Dear Kasih,
Bagaimana kabarmu? Sudahkah kamu melupakanku sejak 102 hari yang lalu kamu berkata seolah hanya aku yang berarti dihidupmu? Kamu, iya kamu, dan cuma kamu yang berhasil membuatku gagal ratusan kali untuk bangkit menjemput hidup yang baru. Kamu yang dulu mengaggapku bak rembulan dan kau sebagai malam, seakan diriku berharga seperti penerang dalam kegelapanmu.
Kamu tahu bukan? Aku. Dan hanya aku. Bukan dia, apalagi kekasihmu yang baru. Aku, aku, dan akulah satu-satunya wanita yang menyimpan rahasiamu selain Tuhan. Rahasia terbesar yang kau utarakan waktu itu membuatku seolah satu-satunya wanita yang kamu percaya dalam hidupmu setelah Ibu. Bahkan Ibumu pun bagai malaikat terbaik yang dikirim Tuhan untuk ku jaga. Tapi kamu hilang seolah garam yang terurai oleh derasnya hujan. Entah hujan apa yang berhasil membuatmu melupakan semua kenangan 120 hari kita. Memang hitungan hari yang singkat bagimu dan bagi semua kalangan remaja yang pernah merasakan jatuh cinta. Namun tidak bagiku, hubungan kita seolah hubungan paling lama meski hanya sepihak yang bertahan yaitu Aku. Dan kenangan itu berhasil mengingatkanku pada sebuah buku diary milikku darimu. Kubuka satu per satu lembarannya, hingga tepat pada lembar ke-77 aku terhenti oleh surat bertajuk Kau yang Terakhir. Dan benar, kamulah yang terakhir dalam hidupku kini dan nanti.Tentang Penulis:
Alviah Nur Hasanah, biasa dipanggil Via. Gadis kelahiran Jember pada tanggal 3 Agustus 2003. Menyukai pelajaran matematika, tapi hobinya menulis. Mulai menekuni bidang sastra semenjak hadirnya Korona. Tercatat sebagai siswi kelas 12 di SMKN 8 Jember. Jejak bisa ditemukan di akun Facebook Alviah Nur Hasanah dan Instagram @viaaaa_83.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Cinta
RomanceCinta? Sebuah kata yang sulit diartikan, tetapi mudah untuk dirasakan. Ya, cinta itu sebuah rasa. Di mana orang-orang bisa merasakan kehangatan di dalamnya. Surat cinta berisi ungkapan perasaan seseorang kepada orang yang disukai. Siapakah mereka...