Hal Tiga Belas

619 44 4
                                    

Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang dipojokan!!

"Ini surat dispensasinya. Kamu boleh menggunakan ini saat kamu punya masalah. Cukup tunjukan pada mereka, di surat itu sudah tertera tanda tangan kepala sekolah. Surat itu berlaku hanya dilingkungan sekolah. Dengan adanya surat itu, ibu harap kamu tidak menyalahgunakannya" jelas Bu Sinta sembari memegang amplop putih itu. Diberikannya pada Alya.

"Uuwaaa, makasih Bu Sinta yang cantik. Alya gak bakalan nyalahgunain kok. Ibu kan udah tau hobbi Alya!" Alya membaca isi amplop itu dengan girang.

Bu Sinta hanya bisa geleng kepala menghadapi sikap Alya. "Emang hobbi kamu apa?"

Alya beralih menatap Bu Sinta yang rupanya masih ingin tahu. "Emang ibu gak tau?" pertanyaan itu hanya mendapat gelengan kepala. "Ya hobbi Alya sebatas tidur, makan, sekolah, cari masalah. Eh bukan cari masalah, lebih tepatnya masalahlah yang mencari Alya"

Bu Sinta hanya bisa meringis mendengar penjelasan Alya, "Ibu tau kamu masih remaja. Kamu itu masa pertumbuhan. Ibu juga pernah ngrasain kayak kamu. Yang ibu harap hanya masa remajamu dimanfaatkan dengan baik, belajar, ikut event dalam bidang yang kamu kuasai. Jangan sukanya bikin masalah sama Pak satpam, Denta, dan Pak Budi (guru bk)"

"Hehe iya bu, kapan kapan kalo ada olim lagi Alya ikut juga boleh, asal ada timbal baliknya." Bu Sinta senang mendengar jawaban dari Alya, namun Alya belum selesai bicara "Lah lagian tiga orang itu hobbinya ngehukum Alya. Tiada hari tanpa hukuman dari mereka."

Beliau tak tahu harus bagaimana menghadapi murid yang satu ini. "Bukan hobbi mereka, tapi tugas mereka dalam menegakkan ketertiban di sekolah ini Alya." Alya hanya terkekeh, "Ya udah ya bu, Alya bosen duduk mulu. Alya pamit bu, makasih kerjasamanya. Assalamu'alaikum, jangan kangen!!"

"Waalaikumsalam" Bu Sinta lagi lagi hanya bisa menggelengkan kepalanya tak percaya.

Alya menyusuri koridor setelah ia keluar dari ruang guru. Dengan adanya surat itu, ia serasa memiliki tameng dalam melakukan kesalahan.

Sekarang adalah jam pulang sekolah, lebih tepatnya sudah dari tadi bel pulang berbunyi. Sekolahan sudah mulai sepi, hanya ada beberapa anak yang memang memiliki kepentingan saja yang masih di sekolah. Siswa SMA PELITA HARAPAN memang terlampau rajin . Baik berangkat maupun pulang, pasti mereka tepat waktu. Tak seperti Alya.

Alya melewati kelas Fikri, ia sengaja mengintip dari jendela. Ternyata kelasnya sudah kosong, hanya ada tiga tas lagi yang tersisa. Ah mungkin pujaan hatinya sudah pulang, mengingat Fikri yang memang disiplin.

Dering ponsel Alya mengharuskan ia menghentikan langkah kakinya dan mengangkat telfon tersebut. Panggilan masuk dari abangnya.

"Assalamu'alaikum". Salam Rio dari sebrang sana.

"Waalaikumsalam. Ada apa bang? Tumben telfon Alya!" tukasnya sembari duduk di kursi depan kelas XI IPA 4.

"Gue kaga bisa pulang bareng lo"

"Mang kenapa? Biasanya juga Alya ditinggal gak pake izin dulu. Ni kenapa abang tiba tiba izin ke Alya?".

Cheerful Girl [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang