40. Kamu Harus Bahagia

3.6K 269 3
                                    


"Tau nggak Ra, sebenernya aku mau ngomong, tapi bingung gimana mulainya."

"Kenapa, Mas? Nggak suka ya makan di warung pinggir jalan begini?"

Mas Reyhan terkekeh, "Kamu kira aku crazy rich dari mana sih Ra sampe nggak suka makan di pinggir jalan?"

"Terus mau ngomong apa?"

"I love you." Aku tersedak lele goreng yang baru saja masuk mulutku, dia cepat-cepat mengulurkan gelas es teh dan mengelus lembut punggungku.

"Santai aja, Raa. Aku cuma ngomong, nggak minta jawaban apalagi pertanggungjawaban. Jadi, ya.. santai aja."

"Mas bercanda, kan?"

"Seribu persen serius! Tapi ya itu, Ra.. jangan dijadiin beban, aku cuma mau kamu tau. Tapi kalau kamu mau jadi pacarku ya aku seneng banget, sih!" Dia terkekeh sendiri.

Aku bingung harus menjawab apa, jadi saat itu aku tetap diam dan pura-pura sibuk dengan makanan yang sebenarnya sudah nggak lagi menarik perhatian.

"So, Will you be my girl friend?"

***

Hari ini sudah dua minggu sejak Mas Reyhan menyatakan perasaannya, dan dia benar-benar nggak berubah meskipun aku belum kunjung memberinya kejelasan. Dia tetap Mas Reyhan yang biasa, asik dan humoris.

Sesekali dia masih menyinggung hal itu, tapi begitu aku mengalihkan pembicaraan, dia akan tersenyum lebar dan mengikuti alur yang kubuat. Sama sekali nggak memaksa.

"Mas."

"Hm?"

"Pertanyaan kamu waktu itu masih berlaku nggak?"

"Yang 'kamu mau jadi pacarku apa enggak' itu?"

Aku mengangguk.

"Of course, Ra. Itu mah nggak ada expired-nya. Selalu berlaku sampai kapan pun. Kenapa memangnya? Kamu mau?"

Aku meliriknya ragu, matanya bersinar geli, seolah sedang mengerjaiku. Lalu aku mengangguk, dan wajahnya langsung membeku. Antara kaget dan juga nggak percaya.

"Kamu serius?" Dia bertanya dengan nada super excited, mau nggak mau aku tersenyum dan mengangguk sekali lagi. Nggak perlu menunggu lama sampai tubuhku di peluk erat dan kepalaku di cium berkali-kali. "I love you, Indira. I love you!"

"Tapi.. kamu nggak terpaksa nerima aku, kan?"

***

Dia nggak marah, nggak kecewa juga. Saat aku bilang masih bingung dengan perasaanku dan memilih menerimanya karena rasa nyaman, dia justru tertawa. "It's okay! Nyaman adalah satu tahap menuju cinta. Jadi.. siap-siap jatuh cinta sama Mas Ardino Reyhan Saputra, ya, Sayang!"

Aku kira memang semudah itu, aku kira dengan berjalannya waktu, rasaku padanya juga akan segera tumbuh. Nyatanya, sampai lima bulan kemudian, perasaanku nggak pernah berubah. Aku sayang padanya, nyaman saat dia memelukku, tapi.. hanya itu. Nggak pernah ada debar berlebihan atau kepak sayap kupu-kupu di perut saat dia mengatakan cinta dan memperlakukan aku dengan begitu istimewa.

"Ra, pengin deh dengar kamu bilang cinta sama aku. Don't you love me?" Tanyanya suatu saat.

"I love you!" As my big bro.

"Ah, sangat menyentuh, Sayang!" Dia menyentuh dadanya dramatis, "Matamu itu lho, kelihatan banget bohongnya. Harusnya tadi merem aja pas ngomong gitu, biar aku percaya."

Lajur Rasa - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang