Sub 29

3.3K 371 25
                                    

Di benua yang sangat jauh, berdiri sosok tampan dan gagah tengah memandang ponselnya. Sesekali dia tersenyum menyapa keluarga yang sangat di rindukan.

"Kapan kembali ke Tokyo sayang? Kaa-san sangat merindukanmu."

"Aku juga merindukan mu Nee-chan." balas pria itu tersenyum manis.

"Sudah berapa kali Kaa-san bilang kau harus memanggilku Kaa-san bukan Nee-san bocah."

"Maaf Nee-chan. Kau terlalu cantik untuk jadi ibuku. Bukan kah menyenangkan bila kau punya adik setampan diriku?"

"Hentikan ucapan omong kosong mu itu. Kau tahu, aku benar-benar merindukanmu. Apa kau tak merindukan Kurama dan Naruto?"

"Sangat Nee-chan. Aku rindu berkelahi dengan Kurama dan aku juga rindu memeluk bocah kuning itu. Nee-san tau? Aku tersiksa di New York, aku rindu Tokyo."

"Pulanglah sayang."

"Secepatnya Nee-chan. Kalau begitu sampai jumpa di sana Nee-chan. Salam rindu untuk Anikii dan kedua keponakanku."

"Adik Obito, adik bukan keponakan." tegasnya.

"Never." balas pria itu tersenyum setelah memutus panggilan vidio callnya dengan Kushina.

"Kau tak akan pernah menjadi Kaa-san ku Kushina-nee. Kau kakakku. Terimakasih telah mengadopsi ku dan merawatku sejak kecil. Bagiku kau dan Minato-nii adalah kakak bukan orang tua karena aku tak ingin memiliki orang tua yang usianya tak terlampau jauh dariku." gumam Obito memasukan kembali ponselnya ke dalam saku hoody nya.

Pria itu Obito, dia di adopsi Kushina dan Minato setelah memeriksakan kondisi Kurama yang sedang demam. Dia kala itu melihat Obito tengah memegangi perutnya di pinggir trotoar. Saat itu usia Obito sudah 10 tahun dan dia tinggal di panti asuhan yang sudah sangat miskin karena donasi sangat minim di dapat dari donatur. Kushina tergerak hatinya untuk menolong Obito dan menjadi donatur tetap panti asuhan itu. Hal itu juga mendapat dukungan penuh dari keluarga kedua belah pihak. Bahkan Obito di terima dengan tangan terbuka dan mendapatkan kasih sayang penuh.

Setelah setahun mengadopsi Obito, Kushina di karuniai seorang putra yang memiliki paras yang sangat manis dan menawan. Dialah Naruto. Selisih usia Obito dan Kurama adalah 3 tahun. Jadi kala itu usia Obito sudah 11 tahun, Kurama 8 tahun dan Naruto lahir.

Obito menyayangi keluarganya melebihi segalanya. Dia terpaksa pergi melanjutkan pendidikannya ke New York karena Obito menyadari kalau dirinya bukan manusia normal. Pendengaran dan penciumannya sangat tajam. Dia bisa bergerak sangat cepat bahkan secepat kilat menyambar. Selain itu saat memasuki bulan purnama tubuhnya mulai memanas seakan ingin mengaung kuat. Hal itu terjadi saat usianya menginjak usia 15 tahun. Dan Obito tahu kalau dirinya bukan manusia saat usianya genap 17 tahun. Di bulan purnama sempurna Obito merasakan tubuhnya panas dan akhirnya meloncat dari kamarnya di lantai dua pergi menuju hutan. Di tengah hutan dia menuju puncak tebing tertinggi dan mengaung sekuat tenaga. Usai mengaung perlahan tubuh Obito berubah menjadi sosok serigala besar berwarna Hitam putih. Saat itulah dia menyadari kalau dirinya bukan manusia.

Obito ingin jujur tapi dirinya takut kalau keluarganya menolak mentah-mentah mengetahui jati dirinya yang seorang Werewolf. Dengan tekat kuat Obito meminta pada Minato dan keluarga lainnya untuk menempuh pendidikan di luar negeri meski awalnya mendapat penolakan. Tapi dengan kegigihan dan bujukan yang tak pernah berhenti akhirnya di kabulkan.

Dan di negri paman Sam dia juga telah menemukan belahan jiwanya. Rin, gadis manis keturunan jepang china. Dengan kebaikan hati dia bisa menerima Obito dan sudah mengetahui siapa Obito sebenarnya. Namikaze Obito anak angkat dari Namikaze Minato dan Uzumaki Kushina.

"Belum bisa jujur?" ucap Rin menepuk bahu Obito.

"Aku masih takut honey, perasaan itu masih melekat di dadaku."

"Bagaimana kalau kau pulang dan bicara sejujur-jujurnya pada mereka. Aku yakin mereka akan menerimamu dengan senang hati."

"Apakah kau mau mendampingiku dan menerimaku setiap konsekuensi yang akan aku dapat?"

"Kau bilang kalau aku mate kamu, belahan jiwa kamu tapi kenapa kamu masih bertanya? Apa gigitan darimu di leherku masih belum kuat?"

"Thank you Rin. Thank you so much. I love you."

"Yeah and i heat you Mr. Obito Namikaze."

Mereka tertawa bersama menikmati setiap detik, nafas dan cinta bersama.

Berbanding terbalik dengan kondisi Obito, demam Naruto kian menjadi. Demam yang dia rasakan seakan membakar tubuhnya. Tubuh Naruto kejang seiring panas di tubuhnya meningkat. Sasuke sudah berusaha sebaik mungkin menyalurkan energi positif dari Susanoo tapi hasilnya tetap saja.

Karin yang menangani Naruto juga di buat kalang kabut. Semua obat yang di masukan ke dalam tubuh tak memberi efek sama sekali.

"Hei bocah. Aku akan menghubungi kakak dan kakak ipar agar cepat datang. Aku takut kondisi Naruto akan semakin kritis."

"Hn."

"Ck, dasar manusia alien. Kok bisa keponakanku berjodoh dengan alien sepertimu." gerutu Karin yang lagi-lagi mendapat sahutan ambigu dari Sasuke. "Kalau bukan karena Naruto udah ku cincang kau bocah."

Karin menghubungi Kushina tapi sudah panggilan ke 3 kali belum mendapatkan jawaban. Sesekali dia juga melirik Sasuke yang selalu mengeluarkan cahaya ungu dari telapak tangannya. Saat cahaya ungu itu memasuki tubuh Naruto barulah demamnya mereda.

"Hei bocah!" panggil Karin. "Lakukan hal itu terus. Aku rasa tubuh Naruto menginginkan kekutan ungu itu lebih banyak."

"Ku rasa juga begitu. Tapi bukan hanya itu. Darah suci. kita memerlukan darah suci untuk Naruto."

"Bena...."

"Tidak! Apa kau masih belum mengerti maksudku bocah?" ucapan Karin terpotong oleh suara berat dari Naruto. "Aku perlu keluar dari tubuh ini. Tubuh kecil ini tidak bisa menerima kekuatanku. Tubuh kecil ini terlalu murni untuk kekuatanku. Jadi pemilik darah suci akan bisa menetralkan emosiku yang sangat besar. Naruto tak butuh darah suci tapi aku."

"Aku belum bisa menemukan pemilik darah suci."

"Sementara carikan wadah yang kuat menampung tubuhku."

"Baiklah."

"Hei bocah. Bagaimana kalau Kurama? Aku rasa dia kuat menerima kekuatan Kitsune." usul Karin yang masih menempelkan ponselnya di telinga.

Karin sudah tahu semuanya. Sejak demam Naruto tak mengalami penurunan, Sasuke menceritakan segala setelah sosok Kitsune merasuki tubuh Naruto lagi.

"Kau benar. Aku akan memanggil Itachi."

Kini Sasuke fokus ke Itachi sedangkan Karin masih ngomel-ngimel tanpa henti karena panggilannya belum terangkat. Setelah menunggu selama 30 menit akhirnya Kushina menjawab panggilan Karin.

"Hall...."

"Astaga nee-san....... kemana saja? Sudah puluhan kali aku menghubungimu baru nee-san angkat. Sesibuk itukan dirimu?"

"Gomen ne..."

"Sudahlah. Ini lebih genting."

"Apanya yang genting Karin?"

"Cepat pulang, Naruto sedang kritis."

"Apa maksudmu Naru-chan kritis?" teriak Kushina panik.

"Datang saja. Aku tak bisa menjelaskan di telpon. Cepat saja datang." perintah Karin seenak udelnya.

"Baiklah. Ini aku juga dalam perjalanan ke rumah teman Minato karena rencananya kita semua akan ke sana malam ini."

"Jangan malam. Sampai tujuan langsung ngebut kesini. Gak usah bawa barang banyak. Rumah penuh."

"Adik sialan!" umpat Kushina yang tak di hiraukan Karin karena langsung menutup panggilan sepihak.

Tak berselang lama Itachi dan Kurama datang. Wajah mereka sangat kusut mendengar kabar kalau Naruto kritis.
























Tbc...
☺️☺️😉😉😉

Alpha Sasuke (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang