Hal Tiga

982 56 8
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang dipojokan.

Alya melangkahkan kakinya disepanjang koridor setelah keluar dari ruang guru. Hari sudah sore, karena memang sekolahnya menerapkan prinsip full day school. Tak banyak siswa yang ada di sekolah saat Alya berjalan. Hanya ada beberapa anak basket yang sedang berlatih di lapangan.

Ia tahu, pasti dirinya sudah ditinggal abangnya sendiri. Alya memang berangkat dan pergi bersama Rio. Namun Rio tak segan segan meninggalkan Alya kala ia tak tepat pada waktunya. Terpaksa Alya harus menunggu taksi di halte. Ia duduk sendirian disana. Bukan Alya namanya jika dia hanya berdiam diri menunggu taksi. Ia malahan berkaroeke ria dengan salah satu aplikasi musik diponselnya.

"Woy, belom pulang lo?" suara itu terdengar setelah suara motor berhenti. Alya pun langsung melihat sang penanya. Ternyata dia Denta, ketos yang selalu taat kedisiplinan sedang duduk diatas motor gedenya yg berwarna merah.

"Kaka liatnya gimana? Kalo gue udah pulang berarti gue gak disini lah" ketus Alya.

"Gak cuma berangkat sekolah yang telat. Ternyata lo juga bakat pulang kerumah telat. Bel udah setengah jam lalu, lo darimana?" jawab Denta tak suka pada Alya.

"Suudzon aja lo kak. Gue abis ada urusan sama Bu Sinta. Kenapa lo sewot sih. Hidup hidup gue, apa hubungannya sama elu?!" ia sedikit emosi.

"Serah lah. Lo mau pulang kaga?" tanya Denta menyudahi perdebatannya sore itu.

"Maulah. Lagian rese Bang Rio make ninggal ninggal segala lagi" gerutu Alya kesal.

"Salah lo gak bilang Bang Rio. Buruan naik, gue anter lo pulang. Kasian kalo lo nunggu, ntar diculik. Terus SMA PELITA HARAPAN kaga punya murid bandel kayak lo. Gue kaga bisa liat lo dihukum lagi kalo lo diculik" tuturnya panjang, lebar dan jelas.

"Bilang aja ntar kaka kangen kalo gue diculik iya kan?ngaku aja deh. Gue emang ngangenin kok, iya gue tau." tingkat kepercayaan dirinya memang sudah berada ditingkat paling tinggi.

"Buruan. Lo mau pulang gak?! Gue tinggal nih!"

"Eh iya. Tunggu napa" ia pun langsung jalan menuju motor milik Denta. Berhubung motor tersebut tinggi, jadi Alya sedikit susah menaikinya.

"Kalo gak bisa naik pegang aja pundak gue. Kalo masih gak bisa, nih pegang tangan gue" ucap Denta sembari menyodorkan tangan kirinya guna membantu Alya menaiki motornya.

"Dah" Alya pun melepas pegangannya kala ia sudah sempurna berada diboncengan motor Denta.

Denta pun langsung melajukan motornya. Ditemani beberapa burung yang terbang kesana kemari. Jalanan kali ini memang sedikit ramai, namun tak seramai kala pagi hari. Sang surya telah berada di kubu barat. Sebentar lagi ia akan pergi kembali kerumahnya.

Pemandangan sore ini sangat terlihat lucu. Dimana sang penjaga kedisiplinan mengantarkan pulang sang pelanggar aturan. Itu adalah moment yang sangat jarang. Walaupun begitu, tak ada rasa apapun yang Alya rasakan. Ia biasa saja dibonceng oleh ketos yang paling diidam idamkan kaum hawa di sekolahnya. Alya memang selalu ceria, tapi dia cuek terhadap cinta. Ia kurang peka. Padahal selama ini banyak sekali kaum adam yang sudah ngantri untuk bisa bersamanya.

Denta memang benci pada pelanggar aturan. Namun, ntah mengapa dirinya merasa ada yang berbeda kala bersama Alya ataupun kala ia berbincang dengan Alya. Ia sering memarahi Alya, berharap Alya kapok. Namun nyatanya ia tak kapok. Tidak bisa bagi Denta menyimpulkan ia suka pada Alya. Karena Alya pelanggar aturan, dan sekali lagi dirinya sangat benci sang pelanggar aturan.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang