1. Pagi Hari

14.7K 432 5
                                    

بِسْـــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْـــــمِ

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh...

Selamat datang di cerita ini...

Panggil saya An atau Kak An dan tolong di koreksi jika ada penulisan atau penyampaian saya yang keliru di cerita ini...

Sebelum baca ceritanya pastikan kalian sudah melaksanakan salat yaa... Yuk di jaga yang 5 waktunyaa

Jangan lupa juga buat baca sholawat...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad, wa 'alaa aali sayyidina Muhammad.

Happy reading guys😊😊😊

♡ ♡ ♡

Kediaman sederhana milik Nayara terdengar ricuh pada pagi ini. Suara rengekan seorang anak membuat Nayara bergegas memindahkan masakannya dari wajan ke atas piring. Lalu menyimpannya di atas meja makan.

"Bundaaa! Buku Aila menghilang! Bundaa... Aila sudah pusing cali bukunya... Bunda bantu Aila." Gadis kecil berusia empat tahunan itu berjalan memasuki dapur sambil merengek dengan pelafalan yang masih belum sempurna.

Nayara menoleh ke arah pintu dapur, di mana Aira berdiri sambil menjinjing tas sekolahnya yang terbuka. Jangan lupakan dengan seragam TK yang dikenakannya sudah tidak rapi seperti awal Nayara memakaikannya.

"Astagfirullah putri Bunda, kenapa bisa seperti ini penampilannya sayang? Aira kenapa hm?" Perempuan berjilbab panjang itu berjongkok di depan putrinya. Mengelus rambut Aira yang sama berantakan seperti baju yang di kenakan gadis kecil itu.

Aira terdiam lalu telunjuknya mengacung ke arah ruang tamu di depan sana. Tempat di mana terakhir kali Nayara meninggalkan sang putri untuk memasak. "Buku... Buku Aila hilang," adunya dengan bibir yang perlahan mulai melengkung ke bawah.

"Hilang? Kenapa bisa hilang sayang?" tanya Nayara dengan lembut.

Aira terdiam saat itu. Bingung harus menjawab bagaimana. Sementara Nayara yang melihat putrinya terdiam mulai tersenyum kecil. Ia tahu kebiasaan Aira yang satu ini. "Aira... Bukunya Aira lempar lagi?" tebak sang Bunda. Aira terdiam, lalu menunduk.

"Aila ndak lempal. Bukunya yang lompat. Bukan salah Aila kan Bunda?" Gadis itu mendongak menatap wajah bundanya dengan tatapan polos. Seketika saja membuat Nayara menghembuskan nafasnya.

Nayara meraih kedua tangan kecil milik Aira. Menggenggamnya erat. Matanya menyorot lembut pada dua bola mata bulat milik Aira.

"Sayang... Sudah berapa kali Bunda bilang jangan lempar-lempar buku, hm? Aira ingat?" tanya Nayara. Aira tampak diam berpikir. Lalu tak lama Aira menggeleng lalu menunduk.

"Banyak sekali. Aila ndak ingat belapa Bunda," cicit gadis itu pelan. "Aila salah. Maaf Bunda," sambungnya menyesal.

Nayara mengelus rambut Aira. "Jangan seperti ini lagi Aira... Bukunya kalau di lempar-lempar terus bisa rusak sayang. Nanti Aira tidak bisa belajar lagi gimana?"

"Maaf Bunda... Aila ndak akan ulangi," ungkap gadis kecil itu sekali lagi.

Nayara tampak tersenyum, lalu mengacungkan kelingkingnya ke arah Aira. "Janji sama Bunda?"

Gadis kecil itu menatap Nayara kembali. Perlahan tangannya terangkat, ia lantas mengaitkan kelingking kecilnya pada kelingking Nayara. "Janji," ucap gadis itu sambil tersenyum ceria pada sang Bunda.

Lantunan Surah Asy-SyamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang