Prolog

24.1K 1K 14
                                    

Hari ini seperti hari-hari biasanya, Indira sedang menghitung belanjaan pembeli dengan terus menimpali ucapan mereka dengan ramah. Kasir cantik dengan bibir yang tak pernah kehilangan senyum itu sudah menjadi Icon di toko Kenanga, toko serba ada yang tak pernah sepi pembelinya.

"Ra, cek kebagian snack sebentar, deh! kayaknya ada sales yang masuk. sekalian order jajanan yang sudah kosong, biar ibu yang di sini." Suara itu muncul dari belakang punggungnya, itu Anisa, bu bos sekaligus pemilik toko Kenanga.

Setelah meng-iyakan perintah Anisa, Indira bergegas ke bagian snack and drink, lumayan jauh dari meja kasir. Toko ini  terbilang besar, sangat besar malahan. Sudah layak disebut Supermarket. Barang yang disediakan juga sangat lengkap, mulai dari makanan, alat rumah tangga sampai pakaian, semuanya ada.

Sesampainya di bagian food and drink, Indira kebingungan. Kemana perginya sales yang dimaksud bosnya tadi, di sini hanya ada ibu-ibu yang sedang memilihkan biskuit untuk anak manis dalam gendongannya. Tidak mungkin ibu itu yang dimaksud bu Anisa, kan?

Ah, sepertinya wanita itu ngawur lagi, tidak sekali-dua kali bu bos berbuat begini. Tapi untung juga sih untuk Indira, bisa duduk-duduk santai sambil pura-pura menghitung stock jajanan yang ada disini.

"Mbak!" Belum genap satu menit menyandaran bahu di belakang rak snack, suara itu sudah mengganggunya. Huh, gak lihat orang lagi istirahat apa!

Indira segera bangkit, menyiapkan senyum selebar mungkin untuk pelanggan yang sudah mengacaukan acara malas-malasannya.

"Ada yang bisa saya bant-" Suara gadis itu kembali tertelan saat melihat wajah pria di depannya.

Pria itu, orang yang setengah mati dirindukannya, orang yang setengah mati pula ingin dilupakannya, muncul begitu saja di depannya, dengan wajah yang tidak kalah kaget dengan dirinya. 

Dia, Revano.

Lajur Rasa - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang