Hal Sembilan

676 53 4
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang dipojokan.

Hari benar benar berganti, hingga hari minggu atau yang lebih terkenal dengan weekend pun telah tiba. Baru saja kemarin Alya mengikuti lomba olim, tak terasa sekarang telah hari minggu.

Kemarin, atau hari Sabtu, Alya dan Fikri benar benar berjuang demi membanggakan nama SMA PELITA HARAPAN. Tak tanggung tanggung saingan mereka sangatlah banyak, puluhan siswa. Walaupun per mapel tak sampai lima puluh orang, tapi setidaknya itu sudah cukup. Sementara itu, pengumuman hasilnya akan keluar pada hari Senin.

Hari ini Alya hanya berencana untuk dirumah karena ia terlalu lelah agar otaknya sedikit beristirahat. Walaupun menurutnya soal yang ia kerjakan hanya sedikit susah.

Matahari telah menyinari bumi dan kini beranjak naik. Alya masih berada dikamar dengan earphone yang ia pasang pada kedua telinganya. Matanya masih tertutup, entah tidur atau hanya sekedar menutup matanya. Tadi pagi ia turun hanya untuk sarapan pagi saja, kemudia ia kembali ke kamar.

Tok tok tok

Rio pun mengetuk pintu kamar Alya namun tak ada jawaban dari dalam sana. "DEK, BANGUN WOYY!!" Rio berteriak sekeras mungkin namun masih tak ada jawaban. Akhirnya Rio memutuskan untuk masuk kamar Alya begitu saja.

Pemandangan pertama adalah dimana kamar yang berantakan. Terdapat satu anak yang masih menutup mata dan terlentang begitu saja.

"WOYY BANGUN KEBOO!!!" Rio melemparkan bantal tepat pada muka Alya. Alya pun langsung membuka matanya.

"MAMA, BANG RIO GANGGU ALYA!" teriaknya spontan.

Rio pun berdecak sebal pada adiknya yang satu ini. "GAK USAH TERIAK!! MAMA LAGI ARISAN" balas Rio yang tak kalah teriaknya.

"Bodo ah bang, Alya mau tidur" Alya pun langsung menenggelamkan wajahnya pada bantap dan menarik selimut. Namun selimutnya ditarik oleh Rio dan dibuang kesembarang tempat.

"Jangan tidur lagi! Lo mau tidur apa mau ikut gue?!" Alya pun langsung menghadap Rio

"Mang mau kemana bang?"

"Mau jalan jalan biar lo gak dirumah mulu. Kasian tuh otak lo perlu refreshing" ucap Rio perhatian. Pasalnya ia pernah merasakan seperti Alya.

Mata Alya pun langsung membulat tak terpacaya akan kata kata abangnya tersebut. Ia pun langsung bangkit dan memeluk Rio sekuat mungkin.

Rio melerai pelukan itu dengan lembut "dah ah, sono lo mandi dulu. Bau tau, gue tunggu dibawah"

Alya pun berdiri, namun ia mengecup pipi Rio sebelum ia berlari menuju kamar mandi. "MAKASIH BANG, ALYA SAYANG ABANG" teriak Alya dari dalam kamar mandi.

"Gue juga sayang sama lo." lirih Rio sembari berjalan dan menutup pintu kamar Alya.

Hanya perlu waktu setengah jam bagi Alya untuk bisa mempersiapkan diri. Kini dirinya telah tampil rapih dan berdiri di depan cermin. Ia sedikit memoleskan bedak dan lipstik dibibirnya.

"Dah, gak perlu pake make up juga udah cantik kok gue" dialognya sembari memasukan beberapa barang ke dalam tas kecilnya.

Alya pun menuruni tangga guna menemui Rio. Tak tahu ia akan dimarahi atau sebaliknya. Alya berdiri tepat di depan Rio yang sedang duduk. Rio pun spontan meneliti penampilan Alya dari atas ke bawah.

"Cantik" celetuk Rio spontan. Alya memang cantik, apalagi hari ini dirinya berdandan sederhana. Hanya menggunakan kaos tangan pendek bergambar hello kitty dan celana jeans seatas lutut.

"Makasih abangkuhh" jawab Alya.

"Yok, gue udah bilang sama Mba Sari biar bilang ke mama" Rio pun berjalan dan dibuntuti oleh Alya. Mereka menuju garasi untuk mengambil mobil.

Mereka pun segera meninggalkan pekarangan rumah dan ikut meramaikan jalanan yang sudah ramai dikarenakan hari Minggu. Selama perjalanan mereka asik bercakap cakap. Selayaknya adik dan kaka.  Mereka jarang akur, tapi ntah setan apa yang merasuki Rio sehingga mereka akur.

Tak berselang lama, mereka pun sampai dalam salah satu mall dikawasan daerah mereka. Rio dan Alya pun berjalan berdampingan dengan Alya yang manja menggelayut di lengan Rio. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka, namun mereka tak menghiraukannya.

"Lo mau kemana dulu?" tanya Rio ketika mereka telah sampai pada lantai dua. Alya nampak memikirkan tujuannya.

"Makan, tadi kan Alya belom sarapan bang" mereka pun menuju salah satu tempat makan yang ada disana. Mereka memesan makanan mereka kemudian mencari tempat duduk.

Mereka memilih tempat duduk bagian pinggir. Suasana disana sedikit ramai. Mereka hanya perlu menunggu pesanan mereka diantar pada mereka.

"Kemarin gimana rasanya lo ikut olim?" Rio memecah kefokusan Alya yang sedang bersosial media.

"Hemm,biasa aja sih" Alya masih fokus pada ponselnya. Rio hanya berdecak kesal pada adiknya. Nampaknya Alya tak asik jika harus diajak membahas hal seperti itu.

"Eh tapi--" gantung Alya mematikan ponselnya dan menatap Rio. Rio pun bertanya tanya menggunakan ekspresinya. "Tapi Alya seneng, berkat olim Alya jadi kenal Ka Fikri"

Rio pun tambah berdecak sebal. Ternyata harapannya sudah pupus untuk membahas pelajaran. "Tapi ya gitu bang, Ka Fikri cuek mulu. Alyanya kan sakit. Padahal Alya cuma pengen ngobrol" lanjut Alya.

Rio nampak memahami perasaan Alya. Karena selama ini banyak cowo yang menginginkan untuk bersama adiknya tersebut, namun tak sekali pun Alya menceritakan seoramg cowo pada dirinya. "Tenang, biar gue yang ngomong sama Fikri"

"Gak, Alya gak mau dibantuin" tolak Alya kasar. Mukanya berubah cemberut tak suka. Rio pun lagi lagi hanya bisa berdecak, serba salah. Tak lama, pesanan pun datang. Membuat ekspresi Alya kembali riang. Tanpa basa basi Alya langsung memakannya.

Mereka menghabiskan makan tanpa sisa. Karena dalam aturan keluarga mereka, mereka harus selalu bersyukur, tidak mubazir, dan tidak boleh makan sembari berbicara. Tidak ada aturan untuk tidak sombong soal prestasi.

Setelah makanan habis, pesanan beberapa es krim mereka pun datang dengan cemilan. "Bang Rio" panggil seseorang dari samping. Mereka pun lantas menatap orang yang dimaksud.

"Eh Denta. Sini gabung" ajak Rio dengan ramah. Sementara Alya tak mempedulikan Denta dan kembali fokus pada ponsel dan es krimnya.

"Gue kira lo sama pacar, eh ternyata" ucapnya ketika ia telah duduk dihadapan Alya dan Rio.

"Ternyata apa? Ternyata sama calon pacar lo, gitu maksud lo? sambar Rio tanpa basa basi dan mendapat tatapan tak suka dari Alya.

"Bukan gitu" elak Denta sedikit salting. Rio yang sudah memahami itu pun tahu akan bahasa tubuh dari reaksi Denta.

"Terus gimana? Kalo suka tuh diungkapin. Ntar keburu digebet orang" saran Rio. Muncul seketika ide jahil Alya untuk mengerjai ketosnya tersebut.

"Oh iya bang, kemarin pas olim banyak banget yang pengen Alya jadi pacarnya. Padahal kan baru kenal, terus mereka bilang baru kenal gak papa. Kan kalo udah pacaran kita saling kenal." jelas Alya memberi kode pada Rio untuk bersekongkol.

Rio pun memahami itu, "terus lo gimana dek? Lo terima gitu?" Denta yang mendengarkan itu semakin tak kuasa untuk menahan air liurnya. Ia menelannya dengan susah payah.

"Ya nggak lah bang, Alya kan nunggu Ka Denta nembak Alya"

Deg!!

Thanks for readers.
Next part!!
21 July 2k19.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang