Hal Empat Puluh Enam

268 22 0
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang di pojokan!!

🌟

Ammar hanya menatap jalanan dari dalam cafe. Hirup pikuk jam istirahat ikut meramaikan jalanan. Lima belas menit yang lalu, dirinya sudah menghubungi Fikri untuk menemuinya di Safeera Cafe.

Penantian Ammar tak sia-sia, Laki-laki berbadan tegak membuka pintu. Kumis tipis dan rahang tegas pun membuat dia kelihatan lebih dewasa.

"Sorry nunggu lama" Fikri duduk di hadapan Ammar.

"Nih" Ammar meletakkan undangan di atas meja.

Fikri langsung mencomot undangan tersebut dan membacanya dengan seksama.

"Seminggu lagi?"

"Iya. Gue sebenernya males suruh ketemu lo. Lo libur sampai kapan?"

"Dua minggu lagi. Tapi pas hari nikahan Bang Rio gue harus balik Jogja buat ngurus skripsi"

"Terserah lo. Oh ya, Alya bakalan balik"

Fikri terpaku mendengar pernyataan yang baru saja Ammar ucapkan. Semenjak kejadian itu, Fikri benar-benar lost contact dengan Alya. Ia tak berani untuk menghubungi Alya.

"Kenapa?"

"Gak papa"

"Gue gak mau nonjok lo. Walaupun sebenernya gue muak sama perlakuan lo ke Alya. Kita udah dewasa, gue harap lo bisa menghargai Alya"

Mereka berdua terdiam, cafe ini cukup ramai.

"Oh ya, for your information Fik, ini cafe punya Alya"

Raut wajah Fikri dapat dipastikan sangat terkejut akan pernyataan Ammar. Kini Fikri mengerti kenapa Alya sering menghabiskan waktunya di cafe ini.

"Hem, gimana kabar Alya?"

Jujur Fikri sangat merindukan Alya. Rindu semua pertanyaan yang sering Alya lontarkan ketika ia selesai mengahadapi hari-harinya.

Ammar mengalihkan pandangannya pada jam yang berada di tangannya, rupanya waktu istirahatnya masih lumayan lama. Ammar mencari pelayan untuk memesan beberapa makanan.

"Ada yang bisa dibantu kak?" Ucap salah satu pelayan baru yang mungkin belum mengenalnya. Selama memasuki dunia kerja, Ammar pun sudah jarang main ke cafe milik Alya ini.

"Mie goreng toping pangsit sama jamur level 2 sama lemon tea nya ya? Lo mau makan gak Fik?" Pertanyaan Ammar hanya dibalas sebatas celengan oleh Fikri.

"Oke ka, tunggu sebentar ya kak" Pelayan itu pergi meninggalkan Ammar dan Fikri

"Alya baik kok. Walaupun kadang dia stres sama tugas-tugasnya. Kadang juga dia nangis sebelum tidur. Dia nangisin perjuangannya selama ini yang merasa di mainin sama lo"

Ammar menarik sedikit sudut bibirnya setelah mengatakan itu. Fikri masih terdiam, nampaknya ada sesuatu yang menghantamnya dengan keras.

"Gue gak bermaksud mainin perasaan Alya"

"Itu hak lo, kalo lo mau nyari yang selalu ada di samping lo, silahkan. Kalo lo udah ngerasa gak cocok sama Alya, lo bilang. Balikin Alya ke gue secara baik-baik gak gini caranya. Jujur gue kecewa sama lo. Gue ngerasa gagal sebagai abang bagi Alya yang seharusnya selalu ngelindungin dia."

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang