Happy Reading!
Jangan lupa tekan bintang di pojokan!🌟
Awan kelabu telah nampak di langit Jogja. Namun semburat senja masih terlihat walaupun tak seutuhnya. Hari ini, Alya dan Ammar sudah menghabiskan waktu dari pagi sampai sore hari untuk mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Jogja.
Mereka sempat mengunjungi Monjali, Gembira Loka Zoo, dan Prambanan. Rencananya, petualangan mereka akan dilanjutkan esok hari dengan mengunjungi tempat wisata yang dekat dengan Malioboro, seperti Taman Sari, Keraton, Alun-alun, dan sebagainya.
Kini, mereka sudah sampai tempat penginapan mereka. Rencana sekarang, mereka akan mencari makan disekitaran hotel tersebut.
"Beb, ke titik nol kilometer yuk. Kayaknya gak afdhol deh kalo ke Jogja gak foto disana"
Ungkap Alya sembari memperhatikan jalanan di depan hotel yang cukup ramai.
"Iya beb, sekarang kita makan dulu aja. Lo mau apa? Kita jalan kaki aja ya? Lagian Malioboro juga deket kok" Ammar berjalan di sepanjang trotoar tanpa lupa menggandeng tangan Alya.
"Eumm, pengen bakso" Alya menghentikan langkahnya dan mengamati sekitar. Ia menemukan warung bakso yang posisinya tepat di sebrang mereka.
"Oke" Ammar menengok kanan dan kiri untuk melihat situasi jalanan yang sekiranya lenggang agar mereka bisa menyebrang. Ammar tetap menggandeng Alya ketika menyebrangi jalanan yang sore itu cukup ramai.
"Mau bakso beranak beb" Alya mengutarakan keinginannya setelah membaca beberapa menu yang tersuguhkan.
"Pak, bakso beranaknya dua porsi ya?" Ammar mendekati bapak penjual bakso tersebut dan dengan segera bapak itu membuatkan pesanan mereka.
Alya duduk berhadapan dengan Ammar di dekat pintu keluar. Mereka saling pandang dan berujung senyuman. Ammar menikmati setiap inchi kecantikan yang terpampang di wajah Alya. Sedangkan Alya menikmati perjalanan yang mengasikkan bersama Ammar.
"Gimana rasanya di Jogja?" Alya mengalihkan pandangannya dari ponsel ketika Ammar melontarkan pertanyaan itu padanya.
"Bahagia banget. Jogja itu berkesan banget yak? Kaya Bandung. Kata orang, Bandung itu diciptakan ketika Tuhan bahagia dan Jogja itu diciptakan ketika Tuhan jatuh cinta"
"Gue sih setuju banget sama pernyataan lo. Kedua kota itu berkesan banget sih buat gue, apalagi gue yang pernah tinggal di Bandung. Beuhh, teteh Bandung mah geulis pisan atuh" Ammar berbicara dengan logat Sundanya walaupun ia bukan orang Sunda.
"Permisi, dua porsi bakso beranak. Silahkan dinikmati" Ucap seorang wanita yang tidak jauh umurnya dengan Ammar dan Alya sembari meletakkan kedua pesanan mereka.
"Em, Mbak Jogja juga gak kalah cantik sih" Ucap Ammar berbisik pada Alya ketika wanita itu sudah pergi meninggalkan mereka.
"Dih dasar jomblo" Ammar yang tak terima dengan ledekan Alya pun membalasnya.
"Gak sadar diri kalo dirinya juga jomblo. Kasian"
Alya dengan sigap menuangkan kecap manis pada baksonya dan tak lupa dengan sambal. Ketika ia hendak mengambil mangkok sambal yang ada di hadapannya, Ammar dengan segera menghalangi langkah Alya. Ia menjauhkan mangkok sambal itu jauh dari jangkauan Alya.
"Ish, gue kan pengen sama sambel" Alya kesal dengan perlakuan Ammar
"Nih" Ammar menuangkan sambal sepucuk sendok makan yang menurut Alya tak berarti.
"Pelit!! Lima sendok dong. Gue lagi pengen makan pedes" Terlihat jelas raut wajah Alya yang sudah tidak tahan untuk memakan makanan pedas.
"Gak boleh!! Sadar lo punya maag akut. Gue diamanahin buat jaga lo, kalo maag lo kambuh siapa yang repot, gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheerful Girl [ENDING]
Teen Fiction[UDAH ENDING] PART-NYA BANYAK, TAROH AJA DI READING LIST KALIAN PROLOG Alya menghampiri keluarganya yang sudah duduk manis untuk melakukan makan malam. Disana ada mama, papa, serta kakak laki-lakinya. Makan malam sudah terlaksana. Alya pun memberan...