Hal Lima Puluh Dua

437 24 5
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang di pojokan!!

🌟

Putra mengambil alih laptop Fikri yang masih terbuka. Tindakannya memang tidak sopan, namun rasa penasaran sangat besar. Putra membaca satu persatu tulisan yang ada di laptop Fikri.

"Apaan sih Put? Serius banget lo bacanya" Tukas Rahma yang sedari tadi mengamati gerak-gerik Putra.

"Ini lagi baca jurnalnya Fikri, siapa tau gue dapet referensi dari sini" Dusta Putra pada Rahma.

"Coba dong liat" Dengan sigap Putra menjauhkan laptop Fikri dari jangkauan Rahma.

"Ye bentar dong, gue juga belum selesai"

"Dih pelit" Rahma kembali mengerjakan tugasnya.

Putra masih membaca satu per satu halaman yang Alya kirimkan.

"Ini kan pas kelas ngadain foto album" Lirihnya kala melihat foto Alya dengan background titik nol kilometer.

Putra mengalihkan pandangannya pada Rahma, "Lo pas kemarin, foto sama Fikri ya di titik nol kilometer?"

"Iya, kenapa emangnya?" Rahma menatap Putra dengan curiga.

"Gak papa" Putra kembali melanjutkan pandangannya pada Fikri.

Fikri datang kembali dengan wajah yang dipenuhi air. Nampaknya ia baru saja cuci muka.

"Sini" Fikri mengambil laptopnya dari Putra. Putra menatap Fikri penuh tanda tanya, seakan Fikri sudah melakukan kesalahan besar. Memang, Fikri memang sudah melakukan kesalahan besar. Menyia-nyiakan seseorang.

Putra menaikkan satu alisnya kala Fikri kembali memijat keningnya.

"Kenapa?" Bukannya menjawab pertanyaan Putra, Fikri kembali menatap foto terakhir Alya.

Drrt drrt

Mode getar pada ponsel Fikri membuyarkan lamunannya. Bukannya mengangkat telpon itu, Fikri malah menekan tombol power untuk mematikan ponselnya. Fikri menarik nafas panjang-panjang. Mode getar pada ponsel Fikri kembali terasa.

"Angkat Fik! Lo jangan lari dari kenyataan" Putra melirik ponsel Fikri yang masih bergetar.

"Tapi--"

"Fik! Jangan jadi pengecut!" Putra menatap tajam Fikri.

"Kalian kenapa sih?" Pertanyaan Rahma tak ada yang menjawab. Beberapa detik mereka hening, getaran ponsel Fikri masih terasa di atas meja.

Dengan terpaksa Fikri mengangkat panggilan itu di tempat tanpa ingin menjauh dari Putra.

"Assalamu'alaikum" Suara Rio terdengar sedikit jelas di sebrang sana.

"Waalaikumsalam bang. Eum maaf tadi gue lagi ngerjain tugas jadi gak tau kalo abang telfon" Fikri terpaksa berbohong. Putra kembali menatap Fikri malas.

"Gue di Jogja, lo dimana? Ada yang mau gue omongin sama lo!" Nada bicara Rio sedikit ditekan.

"Gue lagi ngerjain tugas di deket kampus bang"

"Share loc, gue kesana sekarang!" Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Rio. Fikri mendengus lemah dan segera mengirimkan lokasinya terkini pada Rio.

"Kenapa?" Tanya Putra melihat ekspresi Fikri yang berbeda.

Fikri kembali tak menjawab pertanyaan Putra. Putra pun mengerti kondisi perasaan Fikri saat ini, jadi dirinya tak mau mengganggu Fikri.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang