Hal Empat Puluh Tujuh

270 21 0
                                    

  Happy Reading!!
Jangan lupa tekan bintang di pojokan!

🌟

"Pah, besok Alya ke Jogja ya? Boleh kan?" Ucap Alya yang tengah bersandar pada bahu papanya di ruang keluarga.

 "Sama siapa?" Alya pun duduk dengan tegak dengan antusias.

 "Sama Ka Ammar"

 "Ngapain? Lo mau ketemu Fikri?" Tanya Rio yang kebetulan sedang berkunjung bersama Chaca yang sekarang tengah sibuk membantu mamanya untuk mempersiapkan makan malam.

"Gak, Alya cuma mau jalan-jalan aja"
 
"Halah alesan" Ledek Rio padanya

"Tuh Pah liat anak cewenya, dahlah nikahin aja pah"

"Hust abang, Alya kan masih kuliah" Sahut Alin yang sedari tadi mendengarkan obrolan mereka

"Kasian di marahin mama" Alya terkikik melihat ekspresi abangnya.

"Papa ngizinin kamu buat ke Jogja, tapi jangan lama-lama. Jangan lupa sama tugasnya, selesain. Kamu harus lulus tepat waktu!"

"Makasih papa" Alya memeluk dan mencium pipi papanya yang sudah mulai berkeriput.

Rio teringat akan suatu rencananya yang sudah ia rencana kan sejak lama. "Oh iya pah, Abang izin buat honeymoon ke Bali minggu depan"

Kedua bola mata Alya terbelalak dengan sempurna. Ia sungguh terkejut akan pernyataan abangnya itu. Bagaimana tidak terkejut, selama ini pun dirinya sangat ingin pergi ke Bali, namun belum ada waktu yang tepat.

"Alya mau ikut dong bang" Rengeknya bak anak kecil.

"Adek, inget! Kamu izin kuliah cuma seminggu! Gak! Kalo mau ke Bali besok kalo kamu ada libur kuliah!"

"Dahlah, lo fokus kuliah aja. Kuliah di Amerika kan ibarat liburan" Rio mengatakan itu dengan nada meledek Alya. Alya memasang muka kesalnya sedangkan Papa mereka masih terfokus pada laptop yang berada di pangkuannya.

"Adek, nih bantuin Ka Chaca mindahin makanan ke meja makan" Ucap Mamanya dari arah dapur.

Alya sebagai anak yang baik hati pun mengikuti permintaan mamanya. Ia melihat begitu banyak macam makanan yang sudah Mama dan kakak iparnya itu siapkan.

"Banyak banget Mah?"

"Iya dong, kan mumpung ada menantu mama disini" Alin mengelus lembut kepala Chaca, sedangkan yang Chaca hanya tersipu malu atas pernyataan mama mertuanya itu.

"Ye, ada menantu anak kandung mah gak dianggep. Ka Chaca jangan malu-malu dong, kaya sama siapa"

"Haha, enggak malu kok dek. Cuma belum terbiasa aja" Ucap Chaca diakhiri kekehan kecil.

"WOY PARA COWO. MAKAN NIH, MAKANAN DAH SIAP. TINGGAL MAKAN AJA SUSAH!!" teriak Alya dari meja makan untuk mengarahkan papanya dan abangnya yang sedang sibuk sendiri agar segera makan.

"Astaghfirullah adek, jangan teriak-teriak ih. Nih Cha, adek iparmu emang kaya gini" Adu Alin pada Chaca yang terkekeh melihat Alya diomeli.

"WOY ELAH, MAKAN YOK MAKAN! JANGAN DIEM-DIEM BAE. KEBURU SUBUH!"

"Nasib punya adek tapi gak waras" Gerutu Rio yang masih bisa terdengar oleh telinga. Alya yang mendengar itu mendelik pada Rio

"Abang, ngomongnya jangan gitu. Kamu do'ain Alya yang bagus-bagus dong" Tegur Azlan yang sudah duduk di meja makan.

"Mampus lo" Ledek Alya yang duduk bersebrangan dengan Rio.

"Belain aja terus pah, Rio mah apa atuh. Dari dulu juga gak pernah dibelain papa"

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang