Happy Reading
Jangan lupa tekan bintang dipojokan!!✨
Alya dan Fikri telah tiba disebuah toko perhiasan lima belas menit setelah bel pulang berbunyi. Alya memutuskan untuk minta Fikri menemaninya karena kemarin ia belum jadi pergi bersama Fikri, ya walaupun tadi malam ia habis kencan.
"Selamat datang ka, silahkan dipilih. Mau cari apa ka? Cincin pertunangan?" sapa perempuan pelayan pada toko tersebut.
Alya yang sedang melihat lihat pun terkekeh, "belum tau ini mbak, Cowonya masih diem diem bae" jawaban Alya membuat Fikri yang tadinya menatap ponsel sekarang menatapnya yang sedang tertawa.
"Saya mau cari kalung silver tanpa liontin ada mbak?" Alya kembali melihat lihat deretan perhiasan yang ada didalam etalase tersebut.
"Oh ada ka, tunggu sebentar ya" pelayan tersebut pergi meninggalkan Alya dan Fikri.
"Ka sini deh. Ini bagus tau kalo buat cincin tunangan." Fikri pun melihat ke arah yang ditunjuk oleh Alya. Terdapat sepasang cincin berwarna silver dan salah satunya memiliki mata berupa berlian.
Fikri menatap Alya yang juga menatapnya, "Pengen?" Alya mengangguk antusias. "Sekolah dulu yang bener!" nada datar Fikri kembali membuat Alya berdecak sebal.
"Ini ka, ada beberapa pilihan" pelayan itu kembali dengan membawa tiga kotak perhiasan berbentuk persegi. Alya mulai menimbang nimbang mana yang benar benar cocok dengannya.
Diambilah satu, dan mencoba untuk dipakainya. "Ka, bagus gak?" tanyanya pada Fikri. Fikri pun mengangguk mengiyakan perkataan Alya.
Akhirnya Alya memutuskan untuk membeli kalung yang telah disepakati oleh Fikri. Sebenarnya tanpa kesepatakan Fikri pun tak berpengaruh, karena yang akan memakai ya dirinya, bukan Fikri.
Disanalah terjadi transaksi antara pelayan dan Alya. Fikri lagi lagi hanya bisa memandangi Alya dari kejauhan. "Dah, yok" Alya melangkah lebih dulu meninggalkan Fikri yang masih belum tersadar akan lamunannya. Fikri pun tersadar dan mengikuti Alya menuju mobilnya.
"Mau kemana lagi?" Fikri menyalakan mesin mobilnya dan bersiap untuk memecah jalanan siang itu.
"Terserah kaka aja. Alya mah ikut, mau kepenghulu sekarang juga Alya mah ikut kaka aja"
Fikri berdecak sebal, sepertinya ia tak bisa serius dengan anak yang satu ini. Jangankan untuk hubungan yang lebih serius, ditanya serius aja jawabnya becanda. "Kita makan"
Fikri melajukan mobilnya. Rupanya siang ini cukup ramai pengendara. Mungkin karena ini waktu jam istirahat kerja dan pulang sekolah. Jadi tak heran jika sedikit ramai. Keheningan terpecah kala Fikri memutar lagu di mobilnya. Alya yang semenjak tadi hanya terdiam dan memandangi liontin hati yang berada pada kalung silver barunya itu.
"Bersejarah ya liontinnya?" tanya Fikri yang masih fokus menyetir. Alya pun mengalihkan pandangannya pada Fikri. "Banget, dari temen kecil Alya. Tapi sekarang gak tau dia ada dimana" Fikri hanya mengangguk.
Fikri masih terdiam, hanya fokus dengan jalanan. Alya pun ikut terdiam, karena ini tak tahu harus mencari topik macam apa lagi untuk bisa berbincang dengan Fikri lebih lama. "Bulan tak akan pernah menyadari bahwa salah satu dari ribuan bintang ada yang pergi" cetus Fikri spontanitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cheerful Girl [ENDING]
Teen Fiction[UDAH ENDING] PART-NYA BANYAK, TAROH AJA DI READING LIST KALIAN PROLOG Alya menghampiri keluarganya yang sudah duduk manis untuk melakukan makan malam. Disana ada mama, papa, serta kakak laki-lakinya. Makan malam sudah terlaksana. Alya pun memberan...