Hal Tiga Puluh Empat

406 26 1
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa tekan bintang di pojokan!!

"Bang" Ammar memasuki kamar Rio dan melihat sang pemiliknya sedang berkutat dengan buku-buku dihadapannya.

"Sibuk amat bang" Ammar duduk di kasur milik Rio.

Rio menghentikan aktivitasnya dan menghadap Ammar yang sedang duduk manis di kasurnya.

"Dari mana mau kemana lo?" tanya Rio yang melihat Ammar  begitu rapi tak seperti biasanya.

"Gue tadi abis dari Gereja. Terus mau jalan ama adek lo"

Rio hanya mengangguk. Dirinya bersyukur karena Alya hari ini akan pergi. Yang berarti tak akan ada yang teriak-teriak mengganggu kefokusannya.

"Eh, gue mau tanya" dirinya kembali menghadap Ammar. Begitupun dengan Ammar yang mengalihkan perhatiannya terhadap ponsel digenggamannya.

"Tanya apa bang?"

"Itu si Fikri sama Alya sekarang gimana sih? Kok gue jarang liat lagi Fikri ya?" ntahlah, hanya saja Rio ingin menanyakan keadaan Fikri yang sudah jarang main kerumah dan jarang pula Alya bercerita tentang Fikri.

Ammar fokus kembali pada ponselnya. Ia pikir Rio akan menanyakan hal yang lebih penting ketimbang itu. "Dia sibuk kali"

"KA AMMAR!!" terdengar begitu keras suara Alya dari luar sana yang memanggil nama Ammar. Itulah kebiasaan Akya dirumah, rumah serasa hutan.

"BRISIK LO DEK!" Rio menyuti Alya begitu saja. Tak ada balasan, berarti Alya sudah turun. "Dahlah sono lo bawa adek gue pergi. Daripada dirumah ganggu!"

Ammar terkekeh mendengar pernyataan Rio. "Sip bang. Gue pinjem Alyanya yak!"

*
Fikri duduk termenung di teras belakang rumahnya. Ia merasa ada yang kosong setiap harinya. Bukan tentang waktu, melainkan rasa yang ia punya seakan hampa semenjak dirinya menjauh dari Alya.

Fikri tak bisa memastikan apakah dirinya suka pada Alya atau tidak. Namun Fikri merasakan perasaan yang berbeda jika berada bersama Alya. Fikri akui dirinya egois. Benar kata Ammar, hanya karena cemburu yang berlebih.

Sebenarnya untuk cemburupun dirinya tak berhak. Tapi apakah ia salah jika ia cemburu?

To
Alya

Al, maafin gue ya. Gue akui gue egois Al. Gue gak pengen jauh dari lo.

Fikri sudah berkali kali menulis pesan. Namun bukannya dikirim, dirinya kembali menghapus pesan itu. Ia merenung, tak pernah ia segalau ini sebelumnya.

Ponselnya berdering. Deringan itupun membuatnya kembali pada dunia nyata. Ternyata bukan Alya, melainkan Abangnya.

Assalamu'alaikum Fik

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang