hanyalah orang biasa, ia sudah dipastikan tewas di tempat. Apalagi, pedang yang ditusuk ke dada Feri adalah pedang Lethanan milik Viani. Jika Viani menggunakan sihir spasialnya, kemampuan regenerasi Feri tidak akan berfungsi.
"Tidak hanya sekali, tapi beberapa kali. Kau bahkan mengungkapkan kelemahan dari barier-ku," ujar Viani dengan wajah penuh kebencian.
Sepertinya aku mulai tahu apa yang menjadi permasalahannya. Ini pastilah berkaitan dengan Raphael. Ya, jujur saja aku terkejut bagaimana Raphael bisa meretakan dan bahkan memghancurkan barier milik Viani. Jadi, itu salah Feri yang tanpa sengaja mengungkapkan kelemahan barier Viani. Menurutku itu tindakan bodoh dan sulit untuk dimaafkan.
"Memberitahu kalau barierku bisa dilewati jika pergi dari ruang dimensi ini itu adalah tindakan tidak termaafkan," tambah Viani menekankan pedangnya.
Ahh, sepertinya ini berhubungan dengan dimensi yang lebih tinggi atau sesuatu tentang itu. Sepertinya, barier Viani bisa dilewati jika tidak berada di alam semesta berdimensi seperti ini, yaitu tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu. Jika kita pergi ke dimensi yang lebih tinggi, maka kita bisa lolos. Itu juga menjelaskan kenapa Raphael muncul secara tiba-tiba juga. Ya, itu karena keberadaan Raphael bahkan lebih tinggi daripada Seraphim. Jadi kemungkinan Raphael pergi ke dunia atas dan kembali lagi. Raphael benar-benar jenius.
Aku mengerti perasaan dari Viani. Aku juga akan marah jika kelemahanku yang paling penting dibocorkan begitu saja. Aku bahkan tidak akan pernah memaafkan orang itu. Tapi, jika mereka tidak saling memaafkan itu cukup buruk. Aku takut nantinya itu akan berdampak pada kerja sama mereka di masa depan nanti.
"A-aku tidak sengaja melakukan itu," ujar Feri merintih kesakitan. Walau ia memiliki kemampuan regenerasi, sepertinya ia masih memiliki rasa sakit. Apalagi Feri sedang berada dalam bentuk fisik.
Wajah Viani berubah menjadi semakin marah. Ia semakin menekan pedangnya dan membuat Feri merintih kesakitan. "Tidak sengaja katamu?! Apa yang terjadi jika para Archangel menyerang rumah ini? Aku tidak akan bisa melindungi tuan kalau begitu!"
Jika dipikirkan kembali, Feri memang melakukan kesalahan fatal. Pertama, ia tidak melenyapkan tubuh fisik Rapbael dan membiarkannya hanya dengan luka. Itu adalah kesalahan yang menyebabkan Raphael masuk ke dalam Archangel King form. Kedua, Feri membocorkan kelemahan barier Viani. Itu adalah kesalahan yang paling fatal karena bisa berdampak besar di masa depan. Raphael akan memberitahu seluruh Archangel, kemudian barier Viani menjadi tidak berguna.
"Ini karena kesombonganmu terhadap segalanya." Desi mengelus-elus kepala seekor kucing yang ia gendong. Aku tidak tahu darimana kucing itu muncul. Dan juga, bukankah kucing itu terlihat sangat kuat?
"Sudahi perdebatan ini!" Aku masuk ketika Desi selesai berbicara. Sepertinya timing itu tidak buruk.
Seketika, seluruh orang berlutut kecuali Feri. Ia masih berbaring karena pedang Lethanan menahannya agar tidak bergerak. Walau begitu, Feri mencoba bergerak sebisa mungkin. Sepertinya tidak afdol jika ia tidak berlutut di depanku.
"Bella, nanti tolong kembalikan ruangan ini kembali seperti semula," ujarku kepada Bella. Bella mengangguk mengiyakan permintaanku. "Sebenarnya, ada masalah apa?"
"Ini hanyalah masalah sepele, Tuan. Anda tidak perlu mengkhawatirkan apapun."
"Masalah sepele, ya? Aku bahkan merasakan getaran ketika mencoba untuk tidur." Aku mengatakan apa yang kurasakan. Memang menyebalkan harus merasakan getaran hebat itu.
"Maaf untuk itu, Tuan. Kami hanya sedang ada masalah yang perlu untuk diselesaikan. Maaf kalau itu mengganggu anda," jawab Firman menundukan kepalanya.
Ya, aku sudah tahu apa yang menjadi permasalahannya sih. "Apa tidak bisa diselesaikan dengan damai?"
Semuanya menggelengkan kepalanya seakan tidak setuju dengan saran yang kuberikan. Mereka semua memilih jalur kekerasan dibandingkan jalur damai. Ya, aku tidak akan protes karena mereka adalah iblis. Itu mungkin adalah sifat asli mereka sebagai iblis. Karena aku yang membuat mereka menjadi iblis, aku tidak akan bisa protes.
"Ini adalah masalah yang hanya bisa ditempuh dengan jalur kekerasan, Tuan. Kami tidak bisa mendiskusikan ini dengan damai," jawab Firman.
Aku hanya bisa mengembuskan napas mendengar jawaban dari Firman. "Kalian ini terlalu keras. Mungkin kalian membutuhkan liburan,"
"Liburan?! Tuan ingin berlibur?" tanya Tania dengan wajah yang bersemangat. Aku menjadi kebingungan kemana wajah marahnya yang sebelumnya.
Entah mengapa, ini malah menjadi situasi yang aneh. Sepertinya, aku malah menggiring situasi ini menjadi aneh atau bukan aku yang melakukannya. Aku menjadi merasa kalau semua ini adalah settingan belaka yang diatur oleh mereka. Jika itu benar, mereka benar-benar hebat.
"Liburan? Sepertinya itu ide yang bagus," tambah Viani mencabut pedangnya dari dada Feri. "Tapi ke tempat mana yang bagus, ya?"
Feri langsung sembuh dalam seketika dan bangkit. "Bagaimana dengan Fallen World. Aku sempat ke sana dan dunia itu sangatlah indah. Hebell tidak ada apa-apanya dibandingkan Fallen World," jawab Feri memasuki percakapan seakan itu adalah hal yang normal.
"Benar juga. Mungkin kita juga bisa mengunjungi Centra Fallen World. Ya, itu jika Azazel memberikan izin," tambah Desi dengan penuh semangat.
"Azazel onii-chan? Ia sudah memberikan izin kepada kita, kok." Tania tiba-tiba mengatakan itu seakan sudah menyiapkannya.
"Kalau begitu, dua hari lagi kita akan pergi ke Fallen World." Semuanya memutuskan secara sepihak tanpa meminta persetujuanku.
"O-oy! Aku belum menyetujuinya loh."
"Ayo kita pergi ke Fallen World!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bagaimana Mungkin Aku Adalah Raja Iblis?
FantasiaSeorang siswa SMA bernama Devan Steviano menjalani kehidupan sekolahnya yang monoton. Ia menyukai kehidupan klise yang ia jalani setiap harinya. Suasana damai adalah yang ia nikmati. Merasakan damai dengan setiap bagian dari tubuhnya. Namun, itu sem...