2. Masih Tanda Tanya

11.3K 732 11
                                    

"Yakin lo mau masuk, Na ?" Tanya Revan, wajahnya tampak ragu.

Mereka berdua sedang berada di tempat parkir toko Kenanga. Ravina ngotot ingin bertemu dengan Indira, seseorang yang masih disebut kekasih oleh adiknya.

Tanpa menanggapi pertanyaan cowok di sampingnya, Ravina melepas seat belt kemudian keluar dari mobil begitu saja. Meninggalkan Revano yang tampak bimbang.

Bagaimana jika Indira bertambah muak dengan dirinya? Mungkin saja gadis itu masih butuh waktu untuk bertemu dengannya, juga dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan dirinya, termasuk Ravina, kakaknya.

Revan ingin turun, sekedar melihat gadis itu dari jauh. Tapi nyalinya menciut begitu mengingat tatapan terluka sosok yang masih sangat dicintainya.

Akhirnya dia tetap di sini, berdiam diri sambil terus menanti. Barangkali kakaknya segera keluar dan memberi kabar bahagia untuknya. Atau paling tidak, dia bisa melihat gadis itu keluar dari toko, membantu pembeli mengeluarkan belanjaan, atau sekedar menghirup udara segar. Ah, betapa beruntungnya jika dia bisa melihat wajah baik-baik saja Indira, meski hanya dari jauh.

Tidak berapa lama kemudian, dia melihat sosok yang sangat dikenalnya berjalan gontai keluar dari toko, membawa kantung belanjaan yang tidak terlalu besar.

"Dia nggak di sini." Adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut kakaknya.

Revano mendadak gusar.

Apa Indira pergi untuk menghindarinya ? Apa bertemu dengannya adalah hal yang sangat tidak diinginkan gadis itu ? Apa dia benar-benar tidak lagi memiliki harapan ? Apa sebaiknya dia menyer-

"Shift sore katanya, kalo pagi gini dia ngajar." Lanjut Ravina yang sudah duduk manis di kursi yang tadi ditempatinya.

Ternyata gadis itu tidak meninggalkan pekerjaan untuk menghindarinya. Batin Revano berseru lega.

"Padahal gue kangen banget sama si Indi, gimana ya sekarang wajahnya ?" Ravina kembali berceloteh, sembari mengenang perjumpaan terakhir mereka.

"Cantik, as always." Jawab Revan sambil melajukan mobilnya pelan.

Ravina menoleh ke samping, diperhatikannya wajah sang adik yang tampak damai. Wanita itu bisa menebak, Revan pasti sedang membayangkan sosok gadis yang selalu mendiami hatinya.

"Bunda nggak jadi nitip rujak cingur, Van ?" Tanya Ravina saat sang adik tampak melewati warung favorit sang ibu setiap mampir ke rumahnya.

"Nggak jadi pengen katanya." Jawab si adik sekenanya.

***

"Mau langsung ke toko, Apa mampir kos dulu ?" Seorang pria tampak bertanya pada gadis yang sedang memakai helm di sebelah motor V-Ixsion putih miliknya.

"Langsung toko aja deh mas, nanti istirahat di rumah belakang aja." Jawab Indira, sambil naik ke atas motor.

Mereka baru saja selesai melaksanakan kewajiban, mengajar disalah satu sekolah swasta di kota ini.

Rumah belakang yang dimaksud Indira adalah rumah yang sengaja disediakan untuk tempat peristirahatan bagi pekerja toko Kenanga, sejenis mess.

Indira baru saja turun dari motor. Mengembalikan helm kepada si pemilik kemudian mengulurkan tangan, menunggu balasan dari laki-laki yang sedang meletakkan helm yang baru diserahkannya.

Begitu uluran tangannya dibalas, cewek itu segera membawanya kearah bibir, menciumnya main-main. Kebiasaan mereka setiap akan berpisah. Meski hanya beberapa meter saja.

"Istirahat yang nyenyak ya istrikuuu.." ujar sang lelaki sambil mengusap kepala cewek yang sedang menunduk, menempelkan punggung tangannya di dahi.

Lajur Rasa - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang