Hal Empat Puluh Tiga

275 22 0
                                    

Happy Reading!!
Jangan lupa tekan bintang di pojokan!!

🌟

Ternyata benar, setelah Ammar mematikan sambungan telfon itu, Alya tidak bisa tidur. Bahkan dirinya enggan menuju kasur dan masih melamun di meja belajarnya.

Alya memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi setelah ini. Akankah kisah yang telah ia rajut dengan Fikri akan memudar begitu saja? Apa Fikri tidak merasa bersalah akan janji yang pernah ia katakan lalu diingkari begitu saja?

To
Ka Fikri

Ka lagi sibuk?

Alya sudah siap dengan apa yang ia lakukan saat ini ketika dirinya menanyakan hubungan Fikri dengan cewek barunya.

Tak ada lima menit ponsel Alya bergetar,

From
Ka Fikri

Kenapa?

Tidak seperti biasanya Fikri membalas pesan Alya sesingkat ini. Tanpa basa basi Alya menelfon Fikri malam itu juga. Ia butuh penjelasan agar bisa tidur dengan nyenyak.

"Ada apa?" Suara Fikri yang semakin berat terdengar sedikit samar karena banyak sekali orang disekitarannya sedang berbicara.

"Sibuk?" Tanya Alya memastikan situasi disana. Nampaknya Fikri berpindah tempat sedikit menjauh dari kerumunan itu.

"Sedikit. Kenapa? Ada masalah?" Mengapa Fikri menanyakan itu pada Alya? Mengapa dirinya secuek ini?

"Ya udahlah kalo sibuk, takut Alya ganggu"

"Gak papa, tadi gue juga udah izin buat nerima telfon dari lo."

Lo gue? Batin Alya bergejolak. Bukankah selama ini Fikri tak pernah menggunakan lo gue dengan Alya? Kenapa sekarang?

"Euum, gue mau nanya. Gue to the point ajalah. Lo udah punya cewe baru?" Tak ada sahutan dari Fikri. Nampak disana terdengar Fikri sedang berbicara dengan seseorang.

"Hah? Apa Al? Maaf tadi ada temen gue"

"Gak papa" Air mata Alya kembali menetes deras. Isakan lirihnya pun terdengar oleh Fikri.

"Kenapa lo nangis? Bilang sama gue lo ada masalah apa?"

"Ka, kalo lo udah punya cewe baru, lo bilang sama gue. Jangan main belakang kaya gini. Gue capek ka. Gue tau kita emang jauh, tapi gue masih pegang omongan lo kalo kita bakalan saling percaya. Gue percaya sama lo, tapi kalo udah kaya gini--" Alya menarik nafas dalam

"Kalo emang bener lo udah punya cewe baru, lo bilang. Gue bakalan mundur"

Pernyataan Alya tentu bagai petir di siang bolong bagi Fikri. Tak ada hujan tak ada badai, namun petir menyambar begitu saja pada hatinya.

"Maksud lo apa Al? Apa karena sekarang gue jarang hubungin lo? Lo tau sendiri kan gue tuh sibuk. Waktu gue cuma gue abisin buat bimbingan sama dosen. Gue juga capek Al"

Alya menarik sudut bibirnya,

"Bimbingan? Dosen lo cewek? Terus jalan bareng sambil bimbingan gitu?"

"Maksud lo apa?"

"Gue udah tau semuanya. Kalo lo emang udah punya yang baru, gue mundur. Lo tinggal bilang iya apa enggak! Lo gak perlu jelasin semua aktivitas lo bareng cewek lo. Gue gak butuh itu!"

"Iya!" Nada bicara Fikri meninggi. Sambungan telfonnya pun langsung Alya matikan sepihak. Ia tak habis pikir bahwa selama ini, dirinya menggenggam janji palsu.

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang