Hal Dua Puluh Dua

445 36 0
                                    

Happy Reading.
Jangan lupa tekan bintang di pojokan!!

"

Al, lo udah sembuh?" ternyata suara itu adalah suara Denta yang berdiri di belakang Alya.

Alya langsung memutar badannya untuk melihat Denta, "Udah dong. Alya kan cewe kuat. Jadi gak boleh lemah." Denta lagi lagi dibuat kesal karena jawaban Alya. Tapi memang benar jika Alya itu wanita kuat.

"Kuat dalam apa nih? Kok lemah sih masalah cinta?" Denta tersenyum puas setelah melontarkan pertanyaan itu. Sedangkan Alya terdiam membisu.

"Heh, gue nanya lo curut! Palah ngelamun!" Alya masih terdiam mematung. Tidak merespon sama sekali perkataan Denta.

Denta langsung mendekatkan tubuhnya dan mengelus halus kepala Alya. "Jaga kesehatan. Jaga hati, biar gue aja yang ngerasain sakit." Denta pun melenggang pergi meninggalkan Alya.

Alya masih mematung. Pikirannya bercampur aduk. Ia tak tahu harus bagaimana lagi. "Apa gue udah bikin sakit hati Ka Denta? Tapi kan gue gak ada rasa. Terus gue harus gimana sih? Gue jauhin Ka Fikri? Itu sama aja gue bikin sakit hati dua orang!".

"Arrgh!!" kepalan tangannya cukup kuat jika ia harus memukul seseorang. Namun ia hanya berbalik dengan keadaan emosi. Dan saat ia berbalik, dari jauh sudah terlihat ada seseorang berlari kencang kearahnya.

Bruuk

Sialnya Alya ikut jatuh. Dan parahnya ia berada dibawah tubuh orang itu. Dan parahnya lagi, bibir mereka menyatu. Dan tak disangka sangka itu adalah Zharif. Mereka mematung beberapa saat sebelum Alya mengomel. Mereka pun berdiri berhadapan.

"Aaaaa itu first kiss gue!!!" omel Alya pada Zharif. Sedangkan yang diomeli hanya terdiam.

"iih kenapa lo ngambil first kiss gue sih!!"

"Ka Zharif!!!"

Zharif membekap mulut Alya dengan tangannya. "Heh diem!! Itu juga first kiss gue! Tapi enak juga ya, lanjut aja"

"Cowo mesum!" kesal Alya.

"Bye, gue lagi main kejar kejaran sama Pak Budi. Nanti kalo lo ketemu bilang gak tau ya!" Zharif pun meninggalkan Alya tanpa dosa.

"Ya Allah, kapan sih Alya gak punya masalah. Kayaknya enak deh kalo hidupnya tentram!!" gerutunya yang akan kembali ke kelas.

"Mau mengurangi masalah? Masalah berkurang anda kembali tentram. Silahkan kunjungi Ruang Bk. Buka setiap hari sekolah. Tanpa pungutan biaya sepeserpun. Ruang Bk memberikan fasilitas sofa dan AC serta guru pembimbing yang memberikan motivasi serta ikhlas dalam mengomeli. Silahkan hubungin no dibawah ini"

Alya masih melongo, karena yang sedang ngoceh di depannya adalah guru Bk kesayangannya, Pak Budi. "Hadeh Pak Budi. Kalo mau promosi Ruang BK jangan ke saya pak! Saya udah paham seluk beluk ruang bk. Coba deh promosi sama anak yang rajin, baik, dan gak pernah macem macem."

"Liat Zharif gak!!" muka Pak Budi kembali mengganas. Alya menggaruk kepalanya yg tak gatal dan memasang raut sedang berfikir. Ia sedang berfikir akan menyelamatkan Zharif dari Ruang Bk atau malah memasukkannya pada Ruang Bk.

"Kesana Pak" Pak Budi segera berlari kembali mengikuti arah yang Alya berikan. "Kesana tadi ada anak baik pak." lanjut Alya setelah Pak Budi berlari jauh.

"Sesama bandel, gue gak sejahat itu" Alya melenggang pergi dengan senyum jahatnya.

***
Alya memasuki rumah dengan beberapa belanjaan ditangannya. Hari sudah sore, itu mengapa Alya memutuskan untuk mengakhiri acara belanjanya bersama Riska dan Via. Alya cukup puas hari ini menghabiskan waktu bersama sahabat tergilanya itu.

"Assalamu'alaikum" salam Alya, namun nampaknya tak ada orang di lantai satu. Alya langsung menuju kanarnya untuk meletakkan belanjaanya. Sebelum membuka pintu kamar, ia melihat ada seseorang di balkon rumahnya.

Alya pun hanya meletakkan belanjaannya begitu saja di depan pintu.

"Ka Fikri?" Alya mendekati orang itu. Dan dugduk disebelahnya. Sedangkan Fikri masih tak bergeming dari buku bacaannya. "Udah lama kak?" Alya masih membuka pertanyaan untuk Fikri.

"Nih soal soalnya, gue mau mandi dulu. Lo sini aja sama Alya" Rio langsung masuk lagi ke dalam kamar setelah ia memberikan soal pada Fikri. Setelah Rio masuk kamar, Fikri membereskan soal itu dan memasukkannya pada tas. Sebelum ia beranjak pergi. "Gue balik" pamitnya pada Alya.

Namun Alya tak mengerti akan sikap Fikri. Alya pun mencekal tangan Fikri, "Ada apa kak? Kenapa?" pertanyaan itu membuat Fikri mau tak mau menatap Alya.

"Bintang sedang berusaha. Namun bulan lebih suka bermain bersama awan. Ya gue tau, awan bersentuhan dengan bulan tak akan membuat bulan rusak, bulan akan tetap utuh. Namun jika bintang bersentuhan dengan bulan, bulan akan hancur dan bumi akan bersedih"

Fikri memalingkan wajahnya dari Alya. Ia tak tahu apakah perkataannya akan membuat sakit hati Alya. "Dah deh ka! Untuk sekarang gue gak butuh teori bulan dan bintang. Gue cuma butuh jawaban lo! Kenapa?"

"Gue gak paham sama lo. Lo sayang gue, tapi lo baperin Denta. Dan parahnya lo ciuman sama Zharif" Fikri sedikit kecewa.

Alya frustasi akan penyataan Fikri. "Denger ya kak!! Pertama gue sayang lo. Kedua, gue masih sayang lo! Ketiga, gue juga masih sayang lo!. Gue gak ada rasa sama Denta! Dan ciuman sama Zharif karena gue gak sengaja!"

Mata Alya memerah. Titik demi titik air jatuh dari sudut matanya. Benar yang dikatakan Denta, ia lemah masalah cinta. "Intinya gue cuma sayang lo. Oh mungkin gue salah kalo gue buka hati sekarang. Dan mungkin gue memang harus menutup kembali hati gue"

Fikri langsung memeluk Alya. Menghapus semua air mata yang dijatuhkan Alya di pipi. "Maaf. Jangan tutup hati lo. Izinkan gue masuk" ucap Fikri.

Alya melerai pelukannya, menatap Fikri dalam. "Dalam fakta, mungkin bulan memang tak bisa menyentuh bintang. Namun dalam cerita, bulan bisa memeluk bintang."

Thanks for readers
Next part!!
15 December 2k19.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang