Hal Dua Puluh Sembilan

369 29 1
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa tekan bintang di pojokan.

Pada kesempatan kali ini, Alya diantar pulang oleh Zharif. Ralat pembaca, bukan diantar pulang, hanya saja Alya yang memaksa Zharif untuk mengantarkannya pulang.

Motor gede milik Zharif dengan sempurna berhenti di depan gerbang rumah Alya. Zharif pikir ia hanya akan sampai sini.

"PAK JONI, TOLONG BUKAIN GERBANGNYA" Alya berteriak dengan lantangnya yang membuat Zharif harus menjauhkan telinganya.

"SIAP NON" dengan sigap Pak Joni membuka setengah gerbang rumah Alya.

"Lo mau masuk aja perlu gerbang selebar itu? Wah parah" Zharif menggeleng tak mengerti.

"Bangke, ya sama lo lah. Makannya gue minta dibukain gerbang"

"Dih sori ya, masih untung lo gue anter sampe sini. Masih minta sampe depan rumah! Geh turun sono" Zharif nampaknya kesal dengan Alya.

Alya mendengus kesal, "Anjir, bukan gitu. Lo harus nganterin gue sampe gue masuk"

"Dih lo kira gue apaan!"

"Kebanyakan bacot lo, buru dah!!" Zharif mau tak mau harus menuruti kemauan Alya.

Tak sampai satu menit, kedua makhluk itu sudah sampai depan garasi yabg terletak disamping rumah Alya. Sudah ada beberapa mobil dan motor terparkir. Yang menandakan bahwa papanya dan Bang Rio sudah pulang terlebih dahulu.

"Dah sono masuk, sini helmnya!!" Alya tak menghiraukan perkataan Zharif dan dirinya mengambil kunci motor Zharif.

"Heh! Balikin njir. Dah sore, parah lo"

"Bodo!! Kalo bisa ambil lah" Alya berlari dengan helm yang masih dikepalanya dan membuka pintu dengan kerasnya karena ia melihat Zharif mengejarnya.

Ceklek

Alya masih berlari dan Zharif masuk begitu saja. "ADEK! KALO MASUK RUMAH SALAM!!" omel mamanya. Ternyata di ruang keluarga sedang ada keluarga tercintanya kumpul menonton tv.

"Adek itu helm siapa?" tanya papanya lembut. Alya dan Zharif terdiam melongo.

"Dek, tu cowo siapa? Gebetan baru?" tanya Rio.

Alya melangkahkan kaki setelah menyopot helm dan diberikan pada Zharif. "Assalamualaikum" Alya salam dan menyalimi semuanya. Zharif pun ikut.

"Sore om tante" sapa Zharif tanpa canggung.

"Kamu pasti temen deketnya Alya yah? Kok ganti lagi dek. Perasaan kemarin sama Fikri" mamanya nyerocos tanpa henti. Membuat Alya berdecak sebal.

"Eh bukan tante" sanggah Zharif. Lagipula siapa juga yang mau sama Alya.  Alya berlari menuju rak buku bawah tv mereka. Ada kumpulan beberapa buku dan majalah yang sengaja diletakkan disana.

Alya mengambil buku album itu. Dibukanya halaman demi halaman.

"Mama, ini siapa?" tanya Alya lagi pada Mamanya dengan menunjuk foto Ammar yang ada di album.

"Itu fotonya Ammar anaknya tante Titin. Kan kemarin kamu udah tanya, lupa yak?" Seluruh orang yang ada disana melihat Alya. Termasuk juga Zharif yang bukan lain Ammar.

"Aduh mati gue!" batin Zharif.

"Napa sih lo dek nanya Ammar mulu? Mau lo perbesar terus dibikin poster. Tulisannya 'dicari anak hilang, temen kecil Alya. Bagi yang menemukan bisa dapet laptop baru Alya' gitu?" papa dan mamanya hanya tertawa mendengar celotehan Rio.

Alya berdecak kesal dan Zharif berdeham. "Gak usah dicari juga anaknya ada di depan kalian" spontan semua menatap Alya kecuali Zharif yang mengalihkan pandangannya pada beberapa foto.

"Bukan Alya ih! Tuh Ka Ammar" Alya menunjuk Zharif yang membuat Rio berdiri dan menelisik Zharif.

"Seriusan? Siapa nama Ibu sama Ayah lo? " tanya Rio pada Zharif karna ia tak percaya.

"Mama gue Christin lo bisa panggil Mama Titin. Kalo papa namanya Rendra"

"Seratus untuk kamu!!" teriak mama begitu saja. Zharif menyalami papa dan mama Alya. Mama ya mencium kedua pipi Zharif.

"Ammar sekarang udah gede. Gimana kabar mama sama papa?" tanya mama menarik Zharif untuk duduk disampingnya.

"Baik tan, sekarang juga tinggal di kompleks sebelah tan"

"Iya? Wah kita deketan lagi dong. Kapan-kapan nanti tante sama keluarga main ke sono. Kalo nggak kamu bawa mama papah suruh kesini" Zharif hanya mengangguk dan tersenyum ramah.

"DAH LAH MALES, ALYA MAU GANTI BAJU. KA AMMAR BOLEH PULANG!" teriak Alya berlari menaiki anak tangga.

"ADEK!! LO GAK SOPAN BANGET!" teriak Rio yang masih fokus pada Zharif dan mama papanya.

"Maafin kelakuan Alya yak" ucap Om Azlan lembut pada Zharif. "Iya om, udah biasa kok"

"Papa kamu masih di bidang properti?" Om Azlan menanyakan itu karena dulu ia pernah menjadi patner kerjanya.

"Iya om"

"Kamu udah makan? Kalo belum yuk kita makan" ajak Tante Alin pada Zharif.
Zharif menolak tawaran itu dengan lembut. "Hehe, gak usah tante. Nanti masakan mama siapa yang habisin?" ucapnya cengengesan.

"Oo tampang kek lu juga anak mama yak!" ejek Rio pada Zharif yang disuguhi tatapan tajam.

"Abang, gak ngaca kamu yak!" tegur mama.

"Saya pamit om tante. Udah sore, kasian mama takut nyariin" Zharif beranjak dari tempat duduknya.

"Salam ya buat mama papa kamu" ucap Om Azlan menepuk pundak Zharif. Zharif hanya tersenyum dan membawa helmnya keluar diantar oleh Rio.

"Makasih ya udah nganterin adek laknat gue"

"Sante bang. Lo masih inget gue?"percakapan mereka diluar pintu rumah.

"Masihlah. Sama janji lo nikahin Alya juga gue masih inget" air muka Zharif memucat. Keringatnya perlahan keluar. Ia tak bisa berkata kata.

"Dah lah, sono lo pulang, dah sore. Nanti mama nyariin. HAHAHA" tawa Rio menggelegar di seluruh halaman rumah.

Thanks for readers
Galaksi Bimasakti
15 Maret 2020.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang