High School Memories

3.9K 193 3
                                    

Kaget, gak? Heheh.

Tiba-tiba kangen sama Indira dan Revan, jadi buka-buka draft dan nemu iniiii.

Ini tulisan lamaaaa banget ga diubah sama sekali, harap maklum kalau OOT alias ga jelaaaas.

Selamat menikmati!!

***

Surabaya, SMA Pahlawan Bangsa, 2012.

"Kamu jadi kuliah di luar negeri?" Tanya Indira pada kekasihnya.

"Jadi, dong. Kenapa? Nggak sanggup ya jauh-jauh dari aku?" Tanya Revan balik sambil mengeringkan mata dengan jail.

Revan akan pergi keluar negeri, dua bulan setelah UN dilaksanakan. Indira tidak pernah bertanya kemana tepatnya cowoknya itu akan menimba ilmu. Yang jelas, Revan pernah bilang bahwa dia akan kuliah di kampus ayahnya dulu.

Indira tidak pernah keberatan. Toh, LDR bukan hal susah untuk mereka yang sama-sama susah jatuh cinta. Hati keduanya sudah mentok satu sama lain.

"Idiih, PD banget. Yang ada aku bersyukur, nggak ada yang bertingkah jadi bapak kedua ku, wleeek." ujar Indira seraya menjulurkan lidah di akhir kalimatnya.

Mereka sedang ada di taman belakang sekolah. Menikmati hari tenang, sebelum Ujian Nasional dilaksanakan, satu Minggu lagi.

Revan hanya terkekeh mendengar ejekan kekasihnya. Lalu cowok itu menyampaikan tangannya di bahu Indira.

"Awas aja kalo kamu berani macam-macam di kampusmu, aku bawain golok ke sana." Ujar Revan dengan nada bercanda, tapi matanya seakan mengatakan bahwa dia tidak main-main.

Cowok itu terbilang posesif meski kadang sok cuek. Cinta, tapi gengsinya selangit.

Mendengar nada otoriter pacarnya, Indira terpancing untuk menggoda.

"Aku kan cantik ya Rev, pasti nanti bakalan banyak yang suka sama aku. Kamu kan jauh tuh yaa.. Jadi gapapa dong, aku cari perhatian sama cowok di kampusku." Kata Indira sok serius, sambil melirik wajah cowok disebelahnya.

Melihat Revan yang terdiam, dengan rahang mengeras. Indira tertawa ngakak.

"Hahahah, bercanda Revano sayaang. Serius banget sih mukanya. Takut ya kehilangan aku ?" Ujarnya sambil menarik turunkan alis, menggoda Revan.

Pipi Revan memerah, tampak menahan senyum malu-malu. "Apasih, garing tau bercandamu itu."

Indira kembali tertawa. "Garing apa cemburu ?" Gadis itu tertawa melihat semburat merah di pipi Revan. Dasar raja gengsi.

"Sstt sstt, cemburu ya ?" Godanya lagi.

Revan tak bereaksi, sok cuek.

Indi mendekat, menoel pipi kekasihnya.

"Cemburu, kan ?" Ujarnya sambil menarik turunkan alis, sekali lagi.

Cowok itu akhirnya tertawa, direngkuhnya tubuh Indira sambil menggelitiki pinggangnya. Balas dendam.

"Resek kamu yaa. Rasain nii." Kata Revan sambil terus menggelitiki pinggang kekasihnya.

"Ampun, hahaha.. ampuuun. Udah, Revan geliii.." ujar Indira, terus tertawa. Tidak kuat menahan geli akibat perbuatan kekasihnya

"Minta maaf dulu." Ujar cowok itu tetap tidak menghentikan tangannya.

"Gak, hahaha, iyaa.. iyaa hahaha." Indira masih keukeh ingin menentang kekasihnya.

"Iya apa ?" Revan masih meneruskan perbuatannya.

"Hahahah, iya apaa ? Hahah.. iya maaf, ampuun Revan sayang." Akhirnya cowok itu melepaskan tubuh kekasihnya, membuat Indira bernafas lega.

Lajur Rasa - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang