Keesokan paginya Satria menjemput Alya sesuai dengan perkataan ayahnya kemarin malam.
Keduanya berpamitan dengan keluarga Adam, "makasih ya tan, maaf ngerepotin" ujar Satria.
"Iya, maaf banget jadi ngerepotin" lanjut Alya.
"Ih santai aja, kalian mau jalan sekarang?" Tanya Intan, bunda Adam.
"Iya tan, ayah udah bawel banget" ujar Satria sedikit tertawa.
"Haha, yaudah hati-hati ya" ujar Intan.
Adam mengacak rambut Alya dan berkata, "hati-hati" ujarnya.
"Ihh apaan sih" Alya mencubit perut Adam lalu masuk dalam mobil.
Satria pun melajukan mobilnya, sebelum itu Alya sudah mengabari Galang kalau ia bakal minginap di rumah neneknya untuk beberapa hari kedepan.
Ujian kenaikan sudah berlalu jadi Alya sudah tenang karena tidak ada beban untuknya belajar lagi, kini tinggal menikmati liburan saja.
Ikut mempersiapkan acara pernikahan abangnya, menghabiskan sisa hari dengan Galang, bermain dengan Adam dan teman-temannya, hari ulang tahun?
Itu adalah planning liburan Alya yang sudah di siapkan dari jauh-jauh hari.
"Tadi malem ngapain aja bang?" Tanya Alya.
"Ngobrol biasa" jawab Satria.
"Nanti siang bunda kayaknya mau ngajak fitting baju" ujar Satria.
"Asikkkk, akhirnya yang di tunggu-tunggu" ujar Alya.
Rumah neneknya dan rumah pacar Satria tidak terlalu jauh, jadi kemungkinan besar mereka akan mengadakan pernikahannya di Jakarta.
"Bang, abang udah siap banget ya? Sampe gak keliatan gugup gitu" tebak Alya.
"Hey, emangnya abang harus ngeliatin ke kamu kalo abang lagi gugup?" Ujar Satria sambil mengusap kepala Alya.
Alya sedikit sedih karena sebentar lagi abangnya akan berpisah dan mempunyai kehidupan yang baru, tak ada lagi tangan yang akan merangkul, mengusap dan mencubitnya lagi. Alya termasuk anak yang manja saat bersama abangnya.
"Uhh, kangenn" Alya langsung menyenderkan kepalanya di bahu Satria yang sedang menyetir.
"Haha dasar" gumam Satria tersenyum.
Setelah perjalanan 4 jam dari Bandung ke Jakarta, akhirnya sampai juga. Saat itu Alya tertidur di perjalanan dan tidak tau kalau sudah sampai.
Satria menggendong adiknya itu sampai ke kamar yang sudah di rapi kan oleh bundanya.
"Ih kebiasaan" ujar Cintia.
"Makin berat aja dia" ujar Satria setelah meletakkan adiknya di atas kasur.
"Dah iya atuh, bentar lagi 17 masa beratnya kayak bayi terus" ujar Cintia.
"Ayah mana?" Tanya Satria.
"Di belakang lagi ngoprek apaan tau" ujar Cintia.
Jam demi jam berlalu, kini matahari sudah naik sampai ke atas, teriknya yang panas mulai menyengat kulit.
Alya merasa gerah dan langsung terbangun dari tidurnya, "eh?" Bingungnya.
Ia baru sadar kalau ia sudah sampai dirumah neneknya, suara bunda mulai terdengar dari ruang tengah.
"Eh anak gadis udah bangun" ujar Cintia.
"Nenek, Nini" sapa Alya langsung memeluk kedua neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins Friend-zone
Teen Fiction"Huh kenapa harus satu sekolah lagi sama lo!" - Alya. "Gue juga ogah kali!" - Adam. Keduanya berdiri di depan gerbang sekolah. "Kalian kembar?" Ujar seseorang yang lewat. "KEMBAR? SAMA DIA? OGAH!" keduanya pergi ke arah yang berbeda. *** Alya Fakhir...